Saturday 8 July 2017

Makalah Meningkatkan Sikap Nasionalisme Melalui Sastra Tradisional

MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME MELALUI SASTRA TRADISIONAL



oleh:
Dwi Astuti Asih
1610301071
Universitas Tidar

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara dengan kompleksitas budaya yang pluralitas dan heterogen. Negara Indonesia memiliki beragam bahasa, agama, ras, etnik dan suku bangsa. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki tradisi, adat istiadat, dan budaya, termasuk sastra tradisional yang berkembang di daerahnya masing-masing yang secara turun temurun menjadi warisan bagi masyarakat.

Era globalisasi sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era globalisasi tersebut telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada (Syahrial Syarbaini (2012:229). Banyak persoalan menghampiri bangsa Indonesia akibat pengaruh gobalisasi. Seperti munculnya tindakan-tindakan anarkis, pelanggaran terhadap moralitas dan etika, modernisasi, serta sikap apatis dan hedonis, serta masyarakat yang tidak peduli lagi terhadap budaya bangsa, khususnya budaya membaca karya sastra tradisional yang ada di wilayah Indonesia. Hal tersebut menimbulkan melemahnya sikap nasionalisme dan mengakibatkan lunturnya nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

Untuk menyelamatkan keutuhan Indonesia di masa depan adalah dengan menumbuhkan rasa kecintaan terhadap Indonesia yang multikultural ini. Karena dengan menumbuhkan kembali rasa cinta itu maka akan muncul rasa pengabdian dan rasa ingin melindungi apa yang dimiliki oleh bangsa. Salah satu cara untuk meningkatkan sikap nasionalisme yaitu melalui sastra tradisional.

Dalam artikel ini akan membahas mengenai sastra tradisional yang berkembang di Indonesia, pengaruh globalisasi terhadap sastra tradisional, hubungan sastra tradisional dengan nasionalisme, dan upaya meningkatkan sikap nasionalisme melalui sastra tradisional.

Tujuan yang diharapkan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui tentang nasionalisme, globalisasi, sastra tradisional, dan hubungan antara ketiganya.  Selain itu juga untuk menambah wawasan tentang upaya meningkatan sikap nasionalisme melalui sastra tradisional, sehingga akan muncul sikap ingin melindungi, melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa yang berupa berbagai karya sastra tradisional yang ada di Indonesia.


TINJAUAN PUSTAKA

1.      Nasionalisme

Nasionalisme adalah suatu paham rasa cinta tehadap bangsa dan tanah air  yang ditimbulkan oleh persamaan tradisi yang berkaitan dengan sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, tempat tinggal dan keinginan mempertahankan dan mengembangkan tradisinya sebagai milik bersama dari anggota bangsa itu sebagai kesatuan bangsa.

Menurut KBBI, Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air. Dalam arti sempit, Nasionalisme merupakan suatu sikap meninggikan bangsanya sendiri sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagimana mestinya. Sedangkan dalam arti luas, Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara sekaligus menghargai bangsa lain.

Pengertian Nasionalisme menurut para ahli adalah sebagi berikut:
  1. Menurut Ernest Renan, Nasionalisme adalah kemauan untuk bersatu tanpa paksaan dalam semangat persamaan dan kewarganegaraan.
  2. Menurut Hans Kohn, Nasionalisme adalah suatu bentuk state of mind and an act of consciousness. Dengan kata lain, nasionalisme adalah formalisasi dan realisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara.
  3. Menurut Anderson, Nasionalisme adalah kekuatan kontinuitas dari sentiment dan identitas nasional dengan mementingkan nation.
  4. Menurut Ernest Gellenervia, Nasionalisme adalah suatu prinsip politik yang beranggapan bahwa unit nasional dan politik harusnya seimbang.
  5. Menurut Otto Bauer, Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena persaan senasib.
  6. Menurut L. Stoddard, Nasionalisme adalah adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
  7. Menurut Louis Sneyder, Nasionalisme adalah hasil perpaduan factor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intlektual.
  8. Menurut Dr. Hertz, dalam bukunya Nationality in History and Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme: 1) Hasrat untuk mencapai kesatuan; 2) Hasrat untuk mencapai kemerdekaan; 3) Hasrat untuk mencapai keaslian; 4) Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

2.      Globalisasi

        Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. (Edison A. Jamli dkk, Kewarganegaraan, 2005).

        Globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antarbangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang semakin dipersempit dan waktu semakin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi skala dunia. Globalisasi berlangsung dalam segala bidang kehidupan, seperti bidang ideology, politik, ekonomi, dan sosial budaya. (Public Jurnal, Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang, 2005).

        Kehadiran globalisasi membawa pengaruh positif dan negative di berbagai bidang kehidupan, khususnya bidang kebudayaan yang di dalamnya terdapat sastra tradisional. Hal ini juga berpengaruh terhadap nilai nasionalisme terhadap suatu bangsa.

3.      Sastra Tradisional
Sastra tradisional terdiri dari dua kata yaitu kata sastra dan tradsional. Pengertian dari Sastra itu sendiri adalah seni yang menggunakan bahasa, yang berupa teks berisi intruksi, ajaran dan pedoman. Bahasa dalam sastra diolah sedemikian rupa sehingga menimbulkan nilai-nilai keindahan. Sedangkan tradisional artinya suatu tadisi atau adat yang diwariskan secara turun temurun (menurut KBBI). Jadi, sastra tradisional adalah karya sastra yang diwariskan secara turun-temurun.

Menurut Mitchell (2003:228), sastra tradisional (traditional literature) merupakan suatu bentuk ekspresi masyarakat pada masa lalu yang umumnya disampaikan secara lisan. Sastra tradisional dikenal di berbagai belahan dunia, misalnya cerita dari Yunani Klasik, India, Cina, Jepang dan dari berbagai pelosok tanah air Indonesia. Cerita-cerita tradisional dapat berwujud legenda, mitos, fabel, dan berbagai bentuk cerita rakyat yang lain yang sering disebut sebagai folklore, folktale atau sebutan-sebutan kategorisasi lainnya. Selain itu sastra juga sebagai sarana penting untuk memahamkan dunia kepada orang lain, menyimpan dan mewariskan gagasan dan nilai-nilai dari generasi ke generasi.

Adapun karakteristik sastra tradisional antara lain adalah:
·         Pada umumnya tidak diketahui pengarangnya.
·         Sastra traditional merupakan milik masyarakat.
·         Merupakan sebuah warisan sastra anak yang berharga dan menjadi dasar pemahaman seluruh kesastraan.
·         Bersifat tradisional karena hanya diwariskan secara lisan, dan bersifat personal karena tiap pencerita memiliki kebebasan untuk memilih berbagai bentuk kebahasaan sesuai dengan seleranya.

Karya sastra yang baik mengandung nilai (value). Nilai tersebut dikemas dalam wujud struktur karya sastra, yang secara implisit terdapat dalam alur, latar, tokoh, tema, dan amanat atau didalam larik, kuplet, rima dan irama. Nilai yang terkandung dalam suatu karya sastra antara lain:
  • Nilai hedonik (hedonic value) yaitu nilai yang dapat memberikan kesenangan secara langsung kepada pembaca atau penikmat sastra.
  • Nilai artistik (artistic value) yaitu nilai yang dapat memanivestasikan suatu seni atau keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.
  • Nilai kultural (cultural value) yaitu nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan.
  • Nilai etis, moral agama (ethical, moral, religious value) yaitu nilai yang dapat memberikan atau memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika, moral dan agama.
  • Nilai praktis (practical value) yaitu nilai yang mengandung hal-hal praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Menurut Huck, sastra tradisional adalah milik masyarakat yang menciptakannya dan dikisahkan baik kepada orang dewasa maupun anak. Anak dapat menikmati cerita itu karena menarik, sering mengandung humor, dan pada umumnya cerita berakhir dengan kebahagiaan. Tokoh cerita yang baik mendapat hadiah, sedang tokoh jahat mendapat hukuman. Hal ini oleh Aristoteles kemudian disebut sebagai Katarsis, prinsip pencucian dari segala dosa. Bagi anak hal itu dapat dipandang sebagai pembelajaran prinsip-prinsip keadilan dan penilaian moral.

Dalam sastra tradisional antara lain dikisahkan berbagai fabel yang dapat dikategorikan sebagai cerita fantasi. Chukovsky (via Huck dkk, 1987:253) mengemukakan bahwa cerita fantasi merupakan sesuatu yang paling berharga dalam jiwa kemanusiaan dan amat menunjang perkembangan anak sejak awal pertumbuhannya. Sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, tetapi pasti muncul pada masyarakat yang telah memiliki tradisi, adat istiadat, konvensi, keyakinan, pandangan hidup, cara hidup, cara berpikir, pandangan tentang estetika dan lain-lain yang merupakan wujud kebudayaan. Sebagai sebuah kebutuhan untuk berekspresi dan bereksistensi sastra dipakai untuk mengungkapkan berbagai pola kehidupan masyarakat, sehingga sastra akan mencerminkan keadaan kehidupan sosial budaya masyarakat itu.

Pesan-pesan yang terdapat dalam karya sastra pada umumnya juga berupa nilai-nilai yang ada kaitannya dengan nilai-nilai yang terdapat pada latar belakang social budaya masyarakat. Dengan membaca cerita tradisional dari berbagai daerah kita dapat memperoleh pengetahuan wawasan dan pemahaman tentang kebudayaan masyarakat yang bersangkutan (Norton & Norton, 1994: 355).

Fungsi Sastra Tradisional antara lain adalah:
·         Memahami akar eksistensi manusia dan kemanusiaan serta hidup dan kehidupan pada masa lalu yang menjadi akar kehidupan dewasa ini.
·         Sebagai bahan bacaan cerita sastra (composed Literature).
·         Memfasilitasi anak untuk memahami kebesaran dimasa lalu, mengenal dan memahami nenek moyang yang menyebabkan eksistensi kita dimasa kini, dan belajar mengapresiasi warisan leluhur.



PEMBAHASAN
Dalam dunia kesastraan Indonesia dikenal adanya penanaman sastra melayu lama yang meujuk kepada berbagai jenis sastra rakyat yang dihasilkan oleh masyarakat. Menurut Fang (1976:1), sastra rakyat Melayu lama ada lima macam, yaitu cerita asal-usul, cerita binatang, cerita jenaka, cerita pelipur lara dan pantun.

Adapun jenis sastra tradisional yang dikenal di Indonesia yaitu:
1)      Mitos, yaitu salah satu jenis cerita lama yang sering dikaitkan dengan dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan supranatural yang lain yang melebihi batas-batas kemampuan manusia. Mitos ada dalam hampir seluruh kehidupan umat manusia, hingga di zaman modern sekarang ini (Fang, 2010:24).
Mitos ada empat yaitu:
  1. Mitos penciptaan (mitos asli), yaitu mitos yang menceritakan awal mula kejadian sesuatu.
Contoh: mitos terjadainya gunung Merapi, kejadian binatang tertentu, mitos tentang Dewi Sri, mitos yang berasal dari semenanjung Malaya (cerita yang menerangkan mengapa ditepi-tepi sungai hutan rimba malaya terdapat banyak pohon yang tinggi).
  1. Mitos alam, yaitu cerita yang menceritakan hal-hal yang bersifat alamiah seperti formasi bumi, pergerakan matahari dan bumi, perbintangan, perubahan cuaca, karakteristik binatang, dan lain-lain.
  2. Mitos kepahlawanan, yaitu mitos  yang mengisahkan seorang tokoh yang menjadi pahlawan karena kualifikasi dirinya yang memiliki keajaiban tertentu diluar nalar kemanusiaan
Contoh: kisah hidup Nyai Roro Kidul, mitos Sunan Lawu di puncak gunung Lawu.
  1. Mitos sejarah, yaitu mitos yang berhubungan dengan peristiwa sejarah, peristiwa dan tokoh yang benar-benar ada dan terjadi. Jadiia merupakan gabungan mitos dengan tokoh dan peristiwa sejarah.
Contoh: mitos Sunan Lawu merupakan contoh mitos kepahlawanan namun bisa juga dikategorikan mitos sejarah karena memiliki unsur sejarah karena tokoh yang dikisahkan mempunyai kaitan dengan sejarah
2)      Legenda, yaitu cerita magis yang sering dikaitkan dengan tokoh, peristiwa dan tempat-tempat yang nyata (Mitchell, 2003:238).
Jenis legenda:
  1. Legenda tokoh, yaitu cerita legenda yang mengisahkan ketokohan seorang tokoh.
Contoh: Kisah Jaka Tingkir, legenda Pangeran Samodra, legenda yang berdasarkan cerita para Wali (Sunan Kalijaga, Sunan Kudus dan lain-lain), dan legenda yang berdasarkan kisah raja-raja
  1. Legenda tempat peninggalan, yaitu cerita yang berkaitan dengan adanya peninggalan-peninggalan tertentu dan atau asal usul terjadinya sesuatu dan penamaan tempat-tempat tertentu.
Contoh: Terjadinya gunung Tangkuban Prahu, Telaga Ngebel, Candi Prambanan.
  1. Legenda peristiwa, yaitu peristiwa-peristiwa besar tertentu yang kemudian menjadi legenda karenanya.
Contoh: Tenggelamnya kapal pesiar supermewah titanic pada awal abad ke-20 dan kisah Malin Kundang.

3)      Fabel atau cerita binatang merupakan suatu bentuk cerita tradisional yang menampilkan bintang sebagai tokoh cerita.Menurut C. Hooykaas, sebagian dari cerita-cerita binatang ini berasal dari India, kemudian tersebar ke benua Asia dan Eropa, termasuk ke Indonesia (Fang, 2011:5).
Berdasarkan waktu kemunculannya fabel dibagi menjadi dua, yaitu:
·         Fabel klasik, contohnya: cerita Jataka dan Pancatantra, Putri Duyung, Pangeran Angsa, Kisah Si Kancil, dan lain-lain.
·         Fabel modern, contohnya: Keledai yang dungu, Gendon kembali ke sekolah.
4)      Dongeng adalah suatu cerita rakyat yang cukup beragam cakupannya, cerita rekaan yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Dongeng ada dua yaitu:
  1. Dongeng kasik, contohnya: Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun Emas.
  2. Dongeng modern, contohnya Harry Potter, Cinderella, dan lain-lain.

Salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah globalisasi. Di tengah derasnya arus globalisasi, banyak sekali permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia yang berkaitan dengan kebudayaan, khususnya pada budaya membaca karya sastra tradisional. Banyak masyarakat Indonesia yang kini telah melupakan karya sastra yang tradisional yang berkembang di negaranya sendiri. Masyarakat lebih senang membaca karya sastra modern berupa terjemahan yang berasal dari negara lain dibandingkan dengan sastra tradisional.

Sastra tradisional mempunyai kaitan yang sangat erat dengan nasionalisme. Karena dengan membaca cerita tradisional dari berbagai daerah kita dapat memperoleh pengetahuan wawasan dan pemahaman tentang kebudayaan masyarakat yang bersangkutan (Norton & Norton, 1994: 355). Hal ini akan menimbulkan rasa bangga, ingin melindungi, melestarikan dan mengembangkan budya bangsa Indonesia.
Salah satu upaya untuk meningkatkan sikap nasionalisme melalui sastra tradisional yaitu dengan mengenalkan karya sastra tersebut kepada anak sejak usia dini. Dilihat dari fungsi kesastraan bagi kehidupan manusia, sastra tradisional mempunyai fungsi untuk mendukung berbagai perkembangan anak, baik yang menyangkut perkembangan aspek emosional, afektif, kognitif, imajinatif, perasaan estetis, maupun perkembangan kebahasaan dan sama-sama berfungsi memberikan hiburan yang menyenangkan. Menurut Saxby (1991:91) sastra tradisional kini telah menjadi bagian dari sastra anak. Huck dkk. (1987:253) bahkan mengemukakan bahwa sastra tradisional merupakan sebuah warisan sastra anak yang berharga dan menjadi dasar pemahaman seluruh kesastraan. Selain itu dapat dilakukan dengan mengimplementasikan pesan-pesan moral yang ada dalam sastra tradisional dalam kehidupaan sehari-hari.

SIMPULAN

Nasionalisme merupakan paham cinta terhadap tanah air yang menimbulkan rasa bangga, dan keinginan untuk mempertahankan serta mengembangkan tradisi atau budaya bangsanya. Di tengah derasnya arus globalisasi, banyak sekali permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia, salah satunya yang berhubungan dengan sastra tradisional. Sastra tradisional adalah karya sastra yang diwariskan secara turun-temurun. Sastra tradisional yang berkembang di Indonesia, diantaranya yaitu mitos, legenda, fabel, dan dongeng.

Sastra tradisional mempunyai kaitan yang sangat erat dengan nasionalisme. Karena dengan membaca cerita tradisional dari berbagai daerah kita dapat memperoleh pengetahuan wawasan dan pemahaman tentang kebudayaan masyarakat yang bersangkutan sehingga akan menimbulkan rasa bangga, ingin melindungi, melestarikan dan mengembangkan budya bangsa Indonesia.
Upaya untuk meningkatkan sikap nasionalisme melalui sastra tradisional yaitu dengan mengenalkan karya sastra tersebut kepada anak sejak usia dini dan juga mengimplementasikan pesan-p;esan moral dalam karya sastra tradisional ke dalam kehiduan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

Yock Fang Liaw. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Yock Fang Liaw. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Poesponegoro, Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.
Jamli A, Edison. 2005. Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Akasara
Syarbaini Syahrial. 2012. Pendidikaan Kewarganegaraan. Jakarta: Media Pustaka
Public Jurnal. 2005. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan.
Rahardjo Bambang. 2015. Informasi Seputar Pengetahuan Umum. Diakses pada tanggal 26 Mei 2017.
Siti Juniarti. 2011. Sastra Tradisional. <juniarti.blogspot.co.id/2011/12/sastra-tradisional.html>. Diakses pada 26 Mei 2017.


No comments:

Post a Comment