MENINGKATKAN SIKAP
NASIONALISME MELALUI SASTRA TRADISIONAL
Dwi Astuti Asih
1610301071
Universitas Tidar
PENDAHULUAN
Indonesia
adalah negara dengan kompleksitas budaya yang pluralitas dan heterogen. Negara Indonesia
memiliki beragam bahasa, agama, ras, etnik dan suku bangsa. Setiap suku bangsa
di Indonesia memiliki tradisi, adat istiadat, dan budaya, termasuk sastra
tradisional yang berkembang di daerahnya masing-masing yang secara turun
temurun menjadi warisan bagi masyarakat.
Era
globalisasi sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era
globalisasi tersebut telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada
(Syahrial Syarbaini (2012:229). Banyak persoalan menghampiri bangsa Indonesia
akibat pengaruh gobalisasi. Seperti munculnya tindakan-tindakan anarkis,
pelanggaran terhadap moralitas dan etika, modernisasi, serta sikap apatis dan
hedonis, serta masyarakat yang tidak peduli lagi terhadap budaya bangsa,
khususnya budaya membaca karya sastra tradisional yang ada di wilayah Indonesia.
Hal tersebut menimbulkan melemahnya sikap nasionalisme dan mengakibatkan
lunturnya nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.
Untuk
menyelamatkan keutuhan Indonesia di masa depan adalah dengan menumbuhkan rasa
kecintaan terhadap Indonesia yang multikultural ini. Karena dengan menumbuhkan
kembali rasa cinta itu maka akan muncul rasa pengabdian dan rasa ingin
melindungi apa yang dimiliki oleh bangsa. Salah satu cara untuk meningkatkan
sikap nasionalisme yaitu melalui sastra tradisional.
Dalam
artikel ini akan membahas mengenai sastra tradisional yang berkembang di
Indonesia, pengaruh globalisasi terhadap sastra tradisional, hubungan sastra
tradisional dengan nasionalisme, dan upaya meningkatkan sikap nasionalisme
melalui sastra tradisional.
Tujuan
yang diharapkan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui tentang
nasionalisme, globalisasi, sastra tradisional, dan hubungan antara
ketiganya. Selain itu juga untuk
menambah wawasan tentang upaya meningkatan sikap nasionalisme melalui sastra
tradisional, sehingga akan muncul sikap ingin melindungi, melestarikan dan
mengembangkan budaya bangsa yang berupa berbagai karya sastra tradisional yang
ada di Indonesia.
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu paham rasa
cinta tehadap bangsa dan tanah air yang
ditimbulkan oleh persamaan tradisi yang berkaitan dengan sejarah, agama,
bahasa, kebudayaan, pemerintahan, tempat tinggal dan keinginan mempertahankan
dan mengembangkan tradisinya sebagai milik bersama dari anggota bangsa itu
sebagai kesatuan bangsa.
Menurut KBBI, Nasionalisme adalah
paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air.
Dalam arti sempit, Nasionalisme merupakan suatu sikap meninggikan bangsanya
sendiri sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagimana mestinya. Sedangkan
dalam arti luas, Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara sekaligus menghargai bangsa lain.
Pengertian Nasionalisme menurut para
ahli adalah sebagi berikut:
- Menurut
Ernest Renan, Nasionalisme adalah kemauan untuk bersatu tanpa paksaan
dalam semangat persamaan dan kewarganegaraan.
- Menurut
Hans Kohn, Nasionalisme adalah suatu bentuk state of mind and an act of
consciousness. Dengan kata lain, nasionalisme adalah formalisasi dan realisasi
dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara.
- Menurut
Anderson, Nasionalisme adalah kekuatan kontinuitas dari sentiment dan
identitas nasional dengan mementingkan nation.
- Menurut
Ernest Gellenervia, Nasionalisme adalah suatu prinsip politik yang beranggapan
bahwa unit nasional dan politik harusnya seimbang.
- Menurut
Otto Bauer, Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter
yang timbul karena persaan senasib.
- Menurut
L. Stoddard, Nasionalisme adalah adalah suatu kepercayaan yang dimiliki
oleh sebagian terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan
sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
- Menurut
Louis Sneyder, Nasionalisme adalah hasil perpaduan factor-faktor politik,
ekonomi, sosial, dan intlektual.
- Menurut
Dr. Hertz, dalam bukunya Nationality in History and Politics mengemukakan
empat unsur nasionalisme: 1) Hasrat untuk mencapai kesatuan; 2) Hasrat
untuk mencapai kemerdekaan; 3) Hasrat untuk mencapai keaslian; 4) Hasrat
untuk mencapai kehormatan bangsa.
2.
Globalisasi
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan
yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang
akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman
bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. (Edison A. Jamli dkk,
Kewarganegaraan, 2005).
Globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi
antarbangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang semakin dipersempit dan waktu
semakin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi skala dunia. Globalisasi
berlangsung dalam segala bidang kehidupan, seperti bidang ideology, politik,
ekonomi, dan sosial budaya. (Public Jurnal, Pengaruh Globalisasi Terhadap
Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang, 2005).
Kehadiran globalisasi membawa pengaruh positif dan negative
di berbagai bidang kehidupan, khususnya bidang kebudayaan yang di dalamnya
terdapat sastra tradisional. Hal ini juga berpengaruh terhadap nilai
nasionalisme terhadap suatu bangsa.
3.
Sastra Tradisional
Sastra tradisional
terdiri dari dua kata yaitu kata sastra dan tradsional. Pengertian dari Sastra
itu sendiri adalah seni yang menggunakan bahasa, yang berupa teks berisi
intruksi, ajaran dan pedoman. Bahasa dalam sastra diolah sedemikian rupa
sehingga menimbulkan nilai-nilai keindahan. Sedangkan tradisional artinya suatu
tadisi atau adat yang diwariskan secara turun temurun (menurut KBBI). Jadi,
sastra tradisional adalah karya sastra yang diwariskan secara turun-temurun.
Menurut Mitchell (2003:228), sastra tradisional (traditional
literature) merupakan suatu bentuk ekspresi masyarakat pada masa lalu yang
umumnya disampaikan secara lisan. Sastra tradisional
dikenal di berbagai belahan dunia, misalnya cerita dari Yunani Klasik, India,
Cina, Jepang dan dari berbagai pelosok tanah air Indonesia. Cerita-cerita
tradisional dapat berwujud legenda, mitos, fabel, dan berbagai bentuk cerita
rakyat yang lain yang sering disebut sebagai folklore, folktale atau
sebutan-sebutan kategorisasi lainnya. Selain itu sastra juga sebagai sarana penting
untuk memahamkan dunia kepada orang lain, menyimpan dan mewariskan gagasan dan
nilai-nilai dari generasi ke generasi.
Adapun karakteristik sastra tradisional antara lain adalah:
·
Pada umumnya tidak diketahui pengarangnya.
·
Sastra traditional merupakan milik masyarakat.
·
Merupakan sebuah warisan sastra anak yang berharga dan menjadi
dasar pemahaman seluruh kesastraan.
·
Bersifat tradisional karena hanya diwariskan secara lisan, dan
bersifat personal karena tiap pencerita memiliki kebebasan untuk memilih
berbagai bentuk kebahasaan sesuai dengan seleranya.
Karya sastra yang baik mengandung nilai (value). Nilai tersebut dikemas
dalam wujud struktur karya sastra, yang secara implisit terdapat dalam alur,
latar, tokoh, tema, dan amanat atau didalam larik, kuplet, rima dan irama.
Nilai yang terkandung dalam suatu karya sastra antara lain:
- Nilai
hedonik (hedonic value) yaitu nilai yang dapat memberikan kesenangan
secara langsung kepada pembaca atau penikmat sastra.
- Nilai
artistik (artistic value) yaitu nilai yang dapat memanivestasikan suatu
seni atau keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.
- Nilai
kultural (cultural value) yaitu nilai yang dapat memberikan atau
mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau
kebudayaan.
- Nilai
etis, moral agama (ethical, moral, religious value) yaitu nilai yang dapat
memberikan atau memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan
etika, moral dan agama.
- Nilai praktis (practical
value) yaitu nilai yang mengandung hal-hal praktis yang dapat diterapkan
dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Menurut Huck, sastra tradisional
adalah milik masyarakat yang menciptakannya dan dikisahkan baik kepada orang
dewasa maupun anak. Anak dapat menikmati cerita itu karena menarik, sering
mengandung humor, dan pada umumnya cerita berakhir dengan kebahagiaan. Tokoh
cerita yang baik mendapat hadiah, sedang tokoh jahat mendapat hukuman. Hal ini
oleh Aristoteles kemudian disebut sebagai Katarsis, prinsip pencucian dari
segala dosa. Bagi anak hal itu dapat dipandang sebagai pembelajaran
prinsip-prinsip keadilan dan penilaian moral.
Dalam sastra tradisional antara lain
dikisahkan berbagai fabel yang dapat dikategorikan sebagai cerita fantasi.
Chukovsky (via Huck dkk, 1987:253) mengemukakan bahwa cerita fantasi merupakan
sesuatu yang paling berharga dalam jiwa kemanusiaan dan amat menunjang
perkembangan anak sejak awal pertumbuhannya. Sastra tidak lahir dalam situasi
kekosongan budaya, tetapi pasti muncul pada masyarakat yang telah memiliki
tradisi, adat istiadat, konvensi, keyakinan, pandangan hidup, cara hidup, cara
berpikir, pandangan tentang estetika dan lain-lain yang merupakan wujud
kebudayaan. Sebagai sebuah kebutuhan untuk berekspresi dan bereksistensi sastra
dipakai untuk mengungkapkan berbagai pola kehidupan masyarakat, sehingga sastra
akan mencerminkan keadaan kehidupan sosial budaya masyarakat itu.
Pesan-pesan yang terdapat dalam karya
sastra pada umumnya juga berupa nilai-nilai yang ada kaitannya dengan
nilai-nilai yang terdapat pada latar belakang social budaya masyarakat. Dengan
membaca cerita tradisional dari berbagai daerah kita dapat memperoleh
pengetahuan wawasan dan pemahaman tentang kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan (Norton & Norton, 1994: 355).
Fungsi Sastra
Tradisional antara lain adalah:
·
Memahami akar eksistensi manusia dan kemanusiaan serta hidup dan
kehidupan pada masa lalu yang menjadi akar kehidupan dewasa ini.
·
Sebagai bahan bacaan cerita sastra (composed Literature).
·
Memfasilitasi anak untuk memahami kebesaran dimasa lalu, mengenal
dan memahami nenek moyang yang menyebabkan eksistensi kita dimasa kini, dan
belajar mengapresiasi warisan leluhur.
PEMBAHASAN
Dalam
dunia kesastraan Indonesia dikenal adanya penanaman sastra melayu lama yang
meujuk kepada berbagai jenis sastra rakyat yang dihasilkan oleh masyarakat.
Menurut Fang (1976:1), sastra rakyat Melayu lama ada lima macam, yaitu cerita
asal-usul, cerita binatang, cerita jenaka, cerita pelipur lara dan pantun.
Adapun
jenis sastra tradisional yang dikenal di Indonesia yaitu:
1) Mitos,
yaitu salah satu jenis cerita lama yang sering dikaitkan dengan dewa-dewa atau
kekuatan-kekuatan supranatural yang lain yang melebihi batas-batas kemampuan
manusia. Mitos ada dalam hampir seluruh kehidupan umat manusia, hingga di zaman
modern sekarang ini (Fang, 2010:24).
Mitos ada empat yaitu:
- Mitos
penciptaan (mitos asli), yaitu mitos yang menceritakan awal mula kejadian
sesuatu.
Contoh: mitos terjadainya gunung Merapi, kejadian binatang
tertentu, mitos tentang Dewi Sri, mitos yang berasal dari semenanjung Malaya (cerita
yang menerangkan mengapa ditepi-tepi sungai hutan rimba malaya terdapat banyak
pohon yang tinggi).
- Mitos
alam, yaitu cerita yang menceritakan hal-hal yang bersifat alamiah seperti
formasi bumi, pergerakan matahari dan bumi, perbintangan, perubahan cuaca,
karakteristik binatang, dan lain-lain.
- Mitos
kepahlawanan, yaitu mitos yang
mengisahkan seorang tokoh yang menjadi pahlawan karena kualifikasi dirinya
yang memiliki keajaiban tertentu diluar nalar kemanusiaan
Contoh: kisah hidup Nyai Roro Kidul, mitos Sunan Lawu
di puncak gunung Lawu.
- Mitos
sejarah, yaitu mitos yang berhubungan dengan peristiwa sejarah, peristiwa
dan tokoh yang benar-benar ada dan terjadi. Jadiia merupakan gabungan
mitos dengan tokoh dan peristiwa sejarah.
Contoh: mitos Sunan Lawu merupakan contoh mitos
kepahlawanan namun bisa juga dikategorikan mitos sejarah karena memiliki unsur
sejarah karena tokoh yang dikisahkan mempunyai kaitan dengan sejarah
2) Legenda,
yaitu cerita magis yang sering dikaitkan dengan tokoh, peristiwa dan tempat-tempat
yang nyata (Mitchell, 2003:238).
Jenis legenda:
- Legenda
tokoh, yaitu cerita legenda yang mengisahkan ketokohan seorang tokoh.
Contoh: Kisah Jaka Tingkir, legenda Pangeran Samodra,
legenda yang berdasarkan cerita para Wali (Sunan Kalijaga, Sunan Kudus dan
lain-lain), dan legenda yang berdasarkan kisah raja-raja
- Legenda
tempat peninggalan, yaitu cerita yang berkaitan dengan adanya peninggalan-peninggalan
tertentu dan atau asal usul terjadinya sesuatu dan penamaan tempat-tempat
tertentu.
Contoh: Terjadinya gunung Tangkuban Prahu,
Telaga Ngebel, Candi Prambanan.
- Legenda
peristiwa, yaitu peristiwa-peristiwa besar tertentu yang kemudian menjadi
legenda karenanya.
Contoh: Tenggelamnya kapal pesiar supermewah titanic
pada awal abad ke-20 dan kisah Malin Kundang.
3) Fabel
atau cerita binatang merupakan suatu bentuk cerita tradisional yang menampilkan
bintang sebagai tokoh cerita.Menurut C. Hooykaas, sebagian dari cerita-cerita
binatang ini berasal dari India, kemudian tersebar ke benua Asia dan Eropa,
termasuk ke Indonesia (Fang, 2011:5).
Berdasarkan waktu kemunculannya fabel dibagi menjadi
dua, yaitu:
·
Fabel klasik, contohnya: cerita Jataka dan
Pancatantra, Putri Duyung, Pangeran Angsa, Kisah Si Kancil, dan lain-lain.
·
Fabel modern, contohnya: Keledai yang
dungu, Gendon kembali ke sekolah.
4) Dongeng
adalah suatu cerita rakyat yang cukup beragam cakupannya, cerita rekaan yang
sebenarnya tidak pernah terjadi.
Dongeng ada dua yaitu:
- Dongeng
kasik, contohnya: Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun Emas.
- Dongeng
modern, contohnya Harry Potter, Cinderella, dan lain-lain.
Salah
satu tantangan yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah globalisasi. Di
tengah derasnya arus globalisasi, banyak sekali permasalahan yang dihadapi
bangsa Indonesia yang berkaitan dengan kebudayaan, khususnya pada budaya
membaca karya sastra tradisional. Banyak masyarakat Indonesia yang kini telah
melupakan karya sastra yang tradisional yang berkembang di negaranya sendiri.
Masyarakat lebih senang membaca karya sastra modern berupa terjemahan yang berasal
dari negara lain dibandingkan dengan sastra tradisional.
Sastra tradisional mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan nasionalisme. Karena dengan membaca cerita tradisional
dari berbagai daerah kita dapat memperoleh pengetahuan wawasan dan pemahaman
tentang kebudayaan masyarakat yang bersangkutan (Norton & Norton, 1994:
355). Hal ini akan menimbulkan rasa bangga, ingin melindungi, melestarikan dan
mengembangkan budya bangsa Indonesia.
Salah satu upaya untuk meningkatkan
sikap nasionalisme melalui sastra tradisional yaitu dengan mengenalkan karya
sastra tersebut kepada anak sejak usia dini. Dilihat dari fungsi kesastraan
bagi kehidupan manusia, sastra tradisional mempunyai fungsi untuk mendukung
berbagai perkembangan anak, baik yang menyangkut perkembangan aspek emosional,
afektif, kognitif, imajinatif, perasaan estetis, maupun perkembangan kebahasaan
dan sama-sama berfungsi memberikan hiburan yang menyenangkan. Menurut Saxby
(1991:91) sastra tradisional kini telah menjadi bagian dari sastra anak. Huck dkk.
(1987:253) bahkan mengemukakan bahwa sastra tradisional merupakan sebuah
warisan sastra anak yang berharga dan menjadi dasar pemahaman seluruh
kesastraan. Selain itu dapat dilakukan dengan mengimplementasikan pesan-pesan
moral yang ada dalam sastra tradisional dalam kehidupaan sehari-hari.
SIMPULAN
Nasionalisme
merupakan paham cinta terhadap tanah air yang menimbulkan rasa bangga, dan
keinginan untuk mempertahankan serta mengembangkan tradisi atau budaya
bangsanya. Di tengah derasnya arus globalisasi, banyak sekali permasalahan yang
dihadapi bangsa Indonesia, salah satunya yang berhubungan dengan sastra
tradisional. Sastra tradisional adalah karya sastra yang diwariskan secara
turun-temurun. Sastra tradisional yang berkembang di Indonesia, diantaranya
yaitu mitos, legenda, fabel, dan dongeng.
Sastra tradisional mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan nasionalisme. Karena dengan membaca cerita tradisional
dari berbagai daerah kita dapat memperoleh pengetahuan wawasan dan pemahaman
tentang kebudayaan masyarakat yang bersangkutan sehingga akan menimbulkan rasa
bangga, ingin melindungi, melestarikan dan mengembangkan budya bangsa
Indonesia.
Upaya untuk meningkatkan sikap
nasionalisme melalui sastra tradisional yaitu dengan mengenalkan karya sastra
tersebut kepada anak sejak usia dini dan juga mengimplementasikan pesan-p;esan
moral dalam karya sastra tradisional ke dalam kehiduan sehari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Yock Fang Liaw.
2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Yock Fang Liaw.
2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Poesponegoro,
Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.
Jamli A, Edison.
2005. Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Akasara
Syarbaini
Syahrial. 2012. Pendidikaan Kewarganegaraan. Jakarta: Media Pustaka
Public Jurnal.
2005. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan.
Rahardjo Bambang.
2015. Informasi Seputar Pengetahuan Umum. Diakses pada tanggal 26 Mei 2017.
Siti Juniarti. 2011.
Sastra Tradisional.
<juniarti.blogspot.co.id/2011/12/sastra-tradisional.html>. Diakses pada
26 Mei 2017.
No comments:
Post a Comment