1.
Pengertian Teks
Eksplanasi
Teks eksplanasi
yaitu teks yang berisi penjelasan tentang proses terjadinya peristiwa atau
fenomena alam, social, budaya atau yang lainnya.
2.
Ciri Teks
Eksplanasi
a.
Teks terdiri atas
pernyataan umum (gambaran awal tentang apa yang disampaikan), deretan penjelas
(inti penjelasan apa yang disampaikan/ urutan sebab akibat dari suatu fenomena
yang dibahas secara mendalam dan berdasarkan urutan waktu), dan interpretasi
(pandangan atau simpulan).
b.
Memuat informasi
berdasarkan fakta (factual) dan menjelaskan sebab-akibat suatu peristiwa.
c.
Hal yang dibahasa
yaitu suatu fenomena yang bersifat keilmuan, misalnya yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan (sains)
d.
Teks bersifat
informatif dan tidak berusaha untuk mempengaruhi pembaca agar percaya hal yang
dibahas.
3.
Mengidentifikasi
Informasi Penting dalam Teks Eksplanasi
Dalam suatu teks, terdapat
gagasan/ide yang dapat dikembangkan menjadi beberapa kalimat. Gagasan tersebut
merupakan gagasan utama atau disebut juga ide pokok. Gagasan utama atau ide pokok terletak di
dalam kalimat utama. Kalimat utama biasanya muncul pada awal, tengah, atau
akhir paragraph.
Cara mengidentifikasi
informasi penting dalam teks eksplanasi yaitu:
a.
Membaca teks
dengan saksama.
b.
Memahami makna
setiap kalimat yang ada dalam teks.
c.
Menentukan kalimat
utama pada setiap paragraph.
d.
Menemukan gagasan
utama atau ide pokok.
e.
Menandai kata-kata
kunci.
f.
Merumuskan inti
kalimat utama.
*Catatan
Pada umumnya paragraf-paragraf dalam teks eksplanasi
bersifat deduktif (gagasan utamanya terletak di awal paragraf). Namun, ada
pula paragraph yang bersifat induktif (gagasan utama terletak di akhir
paragraf) maupun campuran (gagasan utama berada di awal dan akhir paragraf).
Contoh:
Apa akibat rusaknya hutan Indonesia? Saat ini bangsa
Indonesia sedang mengalaminya, bencana longsor, banjir, rusaknya ekologi atau
lingkungan hidup, pancaroba cuaca. Perikehidupan kita sebagai bangsa yang
semakin rentan, terutama sesame warga miskin dan ketinggalan. Lebih kontras
serta tidak adil lagi jika kita perhitungkan hasil kerusakan hutan tidak
dinikmati rakyat banyak atau negara, tapi jatuh ke tangan para pelaku
penebangan liar pengolahan hutan yang tidak bonafide.
Gagasan utama :
kerugisn skibst rusaknya hutan di Indonesia (awal paragraf0
Alasan : Teks
tersebut menjelaskan kerugian akibat rusaknya hutan bagi kehidupan, yakni
bencana longsor, banjir, rusaknya ekologi atau lingkungan hidup, pancaroba
cuaca.
4.
Struktur Teks
Eksplanasi
a.
Identifikasi
fenomena (phenomenon identification), mengidentifikasi sesuatu yang akan
diterangkan. Hal ini bias terkait dengan fenomena alam, social, budaya, dan
fenomena-fenomena lainnya.
b.
Penggambaran
rangkaian kejadian (explanation squences), merinci proses kejadian yang
relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaanatas bagaimana atau
mengapa.
·
Rincian yang
berpola atas pertanyaan ‘bagaimana’ akan melahirkan uraian yang tersusun secara
kronologis ataupun gradual. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun
berdasarkan urusan waktu.
·
Rincian yang
berpola atas pernyataan ‘mengapa’ akan melahirkan uraian yang tersusun secara
kausalitas. Dalam hal ini fase-fase kjadiannya disusun berdasarkan hubungan
sebab akibat.
c.
Ulasan (review),
berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang
dipaparkan sebelumnya.
5.
Aspek Kebahasaan
Teks Eksplanasi
a.
Menggunakan kata
yang bermakna denotatif (makna sebenarnya).
b.
Menggunakan kata
teknis atau istilah yang memiliki makna khusus di bidang tertentu.
Contoh:
1)
Apabila teks
eksplanasi yang dibahas berupa fenomena alam, seperti gempa bumi, istilah
yang digunakan berupa lempeng bumi, vulkanik, sesar, geologi, tektonik,
lava, magma, dan sebagainya.
2)
Apabila teks
eksplanasi yang dibahas berupa fenomena sosial, seperti kemiskinan di kotai,
istilah yang digunakan berupa urban, urbanisasi, migrasi, tingkat
pengangguran, desakan ekonomi, lapangan pengangguran dan sebagainya.
c.
Menggunakan kata
kerja (verba) kausatif, yaitu kata kerja yang dapat menyatakan makna kausalitas
(hubungan sebab akibat), seperti menyebabkan, disebabkan (oleh),
mengakibatkan, diakibatkan (oleh), berakibat pada, berdampak pada, menimbulkan,
dan sebagainya.
Contoh:
Hujan asam dapat menyebabkan
matinya ribuan ikan di Sungai Bengawan Solo, Jawa Tengah.
d.
Menggunakan kata
kerja pasif, misalnya terlihat, terbagi, terwujud, dimulai, ditimbun,
diahirkan.
e.
Menggunakan kata
keterangan waktu untuk menjelaskan terjadinya suatu kejadian/peristiwa.
Kata-kata keterangan waktu yang biasa digunakan, seperti: kemarin, besok,
lusa, dan hari tertentu.
Contoh:
Dua hari yang lalu
Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas.
f.
Menggunakan kata
benda yang merujuk pada jenis fenomenanya, bukan kata ganti penceritanya.,
misalnya, Kotamadnya Surakarta, harimau, gerhana, kesenian daerah, perkembangan
budaya Magelang.
g.
Menggunakan
konjungsi
·
Konjungsi kausalitas,
yaitu kata hubung yang menyatakan sebab akibat. Berdasarkan letaknya, ada dua
jenis konjungsi kausal yaitu konjungsi intra kaliamat dan konjungsi
antarkalimat.
1)
Konjungsi
intrakalimat, meliputi: karena, sebab, akibat dari, sehingga, maka.
2)
Konjungsi
antarkalimat, meliputi: akibatnya, oleh karena itu, jadi, hasilnya,
dampaknya.
Contoh:
Karena saluran air tertutup sampah, jalan itu mudah tergenang
air.
Masyarakat banyak
mendirikan bangunan liar di bantaran kali. Akibatnya, aliran air sungai
tidak teratur.
·
Konjungsi temporal/kronologis
(hubungan waktu), yaitu kata hubung yang menyatakan urutan kejadian atau
peristiwa, misalnya mula-mula, setelah itu, lalu, kemudian, sebelum,
sesudah, selanjutnya, berikutnya.
Contoh:
Gempa mengguncang
Palu dan Donggala, kemudian terjadilah tsunami besar.
6. Pola Pengembangan Teks Eksplanasi
Terdapat dua pola pengembangan teks eksplanasi, yaitu:
a.
Paragraf sebab
akibat, yaitu paragraph yang menggunakan pola khusus-umum (induktif) atau dapat
pula umum-khusus (deduktif).
1)
Paragraf induktif
(khusus-umum)
·
Mengikuti pola
induksi. Pada awal paragraf berisi kalimat penjelas yang merupakan sebab,
kemudian di akhir paragraf berisi kalimat utama yang merupakan akibat.
·
Memiliki gagasan
utama di akhir paragraf.
·
Menggunakan banyak
contoh masalah atau peristiwa khusus dalam pemaparannnya.
·
Antarkalimat yang
menjadi sebab dan akibat saling berkaitan.
2)
Paragraf deduktif
(umum-khusus)
·
Pada awal paragraf
berisi kalimat utama yang merupakan akibat, kemudian di akhir paragraf
berisi kalimat penjelas yang merupakan sebab.
·
Memiliki gagasan
utama di awal paragraf.
·
Menggunakan banyak
contoh masalah atau peristiwa khusus dalam pemaparannnya.
·
Antarkalimat yang
menjadi sebab dan akibat saling berkaitan.
Contoh Paragraf
dengan Pola Pengembangan Sebab Akibat:
Gempa
bumi melanda wilayah bagian selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, 27 Mei
2006 pukul 05.54 WIB. Kekuatan gempa bumi tercatat 6,2 skala Richter pada
kedalaman 17,1 km. Pusat gempa terletak pada posisi sekitar 25 km barat daya
Kota Yogyakarta.
Gempa
bumi ini mengakibatkan puluhan orang meninggal. Beberapa orang luka-luka.
Sejumlah bangunan roboh dan mengalami kerusakan. Selain itu, dilaporkan juga
terjadi longsoran dan kerusakan berat pada permukaiman dan bangunan lainnya di
Kabupaten Bantul karena dekat dengan sumber gempa bumi.
b.
Paragraf proses,
yaitu suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk
menghasilkan sesuatu atau perurutan suatu kejadian/peristiwa. Adapun
langkah-langkah untuk menyusun pola pengembangan proses dalah sebagai berikut.
·
Mengetahui
perincian secara menyeluruh.
·
Membagi proses
tersebut menurut tahap-tahap kejadian.
·
Menjelaskan setiap
urutan it uke dalam detail-detail detail-detail yang tegas sehingga pembaca
dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.
Misalnya bagaimana tejadinya
banjir? Jawaban atas pertanyaan tersebut
mengacu pada suatu proses. Pola pengembangan jenis ini biasanya menggunakan
konjungsi berupa mula-mula, lalu, kemudian, setelah itu.
Contoh Paragraf dengan Pola
Pengembangan Proses:
Pada bulan keempat, muka telah kian tampak seperti
manusia. Dalam bulan kelima, rambut-rambut mulai tumbuh pada kepala. Selama
bulan keenam, alis dan bulu mata timbul. Setelah tujuh bulan, fetus mirip kulit
orang tua dan kulit merah berkeriput. Selama bulan kedelapan dan kesembilan,
lemak ditimbun di bawah kulit sehingga perlahan-lahan menghilangkan keriputpada
kulit. Kaki membulat. Kuku keluar pada ujung-ujung jari. Rambut asli rontok dan
fetus menjadi sempurna dan siap untuk dilahirkan.
7. Langkah-langkah Menyusun Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi disusun dengan menggunakan kalimat
yang jelas, logis, dan benar. Adapaun langkah-langkah menyusun teks eksplanasi
adalah sebagai berikut.
a.
Menentukan tema.
Tentukanlah jenis
eksplanasi apa yang akan dibuat, misalnya tentang fenomena alam berupa proses
terjadinya hujan, tsunami, gunung meletus, atau gerhana matahari/bulan. Selain
itu, juga dapat berupa fenomena social, seperti proses terbentuknya paguyuban,
proses terjadinya urbanisasi, kemiskinan, dan sejenisnya.
b.
Menuliskan ide-ide
pokok berupa topik yang dapat dikembangkan.
c.
Mengumpulkan
bahan.
Bahan tulisan
eksplanasi dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti penguasaan pengetahuan
penulis, internet, buku pelajaran, atau penelitian langsung.
d.
Menyusun kerangka
teks eksplanasi.
Menyusun kerangka
berarti memecahkan topik ke dalam beberapa subtopic lalu menyusunnya secara
sistematis dan logis. Kerangka eksplanasi dapat mengikuti pola pernyataan
umum – deret penjelas – interpretasi.
e.
Mengembangkan
kerangka.
Pada tahap ini
kerangka dikembangkan menjadi teks eksplanasi yang utuh dengan memperhatikan
struktur dan kaidah kebahasaan yang tepat
f.
Menyunting teks
yang telah disusun.
Pada tahap ini
tujuannya untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang mungkin terdapat dalam teks.
8. Contoh Teks Eksplanasi
Gempa Aceh
Gempa dahsyat pernah terjadi di Aceh, 26 Desember
2004, pada pukul 07.58 WIB. Pusat gempa terletak di sebelah barat Aceh dengan
kedalaman 10 km. Bencana ini merupakan gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu
40 tahun terakhir. Dampak kerusakannya meliputi Aceh, Sumatra Utara, Pantai
Barat Semenanjung Malaysia, Thailand Pantai Timur India, Srilangka, bahkan
sampai Pantai Timur Afrika.
Gempa ini juga mengakibatkan gelombang laut setinggi 9
meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia,
Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian
terbesar.
Kekuatan gempa pada penghujung tahun 2004 itu mencapai
9.0 richter dengan korban tewas mencapai 283.100, 14.000 orang hilang dan
1,126,900 kehilangan tempat tinggal. Gempa bumi yang disertai gelombang tsunami
itu merupakan bencana yang mengakibatkan kematian terbesar sepanjang sejarah.
Indonesia, Sri Langka, India, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah
kematian terbesar.
Di Indonesia, gempa menelan lebih dari 126.000 korban
jiwa. Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda
Aceh di ujung Sumatra. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak
terkena tsunami. Namun, kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang
menghantam pantai Barat Aceh dan Sumatra Utara.
Di Sri Lanka dikonfirmasikan 45.000 korban jiwa jatuh
dan lebih dari 1 juta jiwa penduduk negara ini terkena dampak gempa secara
langsung. Di India, termasuk
Kepulauan Andaman dan
Nicobar diperkirakan menelan
lebih dari 12.000 korban jiwa.
Di Thailand banyak pula wisatawan asing terkena
bencana, terutama di daerah Phuket diperkirakan ada sekitar 4.500 korban jiwa.
Bhumi Jensen, cucu Raja Rama IX atau lebih dikenal dengan nama Bhumibol
Adulyadej juga termasuk salah satu korban. Bhumi Jensen baru berusia 21 tahun.
Bahkan di Somalia, di benua Afrika ribuan kilometer
dari Indonesia, dilaporkan jatuh lebih dari 100 korban jiwa. Akan tetapi,
sebagian besar atau mungkin hampir semua dari mereka adalah para nelayan.
Gempa Bumi dan Tsunami Aceh yang juga menghantam
Thailand. Selain menempati posisi gempa berkekuatan terbesar kedua setelah
gempa Chili 1960 yang mencapai 9.5 skala richter, gempa Aceh menempati
peringkat pertama sebagai gempa dengan waktu (durasi) penyesaran yang paling
lama, yaitu sekitar 10 menit. Gempa ini cukup besar untuk membuat seluruh bola
bumi ikut bergetar. (Sumber: wikipedia.org)
Sumber:
1. Suherli, Maman
Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah.
2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas XI
Revisi Tahun 2017.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
2.
Suherli,
Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI
Revisi Tahun 2017.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
3.
Sobandi. 2016. Mandiri
Bahasa Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
4.
Dewi Indrawati.
2016. Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 (Kurikulum
2013). Sukoharjo: Graha Printama Selaras.
Terimakasih Kak, sangat membantu.
ReplyDeleteIzin copas ya
Iya, silakan :)
ReplyDeleteterima kasih infonya kak....
ReplyDeleteIya Kak, semoga bermanfaat
DeleteWah sangat membantu sekali. Terimakasih banyak ya....
ReplyDeleteSemoga bermanfaat Kak
DeleteBaik buk
ReplyDelete👍👍
DeleteTerima kasih
ReplyDeleteMakasih buk
ReplyDeleteTq bang klo baca lwat buku bnyk males :v. Sukses trus bang
ReplyDeleteTerima kasih atas paparan materinya. Izin copas.
ReplyDelete