Monday 10 July 2017

Materi Simakan



Materi Simakan dengan Teknik Siman Bilang, Dengar-Terka, dan Menyelesaikan Cerita.



oleh:
Dwi Astuti Asih
1610301071
Universitas Tidar 




I Pendahuluan
Menyimak merupakan kegiatan reseptif untuk memperoleh informasi berbeda secara bergantian. Secara sempit menyimak hanya ditangkap oleh indera pendengaran. Namun secara luas menyimak melibatkan seluruh indera.
Menyimak adalah proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta intepretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. (Tarigan, 2008:3).
Tujuan dari kegiatan menyimak adalah untuk belajar, menikmati keindahan audial, mengevaluasi, mengapresiasi materi simakan, mengomunikasikan ide-idenya sendiri, membedakan bunyi-bunyi, memecahkan masalah, dan meyakinkan pendapat. (Tarigan, 2008:60-62)
Manfaat dari kegiatan menyimak adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, meningkatkan intelektualitas, memperkaya kosakata, memperluas wawasan, meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial, menggugah kreativitas dan semangat, serta meningkatkan citra artistik. (Darmawan 2001:11-12)

1.1  Pemilihan Materi
      Pemilihan materi simakan harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan karena dibutuhkan adanya kesesuaian antara materi simakan yang disampaikan dengan kemampuan menyimak siswa. Proses kegiatan pembelajaran menyimak menggunakan teknik-teknik tertentu. Teknik pengajaran kemampuan menyimak adalah suatu teknik yang digunakan dalam proses pengajaran kemampuan menyimak.
      Teknik pengajaran kemampuan menyimak ada empat belas, yaitu : Parafrase, Membuat Pertanyaan, Merangkum, Identifikasi Kalimat Topik, Identifikasi Kata Kunci, Menyelesaikan Cerita, Bisik Berantai, Siman Bilang, Menemukan Benda, Memperluas Kalimat, Dengar-Terka, Dengar-Kerjakan, Dengar-Tulis, dan Dengar-Ulang-Ucap. Teknik-teknik pengajaran menyimak tersebut bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memperoleh, memahami, serta menganalisis materi simakan yang disampaikan oleh guru.
      Pada tugas ini penulis hanya akan menjelaskan beberapa teknik pengajaran menyimak, di antaranya yaitu: Siman Bilang, Dengar-Terka, dan Menyelesaikan Cerita.

1.2  Pilihan Jenjang Pendidikan
Penulis akan menerapkan teknik pengajaran menyimak yang telah dipilih pada jenjang pendidikan sebagai berikut :

1.2.1        Siman Bilang                 : untuk siswa Taman Kanak-Kanak (TK)
1.2.2        Dengar-Terka                : untuk siswa kelas I Sekolah Dasar (SD)
1.2.3        Menyelesaikan Cerita   : untuk siswa kelas II Sekolah Dasar (SD)


1.3  Tujuan
Tujuan menggunakan teknik pengajaran menyimak Siman Bilang, Dengar-Terka dan Menyelesaikan Cerita adalah sebagai berikut:

1.3.1        Meningkatkan konsentrasi dan daya ingat siswa.
1.3.2        Meningkatkan keaktifan siswa di dalam proses belajar.
1.3.3        Memberikan metode belajar yang variatif dan menarik.
1.3.4        Memotivasi siswa untuk belajar.


1.4  Manfaat
Bagi siswa teknik pengajaran menyimak ini bermanfaat untuk mengetahui tolak ukur sejauh mana kemampuan siswa dalam berkonsentrasi dan penalarannya dalam melaksanakan perintah. Teknik pengajaran ini juga membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran. Selain itu keaktifan siswa juga semakin bertambah.









II Pembahasan
Pada tugas ini penulis akan menjelaskan tiga dari empat belas teknik pengajaran kemampuan menyimak, yakni Siman Bilang, Dengar-Terka, dan Menyelesaikan Cerita. Ketiga teknik pengajaran kemampuan menyimak ini diharapkan mampu memudahkan siswa dalam memperoleh, memahami, serta menganalisis materi simakan yang disampaikan oleh guru. Materi simakan yang disampaikan juga telah disesuaikan dengan jenjang pendidikan supaya ada kesesuaian antara materi simakan dengan kemampuan menyimak siswa.

2.1  Siman Bilang
Siman adalah nama orang, nama ini bisa diganti dengan nama siapa pun.Teknik ini membutuhkan kemampuan menyimak yang sangat tinggi. Cara menyampaikan teknik ini salah satunya adalah dengan cara menyuruh satu peserta didik maju ke depan kelas untuk berperan sebagai Siman. Siman akan mengucapkan kalimat perintah dan akan dilakukan oleh peserta didik yang lainnya. Hanya yang diucapkan oleh Siman, bukan tindakan.

2.2.1 Proses Belajar Mengajar
Pada teknik ini guru memberikan kesempatan kepada salah satu siswa yang berperan sebagai Siman untuk maju ke depan kelas. Siswa tersebut disuruh memberikan perintah kepada siswa lainnya. Siswa yang ada di depan harus mengucapkan “Siman bilang…” terlebih dahulu dan semua siswa lainnya harus mengikuti perintah. Apabila perintah yang diberikan tidak diawali “Siman bilang…” maka siswa lain tidak boleh mengikuti perintah tersebut. Diperlukan kesiapan dan konsentrasi penuh unuk melakukan apapun yang diperintahakan oleh Siman.
Contoh :
Dias adalah  seorang siswa yang bersedia menjadi Siman maju ke depan kelas.
Guru    :”Anak-anak ikuti perintah teman kita yang di depan ya”.
Siswa   :”Siap Bu Guru”.
Dias     :”Siman bilang… angkat tangan kanan!”
Siswa   : (Angkat tangan kanan)
Dias     : “Siman bilang… berdiri!”
Siswa   : (Berdiri)
Dias     :”Semuanya tepuk tangan!”
Siswa   : (Diam)
Dias     :”Siman bilang… duduk!”
Siswa   : (Duduk)
Dias     :”Semuanya angkat tangan kanan!”
Siswa   : (Diam)

2.1.2 Evaluasi
Semua siswa dapat melaksanakan perintah dengan baik, mereka dapat berkonsentrasi sehingga tidak melakukan kesalahan dalam menjalankan perintah.

2.1.3 Inisiatif
Teknik pengajaran menyimak Siman Bilang dapat digunakan sebagai teknik keterampilan berbicara, yaitu dengan menyuruh siswa berperan sebagai Siman secara bergantian. Selain itu dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menciptakan sebuah perintah, mendorong tingkat kedisiplinan dan kecakapan siswa dalam melaksanakan perintah, serta melatih siswa untuk berpikir kritis.

2.2   Dengar-Terka
Teknik ini membutuhkan kemampuan menyimak dengan cermat. Teknik ini dilakukan dengan cara guru memberikan deskripsi yang menggambarkan suatu benda dan peserta didik diharapkan mampu menebaknya.

2.2.1 Proses Belajar Mengajar
Guru mendeskripsikan ciri – ciri suatu benda. Siswa mendengarkan apa yang diucapkan oleh guru lalu menerka benda yang dimaksud.
Contoh:
Guru    :” Anak-anak, mari kita bermain tebak-tebakan.
Nanti Bu Guru akan menyebutkan ciri-ciri suatu benda, yang tahu jawabannya segera angkat tangan ya.”
Siswa   :”Siap Bu Guru.”
Guru    :”Baiklah, kita mulai.
Aku adalah sejenis angkutan umum. Aku selalu menjadi pilihan banyak orang yang ingin bepergian jauh ke berbagai pulau dan negara. Perjalanan denganku sangat mengasyikkan dan bebas macet. Denganku kalian dapat melihat rumah kalian jauh di angkasa. Siapakah aku?”
Siswa   :”Pesawat Terbang!”
Guru    :” Benar! Lagi ya,..
Aku adalah makhluk hidup seperti kalian. Aku memiliki empat kaki. Tubuhku berbulu. Aku suka makan ikan. Siapakah aku?”
Siswa   :”Kucing!”

2.2.2 Evaluasi
Semua siswa yang sudah bisa menerka benda-benda yang dimaksud.

2.2.3 Inisiatif
Teknik pengajaran kemampuan menyimak dengar-terka dapat dijadikan sebagai metode pengembangan kreativitas anak, terutama untuk mengembangkan imajinasi dan penalarannya. Selain itu juga melatih siswa untuk berpikir kritis dan logis.

2.3  Menyelesaikan Cerita
Teknik pengajaran kemamuan menyimak ini membutuhkan konsentrasi tinggi, kreatifitas dan imajinasi. Bisa dilakukan secara individu maupun kelompok.

2.3.1     Proses Belajar Mengajar
Pada teknik pengajaran menyimak ini membutuhkan konsentrasi, kreatifitas dan imajinasi yang tinggi. Cara penerapannya :
2.3.1.1  Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok setiap kelompok  beranggotakan 4-5 anak.
2.3.1.2  Kelompok pertama maju ke depan kelas.
2.3.1.3  Guru membacakan sebuah penggalan cerita yang telah disiapkan.
Contoh:  Pada zaman dahulu, hiduplah seekor kancil yang cerdik…. (dilanjutkan siswa)
2.3.1.4  Siswa langsung melanjutkan penggalan cerita dari guru.
2.3.1.5  Misalnya siswa pertama dalam kelompok tersebut mampu melanjutkan cerita seperempatnya, kemudian siswa kedua dalam kelompok tersebut melanjutkan cerita temannya yang pertama tadi.
2.3.1.6  Hal ini terus berlangsung hingga semua anggota kelompok mendapat giliran bercerita.
Contoh:
Kelompok pertama maju ke depan kelas.
Guru    :”Anak-anak, lanjutkan cerita dari bu guru ya.
Pada zaman dahulu, Kancil merupakan binatang yang paling cerdik di dalam hutan. Banyak binatang di dalam hutan datang kepadanya untuk meminta pertolongan apabila mereka menghadapi masalah. Walaupun ia menjadi tempat tumpuan binatang-binatang di dalam hutan, tetapi ia tidak menunjukkan sikap yang sombong malah bersedia membantu kapan saja.”
Siswa 1:”Suatu hari Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan.
Cuaca pada hari itu sangat panas dan karena terlalu lama berjalan, Kancil merasa kehausan. Lalu ia berusaha mencari sungai terdekat. Setelah mengelilingi hutan akhirnya Kancil aliran sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang waktu, Kancil minum sepuas-puasnya. Dinginnya air sungai itu menghilangkan rasa dahaganya.
Kancil melanjutkan perjalanannya menyusuri sungai. Apabila merasa lelah, ia beristirahat sebentar di bawah pohon beringin yang sangat rindang. Setelah itu, Kancil kembali menyusuri sungai tersebut sambil memakan dedaunan kegemarannya. Ketika tiba di suatu tempat, Kancil melihat kebun buah-buahan di seberang sungai. “Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut,” pikir Kancil.“
Siswa 2:”Kancil terus berpikir mencari akal untuk menyeberangi sungai itu.
Tiba-tiba seekor buaya menggigit kakinya. Beberapa buaya lain juga berenang mendekat. Kancil tahu ia harus segera menemukan akal untuk menyelamatkan diri.
“Halo buaya,” kata kancil sambil menyembunyikan suaranya yang gemetar.
“Kebetulan kita bertemu di sini, jadi aku tidak perlu memanggil kalian.” Para buaya bingung, mengapa kancil ingin bertemu dengan mereka? Buaya yang menggigit kaki kancil bahkan sudah melepaskan gigitannya. Kancil bisa saja melarikan diri, namun ia tahu buaya dapat bergerak dengan sangat cepat. Ia pasti tertangkap lagi.
Siswa 3:”Begini, buaya,” lanjut kancil.
“Aku diperintah oleh Baginda Raja untuk menghitung jumlah penduduk hutan ini. Berapa jumlah semua buaya di sungai ini?” Para buaya saling berpandang-pandangan. Mereka tidak tahu berapa jumlah buaya yang ada di sana.Kancil menunggu sejenak.
“Kalian tidak tahu?” Para buaya menggeleng.
“Baiklah,” kata kancil.
 “Panggil semua buaya kemari.”
Semua buaya dipanggil. Kancil pun mulai menghitung buaya sambil menunjuk-nunjuk. Ia tampak kesulitan menghitung
“Lebih baik kalian berjajar dari sini ke seberang sana. Aku akan lebih mudah menghitung kalian.” Para buaya sibuk berjajar. Kancil kemudian menghitung mereka dengan melompat-lompat dari punggung buaya yang satu ke yang lain.
Siswa 4:“Satu... dua... tiga..., dan terakhir lima belas!”
Kancil sambil menghitung lalu melompat ke daratan. Namun kancil kelihatan bingung. Ia bergumam keras-keras.
“Berapa ya tadi? Lima belas atau enam belas?”
Para buaya mulai beranjak dari barisannya.
“Jangan bubar dulu. Lebih baik kuhitung sekali lagi.” Kancil lalu menghitung ulang, setelah menghitung buaya yang terakhir kancil melompat ke seberang sungai.
“Terimakasih buaya kau telah membantuku.”
Kancil lalu berlari menuju kebun buah-buahan, meninggalkan buaya yang marah karena telah dibohongi.”

2.3.2 Evaluasi
Siswa mampu melanjutkan cerita dengan mengembangkan imajinasinya dan dapat menyelesaikan cerita tersebut.

2.3.3 Inisiatif
Teknik pengajaran menyimak menyelesaikan cerita dapat meningkatkan keterampilan berbicara, khususnya ketika siswa maju ke depan kelas untuk menyelesaikan cerita. Selain itu juga menambah pengetahuan dan wawasan siswa.

























III Penutup
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang cukup mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Oleh karena itu keterampilan menyimak harus ditingkatkan karena sangat dibutuhkan oleh manusia, terutama untuk kepentingan lingkungan pendidikan. Proses kegiatan pembelajaran menyimak menggunakan teknik-teknik tertentu dilakukan untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di sekolah. Selain itu, melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran lebih menarik bagi siswa.

3.1  Implikasi
Setelah siswa mampu menguasai materi simakan melalui teknik pengajaran menyimak Siman Bilang, Dengar-Terka dan Menyelesaikan Cerita, maka siswa akan lebih pandai dalam memecahkan masalah di lingkungan. Selain itu siswa akan dapat menilai sikap dan perilaku orang-orang disekelilingnya.

3.2  Kontribusi

Teknik pengajaran menyimak Siaman Bilang, Dengar-Terka dan Menyelesaikan Cerita berkontribusi terhadap siswa, di antaranya memberikan rasa senang, bersifat menghibur, menumbuhkan kedisiplinan, meningkatkan intelektual, menambah pengetahuan dan wawasan, serta meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian. Selain itu juga menumbuhkan rasa kompetisi dalam diri siswa.

Saturday 8 July 2017

Makalah Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Melalui Budaya Bangsa

Makalah
Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Melalui Budaya Bangsa
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu Sholihul Hakim, SH., MH.





Disusun Oleh :
Dwi Astuti Asih
1610301071
2A



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………...…. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………..... 2
Bab I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang Masalah ……………………………………………..… 3
1.2  Tujuan Penulisan …………………………………………….………… 3 
1.3  Manfaat Penulisan ...…………………………………………………… 4
1.4  Rumusan Masalah ………………………………………………..…..... 4
Bab II Tinjauan Pustaka
            2.1 Cinta Tanah Air (Nasionalisme) …………….………….…………... 5
            2.2 Kebudayaan …………………………………………………………. 7
Bab III Pembahasan
            3.1 Budaya Bangsa Indonesia ………………………………………….. 11
            3.2 Perkembangan Budaya Nasional …………………………………… 11
            3.3 Hubungan Kebudayaan dengan Nasionalisme …………………...… 13
Bab IV Penutup
4.1 Simpulan ……………………………………………………...……. 17
4.2 Saran ………………………………………………………..………. 17
Daftar Pustaka ………………………………………………………………..… 18
Lampiran











BAB I
 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan kompleksitas budaya yang pluralitas dan heterogen. Indonesia memiliki beragam bahasa, agama, ras, etnik dan suku bangsa. Nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari keragaman ini kemudian dimanifestasikan dalam satu kesatuan Bhineka Tunggal Ika atas dasar acuan Pancasila menjadi identitas nasional. Nilai-nilai budaya yang tercermin dalam identitas nasional tersebut cenderung terus-menerus bersemi karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya.
Era globalisasi sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era globalisasi tersebut telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada (Syahrial Syarbaini (2012:229). Banyak persoalan menghampiri bangsa Indonesia akibat pengaruh gobalisasi. Seperti munculnya tindakan-tindakan anarkis, pelanggaran terhadap moralitas dan etika, modernisasi, serta sikap apatis dan hedonis. Hal tersebut terjadi karena kecintaan terhadap Tanah Air yang mulai melemah dan lunturnya nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.
Salah satu cara untuk menyelamatkan keutuhan Indonesia di masa depan adalah dengan menumbuhkan rasa kecintaan terhadap Indonesia yang multikultural ini. Karena dengan menumbuhkan kembali rasa cinta itu maka akan muncul rasa pengabdian dan rasa ingin melindungi apa yang dimiliki oleh bangsa. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas bagaimana membangun cinta tanah air melalui kebudayaan bangsa Indonesia itu sendiri.

1.2  Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui pengertian Cinta Tanah Air (Nasionalisme) dan Kebudayaan.
b.      Untuk mengetahui Budaya Bangsa Indonesia
c.       Untuk mengetahui perkembangan Budaya Nasional.
d.      Untuk mengetahui hubungan antara Kebudayaan dengan Nasionalisme.
e.       Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

1.3  Manfaat Penulisan
a.       Menambah wawasan mengenai Nasionalisme dan Kebudayaan.
b.      Menumbuhkan semangat nasionalisme.
c.       Menumbuhkan rasa ingin melindungi dan melestarikan budaya bangsa di tengah arus globalisasi.

1.4  Rumusan Masalah
a.       Apa saja Kebudayaan Bangsa Indonesia?
b.      Bagaimana perkembangan Budaya Nasional?
c.       Apa hubungan antara Kebudayaan dengan Nasionalisme?





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cinta Tanah Air (Nasionalisme)
2.1.1        Pengertian Cinta Tanah Air (Nasionalisme)
Nasionalisme adalah suatu paham rasa cinta tehadap bangsa dan tanah air  yang ditimbulkan oleh persamaan tradisi yang berkaitan dengan sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, tempat tinggal dan keinginan mempertahankan dan mengembangkan tradisinya sebagai milik bersama dari anggota bangsa itu sebagai kesatuan bangsa.
Menurut KBBI, Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air. Dalam arti sempit, Nasionalisme merupakan suatu sikap meninggikan bangsanya sendiri sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagimana mestinya. Sedangkan dalam arti luas, Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara sekaligus menghargai bangsa lain.
Pengertian Nasionalisme menurut para ahli adalah sebagi berikut :
  1. Menurut Ernest Renan, Nasionalisme adalah kemauan untuk bersatu tanpa paksaan dalam semangat persamaan dan kewarganegaraan.
  2. Menurut Hans Kohn, Nasionalisme adalah suatu bentuk state of mind and an act of consciousness. Dengan kata lain, nasionalisme adalah formalisasi dan realisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara.
  3. Menurut Anderson, Nasionalisme adalah kekuatan kontinuitas dari sentiment dan identitas nasional dengan mementingkan nation.
  4. Menurut Ernest Gellenervia, Nasionalisme adalah suatu prinsip politik yang beranggapan bahwa unit nasional dan politik harusnya seimbang.
  5. Menurut Otto Bauer, Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena persaan senasib.
  6. Menurut L. Stoddard, Nasionalisme adalah adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
  7. Menurut Louis Sneyder, Nasionalisme adalah hasil perpaduan factor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intlektual.
  8. Menurut Dr. Hertz, dalam bukunya Nationality in History and Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme: 1) Hasrat untuk mencapai kesatuan; 2) Hasrat untuk mencapai kemerdekaan; 3) Hasrat untuk mencapai keaslian; 4) Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.
2.1.2        Lahirnya Nasionalisme di Indonesia
a.       Faktor internal yang mendorong lahirnya nasionalisme di Indonesia, yaitu:
1)      Kejayaan Bangsa Indonesia sebelum kedatangan Bangsa Barat
Sebelum kedatangan Bangsa Barat, di wilayah Nusantara telah berdiri kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Mataramdan Majapahit. Kejayaan masa lampau itu menjadi sumber inspirasi untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah.
2)      Penderitaan rakyat akibat Politik Drainage (Pengerukan Kekayaan)
Politik drainage mencapai puncaknya ketika diterapkan system tanam paksa yang dilanjutkan dengan system ekonomi liberal.
3)      Adanya diskriminasi rasial
Deskriminasi merupakan hal menonjol yang diterapkan poleh pemerintah colonial Belanda dalam kehidupan sosial pada awal abad ke-20. Dalam bidang pemerintahan, tidak semua jabatan tersedia untuk kaum pribumi.
4)      Munculnya golongan terpelajar
Pada awal abad ke-20 pendidikan mendapat perhatian yang lebih baik dari pemerintah colonial. Hal itu sejalan dengan diterapkannya politik etis. Melalui penguasaan bahasa asing yang diajarkan di sekolah-sekolah modern, mereka dapat mempelajari ide-ide paham-paham baru yang berkembang di Barat, seperti tentang HAM, liberalism, nasionalisme dan demokrasi.

b.      Faktor eksternal yang mendorong lahirnya nasionalismwe di Indonesia, yaitu :
1)      Kemenangan Jepang terhadap Rusia (1904-1905)
Kemenangan Jepang terhadap Rusia telah berhasil menggugah kesadaran bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk melawan penjajahan bangsa-bangsa kulit putih.
2)      Kebangkitan nasionalisme negara-negara Asia-Afrika
Kebangkitan nasionalisme negara-negara Asia-Afrika memberikan dorongan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk bangkit melawan penindasan pemerintahan kolonial.
3)      Masuknya paham-paham baru
Paham-paham baru seperti liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi muncul setelah terjadinya Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis

2.2      Kebudayaan
2.2.1        Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta ‘buddhayah’ yang merupakan bentuk jamak dari ‘buddhi’ yang artinya akal. Menurut bahasa kebudayaan disebut ‘culture’ (Inggris), kultur (Jerman), ‘cultuur’ (Belanda), ‘tsaqafah’ (Arab), ‘colore’ (Latin), artinya segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Menurut KBBI, kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
Pengertian kebudayaan menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a.       Menurut Prof. Dr. Koentjoroningrat (1985:180), kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.
b.      Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia yaitu hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dana lam yang merupakan bukti kejayaan  hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangandan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagaiaan yang pada lahirnya bersifat tertibdan damai
c.       Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
d.      Menurut Sutan Takdir Ali Sjahbana, kebudayaan merupakan manifestasi dari cara berpikir.
e.       Menurut Sarmidi Mangunsarkoro, kebudayaan adalh Segala yang merupakan (bersifat) hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
f.       Menurut Endang Saifuddin Anshari, kebudayaan adalah hasil karya cipta (pengolahan, perasaan, kemauan, imajinasi) dan raganya, yang menyatakan diri dalam berbagai kehidupan manusia, sebagai jawaban atas segala tantangan, tuntutan dan dorongan dari intra dan eksta diri manusia, menuju ke arah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan (spiritual dan materi manusia baik individu, masyarakat maupun individu dan masyarakat.
g.      Menurut Arkeolog R Soekmono, kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya buah pikiran dalam kehidupan.
h.      Menurut Parsudi Suparlan, kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagi makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi landasan bagi tingkah lakunya.
i.        Menurut Effat Al Syarqawi, kebudayaan merupakan khazanah sejarah suatu bangsa atau masyarakat yang tercermin dalam pengakuan atau kesaksian nilai-nilai yang menggariskan bagi kehidupan suatu tujuan ideal dan makna rohaniah yang dalam, bebas dan kontradiksi ruang dan waktu.
j.        Menurut Dr Moh Hatta, kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.
k.      Menurut Drs. Sidi Gazalba, kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu.
l.        Menurut Djojodigono (1958), kebudayaan adalah daya dari budi yang berupa cipta, karya, rasa.
m.    Menurut Her Skovits, kebudayaan merupakan sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasiyang lain, yang kemudian disebut sebagai supraorganic.
n.      Menurut Andreas Epping, kebudayaan mengandung seluruh pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religious, dan segala peryataan intelektual dan artistic yang menjadi ciri khas suatu mayarakat.
o.      Menurut Edward Burnett Tylor (1897), kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemauan-kemauan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
p.      Menurut Khober dan Klukhohn (1950), kebudayaan terdiri atas beberapa pola, diturunkan oleh symbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiridari kelompok-kelompok manusia, termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan.
q.      Menurut Robert H Lowie, kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal dan informal.

2.2.2        Unsur-Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur kebudayaan universal yang menjadi isi pokok suatu kebudayaan, yaitu :
1)      Kesenian
2)      Sistem teknologi dan peralatan
3)      Sistem organisasi masyarakat
4)      Bahasa
5)      Sistem mata pencaharian hidup dan system ekonomi
6)      Sistem pengetahuan
7)      Sistem religi

2.2.3        Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1)      Gagasan (Wujud Ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, norma-norma, peraturan dan sebagainya yang bersifat abstrak tidak dapat diraba dan disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam pikiran manusia.
2)      Aktivitas (Tindakan)
Ativitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan manusia yang berpola di dalam masyarakat. Sering disebut sebagai system sosial, terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan.
3)      Artefak (Karya)
Artefak merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya manusia yang berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan.















BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kebudayaan Bangsa Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam bahasa, agama, ras dan suku bangsa. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda, sehingga menjadikan keragaman budaya. Keberagaman budaya tersebut bukan berarti memecah-belah bangsa Indonesia akan tetapi untuk memperkaya dan memperkokoh kesatuan bangsa Indonesia itu sendiri. Keberagaman budaya merupakan sesuatu yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang patut dibanggakan dan dilestarikan.
Bentuk keberagaman budaya di Indonesia diantaranya:
a.       Bahasa Daerah
Setiap suku bangsa mempunyai bahasa daerahnya sendiri-sendiri. Contohnya : bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, bahasa Sunda, bahasa Banjar, bahasa Minangakabau, bahasa Bali, dan bahasa-bahasa dari daerah yang lainnya.
b.      Adat Istiadat
Setiap daerah di Indonesia mempunyai adat istiadat yang berbeda-beda, meliputi pakaian adat, rumah adat, tata cara dalam perkawinan dan kematian, upacara keagamaan serta kebiasaan masyarakat daerah setempat.
c.       Kesenian Daerah
Kesenian daerah di Indonesia sangat beragam. Kesenian tersebut meliputi : lagu daerah, seni musik dan alat music daerah, seni pertunjukan daerah, permainan tradisional, seni tari, dan cerita rakyat yang berkembang di masing-masing daerah.

3.2 Perkembangan Budaya Nasional
Perkembangan budaya di Indonesia selalu mengalami naik turun. Pada awalnya, Indonesia mempunyai banyak peninggalan budaya yang merupakan warisan dari nenek moyang. Akan tetapi sekarang ini budaya Indonesia agak menurun. Semakin derasnya arus globalisasi membuat rasa cinta terhadap budaya bangsa semakin berkurang. Banyak penduduk Indonesia yang kini telah melupakan budaya bangsanya sendiri.
3.2.1        Faktor yang mendorong dan menghambat perkembangan budaya di Indonesia
a.       Faktor Internal
·         Perubahan Demografis
Perubahan demografis di setiap daerah cenderung terus bertambah sehingga menyebabkan perubahan pada berbagai sector kehidupan, salah satunya pada kebudayaan.
·         Konflik Sosial
Konflik sosial dapat dapat mempengaruhi terjadinya perubahan dalam  suatu masyarakat sehingga berpengaruh juga terhadap perkembangan kebudayaan.
·         Bencana Alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempengaruhi erkembangan kebudayaan. Misalnya masyarakat yang menjadi korban bencana alam akan dievakuasi  dan dipindahkan ke tempat yang baru, mereka harus beradaptasi dengan lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
b.      Faktor Eksternal
·         Perdagangan
Indonesia sering kali menjadi persinggahan-persinggahan pedagang besar karena terletak pada jalur perdagangan Asia Timur dengan India, Timur Tengah bahkan Eropa. Selain berdagang mereka juga memperkenalkan budayanya kepada masyarakat setempat sehingga mempengaruhi perkembangan budaya bangsa Indonesia. Apalagi saat ini Indonesia  
·         Penyebaran Agama
Masuknya unsur-unsur budaya India atau Arab bersamaan dengan proses penyebaran agama hindu dan islam, sangat berpengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa.
·         Peperangan
Indonesia pernah dijajah bangsa Barat selama 350 tahun, dalam suasana tersebut banyak unsur-unsur budaya bangsa asing yang masuk dan mempengaruhi pertumbuahan budaya yang ada di Indonesia.

3.3      Hubungan Kebudayaan dengan Nasionalisme
Kebudayaan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan nasionalisme. Karena dengan adanya rasa cinta terhadap Tanah Air akan timbul keinginan untuk melindungi dan melestarikan keragaman kebudayaan yang ada di bangsa Indonesia.
3.3.1        Tantangan Kebudayaan dan Nasionalisme
Salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh kebudayaan dan nasionalisme adalah globalisasi. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. (Edison A. Jamli dkk, Kewarganegaraan, 2005).
Globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antarbangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang semakin dipersempit dan waktu semakin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi skala dunia. Globalisasi berlangsung dalam segala bidang kehidupan, seperti bidang ideology, politik, ekonomi, dan sosial budaya. (Public Jurnal, Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang, 2005)
Kehadiran globalisasi membawa pengaruh positif dan negative di berbagai bidang kehidupan, khususnya bidang kebudayaan. Selain itu juga berpengaruh terhadap nilai nasionalisme terhadap suatu bangsa.
Di tengah derasnya arus globalisasi, banyak sekali permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia yang berkaitan dengan kebudayaan. Rasa kecintaan terhadap budaya bangsa mulai memudar. Banyak masyarakat Indonesia yang kini telah melupakan budayanya sendiri, tidak ada rasa ingin melindungi dan melestarikannya.
Beberapa permasalahan tentang kebudayaan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1)      Westernisasi
Westernisasi adalah gaya hidup yang mengadopsi budaya Barat. Saat ini banyak remaja-remaja Indonesia yang berpenampilan seperti selebritis namun cenderung ke budaya Barat. Mulai dari cara berpakaian yang serba minim, model potongan rambut dan sikap hedonisme. Hal tersebut tentu saja bertentangan dengan budaya bangsa. Westernisasi telah membuat remaja-remaja kehilanggan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.
2)      Budaya Indonesia yang di klaim oleh negara lain
Akibat Pemerintah dan masyarakat yang kurang memperhatikan budaya bangsa, banyak budaya Indonesia yang di klaim oleh negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa rasa kecintaan terhadap budaya bangsa sangat rendah.
Beberapa budaya Indonesia yang di klaim negara lain diantaranya sebagi berikut:
·      Alat music Angklung dan Gamelan dari Jawa di klaim oleh Malaysia.
·       Lagu Jali-Jali, Injit-Injit Semut dan Rasa Sayange di klaim oleh Malaysia.
·      Tari Reog Ponorogo dan Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur di klaim Malaysia.
·      Naskah kuno dari Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara di klaim oleh Malaysia.
·      Batik dari Jawa di klaim Adidas.
·      Motif batik parang dari Yogyakarta di klaim oleh Malaysia.
3)      Perubahan Budaya
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Masuknya budaya asing mempengaruhi perkembangan budaya lokal. Bahkan masyarakat yang tradisional kini telah terpengaruh dengan adanya modernisasi. Semangat gotong royong kini juga sudah berubah menjadi individualisme. Selain itu saat ini banyak generasi muda yang saat lebih suka menonton tayangan drama Korea, Thailand, Jepang dan Amerika daripada menonton wayang, ketoprak dan seni tari dari bangsanya sendiri.
3.3.2 Upaya Meningkatkan Jiwa Nasionalisme Melalui Kebudayaan
Banyaknya budaya bangsa yang di klaim oleh negara tetangga berdampak baik dalam membangkitan semangat nasionalisme. Masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya kebudayaan sehingga muncul rasa bangga dan ingin melindungi serta melestarikan beragam kebudayaan yang ada.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jiwa nasionalisme melalui kebudayaan adalah sebagai berikut:
1.      Tanamkan rasa bangga terhadap keunikan bangsa kita dari segi budaya, yang menjadi ciri khas dan membedakan dengan bangsa lain. Selain itu jangan ragu untuk mempelajari keberagaman budaya yang kita miliki yang bahkan orang asing yang ingin mempelajarinya.
2.      Kenalkan budaya bangsa kepada generasi penerus sejak mereka masih kanak-kanak. Misalnya dengan mengenalkan permainan tradisional seperti congklak, gobak sodor, Egrang dan sebagainya. Hal ini sangat bermanfaat untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dan juga melestarikan budaya bangsa.
3.       Pertahankan sikap ramah tamah dan gotong royong yang sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
4.      Penggunaan batik di sekolah. Penetapan batik sebagai budaya bangsa oleh Unesco pada tanggal 2 Oktober 2009 juga ditetapkan sebagai hari batik nasional. Namun alangkah lebih baik jika setiap sekolah di Indonesia menggunakan batik untuk seragam identitasnya. Hal ini dapat akan lebih efektif dalam melestarikan budaya dan juga menumbuhkan jiwa nasionalisme. Selain itu kreasi pakaian yang mengikuti mode namun menggunakan motif batik juga dapat menjumbuhkan rasa bangga terhadap batik itu sendiri.
5.      Jangan jenuh untuk menonton kesenian daerah. Misalnya wayang, wayang merupakan salah satu kesenian Indonesia yang sarat akan pesan moral. Apalagi jika bercerita tentang perjuangan, hal ini tentu saja dapat meningkatkan jiwa nasionalisme.
6.      Menyaring budaya asing yang masuk. Kita harus selektif dengan budaya asing yang masuk, ambil yang mempunyai segi positifnya. Misalnya music dari Barat yang bisa dikolaborasi dengan gending, sehingga menjadi musik pengiring tari kreasi baru yang tidak membosankan.























BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
  1. Nasionalisme adalah paham cinta terhadap tanah air yang menimbulkan rasa bangga, dan keinginan untuk mempertahankan serta mengembangkan tradisi atau budaya bangsanya.
  2. Kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan hasil karya manusia yang didapat dengan belajar, yang memiliki tujuh unsur pokok.
  3. Budaya nasional sangat beragam. Setiap daerah di Indonesia memiliki adat istiadat, bahasa dan kesenian daerah yang berbeda-beda. Perkembangan budaya di Indonesia selalu mengalami naik dan turun. Di tengah derasnya arus globalisasi banyak permasalahan tentang kebudayaan yang timbul di Indonesia.
  4. Kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan nasionalisme. Karena dengan adanya rasa cinta terhadap Tanah Air akan menimbulkan rasa bangga, ingin melindungi dan melestarikan serta mengembangkan kebudayaan yang ada di dalamnya. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme melalui kebudayaan.

4.2 Saran
  1. Diharapkan masyarakat mengetahui tentang Nasionalisme dan Kebudayaan di Indonesia.
  2. Diharapkan informasi ini dapat tersebar ke masyarakat luas agar terbentuk jiwa nasionalisme dan meningkatkan tingkat kepedulian terhadap budaya Indonesia.
  3. Diharapkan masyarakat mampu menyaring pengaruh dari budaya asing yang masuk ke Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Menghidupi Jati Diri Bangsa. Jakarta: Grasindo.
Poesponegoro, Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.
Suwarno. 2011. Latar Belakang dan Fase Awal Pertumbuhan Kesadaran Nasional. Purwokerto: Putera Pelajar.
Jamli A, Edison. 2005. Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Akasara
Syarbaini Syahrial. 2012. Pendidikaan Kewarganegaraan. Jakarta: Media Pustaka
Priantomo Dhaniar Anwar. 2005. Modul Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas XI Semua Kompetensi Keahlian.
Public Jurnal. 2005. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan              Rahardjo Bambang. 2015. Informasi Seputar Pengetahuan Umum. Diakses pada tanggal 31 Maret 2017.
Search Yahoo. Diakses pada tanggal 31 Maret 2017.
Search Yahoo. Diakses pada tanggal 31 Maret 2017.
Search Yahoo. Diakses pada tanggal 31 Maret 2017.












LAMPIRAN

1.      Pakaian Adat






  1. Rumah Adat















  1. Lagu Daerah










  1. Tarian
1)      Tarian yang berasal dari Provinsi Nangroe Aceh Darusalam seperti Tari Seudati, Tari Saman Meusekat, dan lainnya.
2)      Tarian yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara seperti Tari Serampang Dua Belas, Tari Tor-tor dan yang lainnya.
3)      Tarian yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat seperti Tari Piring, Tari Payung dan yang lainnya.
4)      Tarian yang berasal dari Provinsi Riau seperti Tari Tandak, Tari Makan Sirih, dan yang lainnya.
5)      Tarian yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau seperti Tari Serampang Dua Belas, dan yang lainnya.
6)      Tarian yang berasal dari Provinsi Jambi seperti Tari Sekapur Sirih, Tari Selampir Delapan, dan yang lainnya.
7)      Tarian yang berasal dari Provinsi Bengkulu seperti Tari Andun, Tari Bidadari Teminang Anak, dan lainnya.
8)      Tarian yang berasal dari Provinsi Sumatera Selatan seperti Tari Tanggai, Tari Putri Bekhusek, dan yang lainnya
9)      Tarian yang berasal dari Provinsi Bangka Belitung seperti Tari Campak dan yang lainnya.
10)  Tarian yang berasal dari Provinsi Lampung seperti Tari Jangget, Tari Melinting, dan yang lainnya.
11)  Tarian yang berasal dari Provinsi Banten seperti Tari Merak, Tari Cokek, dan yang lainnya.
12)  Tarian yang berasal dari Provinsi DKI Jakarta seperti Tari Topeng, Tari Yopong, dan lainnya.
13)  Tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Barat seperti Tari Jaipong, Tari Topeng Kuncaran, Tari Merak, dan yang lainnya.Tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah seperti Tari Serimpi, Tari Blambang Cakil, dan yang lainnya.
14)  Tarian yang berasal dari Provinsi DI Yogyakarta seperti Tari Serimpi Sanggu Pati, Tari Bedhaya, dan yang lainnya.
15)  Tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Timur seperti Tari Remong, Tari Reog Ponorogo, dan yang lainnya.
16)  Tarian yang berasal dari Provinsi Bali misalnya Tari Legong, Tari Kecak, Tari Pendet, dan lainnya.
17)  Tarian yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat seperti tari Mpa Lenggogo, Tari Gandrung, dan yang lainnya.
18)  Tarian yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur seperti Tari Perang, Tari Caci, dan yang lainnya.
19)  Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Barat seperti Tari Monong, Tari Zapin Tembung, dan yang lainnya.
20)  Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah seperti Tari Tambun dan Bungai, Tari Balean Dadas, dan yang lainnya.
21)  Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Selatan seperti Tari Baksa Kembang, Tari Radab Rahayu, dan yang lainnya.
22)  Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Timur seperti Tari Gong, Tari Perang, dan yang lainnya.
23)  Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Utara seperti Tarian Kancet Ledo, dan yang lainnya.
24)  Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan seperti Tari Kipas, Tari Bosara, dan yang lainnya.
25)  Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah seperti Tari Lumense, Tari Moduai, Tari Peule Cinde dan yang lainnya.
26)  Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara seperti Tari Balumpa, Tari Dinggu, dan yang lainnya.
27)  Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Utara seperti Tari Maengket, Tari Polo dan yang lainnya.
28)  Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Barat seperti Tari Toerang Batu, dan yang lainnya.
29)  Tarian yang berasal dari Provinsi Gorontalo seperti Tari Saronde, dan yang lainnya.
30)  Tarian yang berasal dari Provinsi Maluku seperti Tari Lenso, Tari Cakelele, dan yang lainnya.
31)  Tarian yang berasal dari Provinsi Maluku Utara seperti Tari Perang, Tari Nahar Ilaa, dan yang lainnya.
32)  Tarian yang berasal dari Provinsi Papua seperti Tari Selamat Datang, Tari Musyoh, dan yang lainnya.
33)  Tarian yang berasal dari Provinsi Papua Barat seperti Tari Suanggi, Tari Perang Papua, dan yang lainnya