Sunday 27 May 2018

Resensi Novel "Perahu Kertas" Karya Dewi Lestari




1.       Judul                             : Perahu Kertas
2.       Pengarang                  : Dewi Lestari (Dee)
3.       Penerbit                      : Bentang Pustaka
4.       Tahun Terbit              : 2009
5.       Ringkasan                    :
Novel ini menceritakan sebuah kisah percintaan. Dimulai dari seorang remaja bernama Keenan yang awalnya tinggal di Amsterdam bersama neneknya selama enam tahun. Namun karena keinginan ayahnya yang mengingnkan Keenan menjadi seorang pebisnis, Keenan terpaksa pulang ke Indonesia dan kuliah di Fakultas Ekonomi di Bandung. Keenan sendiri sebenarnya tidak menginginkannya. Dia memiliki bakat melukis yang kuat dari ibunya dan dia tidak mempunyai cita-cita lain selain menjadi pelukis.
Sementara di sisi lain, Kugy merupakan seorang gadis yang sangat unik dan kuliah di Universitas yang sama dengan Keenan. Kugy bercita-cita menjadi pendongeng. Dia sangat menggilai dongeng, bahkan ia memiliki taman bacaan dengan koleksi buku-buku dongeng, ia juga senang menulis dongeng.Kugy tidak ingin terlepas begitu saja dengan dunia tulis menulis sehingga meneruskan pendidikannya di Fakutas Sastra.
Kugy dan Keenan dipertemukan oleh pasangan Eko (sepupu Keenan) dan Noni (teman Kugy sejak kecil). Mereka berempat akhirnya bersahabat karib. Lambat laun Kugy dan Keenan saling jatuh cinta tanpa pernah ada kesempatan untuk saling mengungkapkan dikarenakan situasi yang tidak memungkinkan. Kugy saat itu sudah mempunyai pacar bernama Ojos, sementara Keenan sedang dicomblangkan dengan sepupu Noni bernama Wanda. Persahabatan mereka lantas mulai renggang.
Kugy lalu menyibukkan diri dengan menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama Sakola Alit. Di sanalah Kugy menuliskan kisah petualangan murid-muridnya di sebuah buku tulis yang diberi judul Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Buku tersebut kelak akan diberikan kepada Keenan.
Hubungan Keenan dengan Wanda yang semula mulus akhirnya hancur ketika Keenan mengetahui pengakuan Wanda bahwa dirinya telah membeli lukisan Keenan. Begitu juga dengan impian Keenan yang selama ini ia bangun dan perjuangkan. Dengan hati hancur Keenan meninggalkan kehidupannya di Bandung dan keluarganya di Jakarta. Ia pergi ke Ubud dan tinggal bersama Pak Wayan. Hari-hari bersama seniman itu sedikit demi sedikit mengobati hati Keenan. Orang yang berpengaruh di sana adalah Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Dengan berbekal kisah petualangan Jenderal Pilik dan Pasukan Alit pemberian Kugy, Keenan membuat lukisan-lukisan serial dan diburu kolektor.
Kugy yang kesepian dan kehilangan sahabat-sahabatnya di Bandung menata ulang hidupnya. Ia cepat-cepat menyelesaikan kuliahnya dan bekerja sebagai copywriter. Ia bertemu dengan Remigius Aditya, atasan yang sekaligus sahabat Karel kakaknya. Dengan cara yang tidak terduga dank arena pemikiran ajaibnya karier Kugy naik dan ia menjadi orang penting di kantor. Remi menyukai Kugy tidak hanya dari ide-idenya tetapi juga dari sisi keunikan Kugy. Remi akhirnya menyatakan cintanya kepada Kugy. Ketulusan Remi inilah yang meluluhkan hati Kugy.
Kondisi kesehatan ayahnya yang memburuk memaksa Keenan untuk kembali ke Jakarta. Pertemuan empat sekawan tidak bisa terelakkan meskipun dengan kondisi yang berbeda. Hati Keenan dan Kugy kembali diuji. Keenan mengetahui bahwa Kugy telah memendam rasa kepadanya sejak dulu, sama seperti yang dia rasakan. Tapi pada saat itu Kugy telah bersama Remi dan Keenan telah bersama Luhde. Setiap hati hanya bisa memasrahkan dirinya kemana aliran cinta akan membawanya. Keenan dan Kugy akhirnya dipertemukan kembali dan menikah.
6.       Unsur Intrinsik
·         Tema: Persahabatan dan Percintaan
·         Tokoh dan Penokohan:
- Kugy: mandiri, penghayal,penyayang, pantang menyerah
- Keenan: jujur, penyayang, pantang menyerah
- Noni: perhatian
- Eko: lucu dan periang
- Remi: ramah dan romantis
·         Alur: campuran (maju mundur)
·         Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu
·         Setting: Tempat (Stasiun, Kost, Kampus, Ubud Bali, Jakarta)
   Waktu (pagi, siang, malam)
   Suasana (mengharukan, menegangkan, menyedihkan)
·         Amanat: Tidak semua mimpi dapat kita raih begitu saja tanpa sebuah pengorbanan. Jangan mudah menyerah karena semua mimpi akan menjadi nyata bila kita terus berusaha untuk mewujudkannya.



No comments:

Post a Comment