Sunday, 20 May 2018

Naskah Drama "Onde-Onde Imut"


Onde – Onde Imut
Alkisah di sebuah Negara yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo, tinggallah seorang pangeran yang hidup serba berkecukupan. Pangeran tersebut adalah putra mahkota yang akan menggantikan tahta berikutnya.
Akan tetapi, pangeran tadi tidak puas dengan kehidupan yang serba berkecukupan. Dia ingin mengembara, menyusuri hutan demi hutan. Mencari jati diri dan pengalaman hidup. Pangeran lantas pergi bersama pengawalnya yang bernama Bejo.
Babak Pertama
Adegan 1:
Dua orang berjalan waspada melihat keatas dan kebawah, mencari binatang buruan sambil membawa senjatanya.
Pangeran                     : “Jo..!!!! Bejo? Kamu di mana, Jo? ” (berteriak sambil berjalan mundur)
Bejo                             : “Pangeran..!!!!  Pangeran? Kamu di mana pangeran?” (berteriak sambil
berjalan mundur)
(Kemudian bertabrakan bersama, sampai gelimbungan)
Pangeran                     : “Aduh!!!! Kamu itu!! Hati-hati dong, Jo.”
Bejo                             : “Hehehe… Maaf pangeran. Saya tidak tahu jika di belakang ada Pangeran. ”
Pangeran         : “Sini sini Jo! Aku mau cerita. ”
Bejo                : “Ada apa Pangeran?  Kok Pangeran terlihat galau.”
Pangeran         : “Kok tidak ada binatang ya hari ini? Padahal aku sudah sudah bawa senjata ini
    lhoo.” (Memainkan senjatanya)
Bejo                 : “Ya pangeran, sepi sekali. Tapi di mana ya Pangeran? Apakah mereka masih
     tidur Pangeran, soalnya ini kan  hari libur?”
Pangeran          : “Kenapa kamu tanya saya? Memangnya saya tahu?”
Bejo                 : “Ya mungkin saja Pangeran tahu.”
Pangeran          : (cemberut)
Bejo                 : “Eh lihat itu…. Ada binatang yang lewat, Pangeran!”
(Pangeran dan pengawalnya berdiri, lalu mengarahkan senjatanya ke arah binatang)
Pangeran         : “Yeee….. akhirnya dapat juga.” (menenteng hasil buruan)

Adegan 2
Seorang perempuan datang sambil membawa seikat kayu bakar. Perempuan itu lalu berjongkok untuk membenarkan ikatan kayu bakarnya yang terlepas tak jauh dari tempat Pangeran dan Bejo berdiri.
Pangeran                     : “Siapa itu, Jo?”
Bejo                             : “Saya tidak tahu pangeran.”
Pangeran                      : “Maaf, Bu, boleh saya bertanya?”
Mbok Rondo Dadakan: (diam dan sibuk dengan kayu bakarnya)
Pangeran                      : “Permisi, Bu.” (menyentuh pundak Mbok Rondo Dadakan)
Mbok Rondo Dadakan: “Waladalah…  Siapa kamu?!” (Kaget lalu berdiri dan menunjuk
    Pangeran dengan sebatang ranting)
Pangeran                      : “Saya pengembara, Bu. Maaf, ini desa apa ya?”
Mbok Rondo Dadakan: “Ini desa Tuguran, Nak. Kamu sedang apa di sini?”
Pangeran                       : “Saya sedang mengembara, Bu. Tapi saya tersesat dan tak tahu arah jalan
    pulang. Tahu nggak sihh, Bu? Bahkan kemarin saya terjatuh dan tak bisa
                bangkit lagi lohh.”
Mbok Rondo Dadakan: “Wahh kasihan sekali Kalian ini. Ya sudah, ikut saya saja. Kamu akan
    saya jadikan anak angkat, bagaimana?”
Pangeran                      : “Bagaimana,Jo?” (menoleh ke arah Bejo)
Bejo                             : “Kalau saya terserah Pangeran saja.”
Pangeran                      : “Baiklah, Bu. Saya mau.” (menatap ke arah Mbok Rondo Dadakan)
Mbok Rondo Dadakan: “Mulai sekarang Kamu jadi anakku, namamu jadi Onde-Onde Imut, dan
   Kamu juga ikut ya. Panggil saya SiMbok aja ya.” (sembari menunjuk  
   Bejo)
Bejo                              : “Baiklah, Bu. Sini, Mbok, biar saya saja yang membawakan kayunya.”
(Onde-Onde Imut bersama Bejo lalu mengikuti Mbok Rondo Dadakan menuju rumahnya)



Babak Kedua
Adegan 1:
Di pagi yang cerah, Mbok Rondo Kempling sedang berjalan-jalan. Tiba-tiba di tengah perjalanan dia bertemu dengan Mbok Rondo Dadakan.
Mbok Rondo Dadakan   : “Jeng mau kemana?” (menenteng belanjaaan dan membawa payung)
Mbok Rondo Kempling:”Mau jalan-jalan nihh, Jeng, gabut di rumah mulu. Wahh itu kok
      belanjaannya banyak banget, kan arisannya sudah minggu kemarin.     
     (Tangan yang satunya kipas-kipas, sedangkan yang satunya menunjuk
     belanjaan yang dibawa Mbok Rondo Dadakan)
Mbok Rondo Dadakan: “Enggak kok, Jeng. Jadi gini, saya sekarang punya anak angkat lohh. 
     Anaknya itu ganteng aneeed, Oya, putrinya Jeng Kempling kan cantik-
     cantik tuh. Nanti boleh ikut sayembara loh.”
Mbok Rondo Kempling:” Hah beneran? Wah kalau begitu saya pulang saja, mau memberitahu
     putri-putriku yang cantik jelita seperti ibunya. Mari, Jeng.”  
    (melambaikan tangan)
Mbok Rondo Dadakan :”Iya,Jeng. Hati-hati di jalan.”

Adegan 2:
Setiba di rumah, Mbok Rondo Kempling segera memanggil putri-putrinya yang bernama Lanthing Merah, Lanthing Biru dan Lanthing Hijau serta salah seorang anak tirinya bernama Lanthing Kuning. Mbok Rondo Kempling sangat cinta dan sayang kepada anak-anaknya itu kecuali pada Lanthing Kuning.
Mbok Rondo Kempling: “Anak-anakku yang cantik-cantik, sini, Nak.”
Lanthing-Lanthing        : “Ya Mbok.”
Mbok Rondo Kempling: “Begini, Nak, ada berita yang sangat penting.”
Lanthing Merah            : “Berita apa itu, Mbok?”
Lanthing Biru               : “Ya, Mbok, kelihatannya penting sekali.”
Lanthing Hijau              : “Ada apa sih, Mbok?” (Manja, mendekat sambil memegang tangan Mbok
     Rondo Kempling)
Mbok Rondo Kempling: “Kalian tahu enggak? Mbok Rondo Dadakan sekarang punya anak angkat 
     yang sangat tampan lhoo. Namanya Onde-Onde Imut.”
Lanthing-Lanthing        : “Onde-Onde Imut?? Tampan?? Ya ampuuuuuun… ” (bergaya
     manja, centil)
Mbok Rondo Kempling: “Iya. Setelah ini kalian harus pergi ke rumah Onde-Onde Imut untuk
     melamarnya. Siapa tahu Onde-Onde Imut menyukai salah satu dari
     kalian. Mbok akan mendandani kalian menjadi putri-putri yang cantik    
     jelita. ”
Lanthing-Lanthing         : “Iya iya, Mbok. Kami mau. ”
Mbok Rondo Kempling: “Iya sudah. Sini Mbok dandani kalian. ”
Lanthing-Lanthing         : “Baiklah, Mbok.”
Lanthing Merah              : “Mbok, bagaimana dengan jilbabku?”
Mbok Rondo Lanthing    : “Sudah rapi, sayangku.”
Lanthing Hijau                : “Aku, gimana, Mbok?”
Mbok Rondo Kempling: (memakaikan bedak) “Nah, sekarang Kamu sudah cantik. “
Lanthing Biru                  : “Kalau aku Mbok?”
Mbok Rondo Kempling: “Sudah cantik, Sayang. Anak – anak SiMbok sudah cantik semua.
      Sekarang berangkatlah. Onde-Onde Imut pasti memilih salah satu dari
      kalian untuk dijadikan istri. ”

Adegan 3:
Lanthing Kuning datang menemui SiMbok dan saudara-saudaranya yang sedang dandan.
Lanthing Kuning             : (masuk sambil membawa sapu)   
Lanthing Biru                  : “Ngapain lihat – lihat?”
Lanthing Hijau                : “Iri ya lihat kita semua cantik?”
Lanthing Kuning             : “Ti…Tidak kok.”
Lanthing Merah               : (menyenggol Lanthing Kuning sampai terjatuh)
Lanthing-Lanthing           : “Hahaha… Kasian sekali Kau, dasar tengil!!! “
Lanthing Hijau                 : “Ya sudah lah. Ayo kita berangkat.” (pergi meninggalkan Lanthing
         Kuning)
Lanthing Kuning              : (berjalan mendekati Mbok Rondo Kempling). “Mbok saya ingin
                   bicara?”
Mbok Rondo Kempling: “Bicara apa? Kamu sudah selesai menyapu?”
Lanthing Kuning            : “Sudah, Mbok. Be… begini, Mbok, saya juga ingin melamar menjadi
      istrinya Onde-Onde Imut seperti kakak-kakak Lanthing yang lain.”
Mbok Rondo Kempling: “Oh begitu, ya sudah tidak apa - apa. Sini kamu saya dandani juga.”
     (memberikan angus dan bau-bau tidak sedap kepada Lanthing Kuning
     yang berdiri di hadapannya).
    Sudah, sekarang pergilah untuk mencuci wajan ini, setelah itu Kamu
     boleh ke tempat Onde-Onde Imut.” (mendorong Lanthing Kuning
    dengan kasar)
Lanthing Kuning           : “Iya, Mbok.” (meninggalkan Mbok Rondo)
Mbok Rondo Kempling: “Hahaha… Mudah-mudahan Onde-Onde Imut menyukai salah satu dari
     anak-anakku, Lanthing Kuning yang jelek itu.” (tertawa terbahak-
     bahak, sambil kipas-kipas)

Babak Ketiga
Adegan 1:
Lanthing Kuning setiap hari bekerja tanpa rasa lelah dan keluh kesah walau dia diperlakukan kasar oleh Mbok Rondo Kempling. Dia berharap, Tuhan akan memberikan ganjaran yang lebih baik untuknya. Saat Lanthing Kuning mencuci wajan di sungai….
Lanthing Kuning        : “Duh Gusti, kenapa begini penderitaan hidupku. Semoga aku tabah
   menjalaninya. ”
Seseorang                   : “Hai gadis cantik.”
Lanthing Kuning        : “Siapa Kamu?” (kaget)
Seseorang                   : “Kamu jangan takut. Aku adalah sifat baik yang ada dalam dirimu.”
Lanthing Kuning        : “Mau apa Kamu?” (bergerak mundur karena takut)
Seseorang                           : “Jangan takut, aku hanya ingin memberimu sebuah pusaka. Terimalah
                                             ini. Semoga pusaka ini kelak akan berguna bagimu. Ini adalah Jimat
         Kalimosodo. Terimalah gadis baik.” (memberikan pusaka)
Lanthing Kuning                : “Baiklah. Terimakasih.”
Seseorang                           : (meninggalkan Lanthing Kuning)
Lanthing Kuning                : (mengambil wajan dan meninggalkan sungai)

Babak Keempat
Adegan 1:
Di sebuah sungai yang airnya deras, disitulah Yuyu Kingkong yang licik hidup. Dia yang menguasai sungai itu.
Yuyu Kingkong          : (sedang mondar-mandir mengawasi jika ada orang datang)
  “Hohohoho…. Siapa itu yang datang dari jauh?”
Lanthing-Lanthing      : (tiba di tepi sungai)
Lanthing Merah          : “Wah! Sungainya banjir. Ihhh jijik! Aku gak mau menyebrang loh yak,
                           nanti aku kena kurtu air, panu, kudis , kurap. Ihhh, amit-amit! ”
Lanthing Biru              : “Iya, Mbakyu. Tapi bagaimana cara kita menyeberang?”
Lanthing Hijau            : “Lihat itu ada Yuyu Kingkong.” (menunjuk Yuyu Kingkong)
Lanthing Merah           : “Wah iya tuhh! Kita minta tolong Yuyu Kingkong saja.”
Lanthing Biru dan Hijau: “Iya, Mbakyu. Ayo buruan! ” (saling menyenggol Lanthing Merah)
Lanthing Merah            : “Yuyu Kingkong… Yuyu Kingkong…” (manja)
Yuyu Kingkong            : “Ada apa gadis manis?”
Lanthing Merah            : “Yuyu Kingkong, aku minta tolong dong,sebrangkan aku dari sungai
                                           ini.”
Yuyu Kingkong             : “Boleh, boleh, boleh, asalkan ada imbalannya.”
Lanthing Merah             : “Imbalannya apa? Uang? Wah kamu itu mata duitan yahh ternyata.”
Lanthing Biru dan Hijau: “Iya. Yuyu Kingkong mata duitan nihhh”
Yuyu Kingkong              : “Tidak! Aku tidak mau uang. Hahaha. ”
Lanthing-Lanthing          : “Lalu apa?”
Yuyu Kingkong               : “Imbalannya adalah menggandeng dan mencium tangan kalian.”
(tersenyum penuh kemenangan)
Lanthing Merah         : “Emmm gimana yah? Yaudah dehh, tapi antarkan aku sampai ke sebrang
                           ya.”
Yuyu Kingkong          :”Baiklah. Ayo!” (mengantarkan Lanthing Merah, Biru, dan Hijau)
Lanthing-Lanthing      : (sampai di seberang)
Yuyu Kingkong          : “Eh..eh..eh...  Mau kemana kalian? Mana imbalannya?”
Lanthing-Lanthing      : (menyodorkan tangan untuk dicium Yuyu Kingkong  sambil cemberut dan
   langsung pergi)
Yuyu Kingkong         : “Hahahaha…. Wah senang sekali aku dapat memegang dan mencium
                                      tangan gadis-gadis cantik itu.”

Adegan 2
Lanthing Kuning datang dengan tergopoh-gopoh. Dia kebingunagan saat hendak menyebrang sungai. Tiba-tiba dia melihat Yuyu Kingkong.
Yuyu Kingkong         : “Hohoho… Siapa Kamu? Wajahnya jelek, berbau tajam, hidup lagi!”
Lanthing Kuning        : “Wah kok banjir ya? Bagaimana aku bisa menyebrang? Yuyu Kingkong,
                                      tolong sebrangkan saya melewati sungai ini. ”
Yuyu Kingkong          : “Tidak mau.”
Lanthing Kuning        : “Nanti aku kasih uang deh.”
Yuyu Kingkong          : “Tidak mau. Sudah sana pergi. Jangan di sini.” (Meninggalkan Lanthing
                                       Kuning)
Lanthing Kuning        : “Kamu kenapa jahat begitu Yuyu Kingkong? Ya sudah kalau itu maumu.
 (mengeluarkan pusakanya) Aku akan buat sungai ini menjadi kering!”
Tiba-tiba sungai itu kering. Kemudian Lanthing Kuning pun bisa berjalan menyeberang sungai menuju rumah Mbok Rondo Dadakan, rumah si Onde-Onde Imut.




Babak Kelima
Adegan 1:
Sementara itu, di sebuah desa bernama Tuguran, Mbok Rondo Dadakan sedang menyapu rumah. Onde-Onde Imut sedang mengaji sembari menunggu belahan hatinya yang di janjikan Tuhan untuknya. Tiba-tiba datang rombongan gadis-gadis cantik, yaitu Lanthing Merah, Biru dan Hijau.
Lanthing-Lanthing       : “Assalamu’alaikum.”
Mbok Rondo Dadakan: “Wa’alaikumsalam, Siapa ya?”
Lanthing Merah           : “Saya, Mbok, Lanthing Merah.putrinya Mbok Rondo Kempling yang
      cantiknya tak terhingga sepanjang masa.” (centil)
Lanthing Biru               : “Saya Lanthing Biru yang suaranya sangat merdu.” (suaranya mendayu-
                              dayu)
Lanthing Hijau              : “Saya Lanthing Hijau, Mbok yang paling manis.”
Mbok Rondo Dadakan : “ Wah kalian ini cantik-cantik sekali?”
Lanthing-Lanthing         : “Kami datang ke sini karena ingin melamar Onde-Onde Imut, Mbok,
      maka dari itu kami harus dandan secantik mungkin.”
Mbok Rondo Dadakan    : “Oh, mau melamar Onde-Onde Imut? Sebentar ya, Mbok katakan pada
       Onde-Onde Imut dulu.”
Mbok Rondo Dadakan: (bernyanyi) “ Putraku si Onde-Onde Imut. Temuruno ono putri kang
     ngunggah-unggahi. putrine ngger sing ayu rupane. Lanthing Abang iku
    kang dadi asmane.”
Onde-Onde Imut            : (menjawab dengan bernyanyi). “Duh ibu, kulo mboten purun. Aduh ibu,
                                        kulo mboten medun. Najan ayu sisane si Yuyu Kingkong. “
Mbok Rondo Dadakan: “Wah ternyata tidak mau, Nak.”
Lanthing Biru                : “Coba saya Mbok.”
Mbok Rondo Dadakan: (bernyanyi) “Putraku si Onde-Onde Imut. Temuruno ono putri kang
   ngunggah-unggahi. Putrine ngger sing ayu rupane. Lanthing Biru iku 
   kang dadi asmane.”
Onde-Onde Imut          : (menjawab dengan bernyanyi) “Duh ibu, kulo mboten purun. Aduh ibu,
   kulo mboten medun. Najan ayu sisane si Yuyu Kingkong.”
Mbok Rondo Dadakan: “Tidak mau juga ternyata, Nak. ”
Lanthing Hijau               : “Coba saya Mbok.”
Mbok Rondo Dadakan : (bernyanyi)“ Putraku si Onde-Onde Imut. Temuruno ono putri kang
                ngunggah-unggahi. Putrine ngger sing ayu rupane. Lanthing ijo iku kang
    dadi asmane.”
Onde-Onde Imut           : (menjawab dengan bernyanyi) “Duh ibu, kulo mboten purun. Aduh ibu,
                                         kulo mboten medun. Najan ayu sisane si Yuyu Kingkong. ”
Mbok Rondo Dadakan  : “Hmm…Tidak mau juga, Nak.”
Lanthing-Lanthing         : “Kamu yakin gak mau milih kita? Kita ittu udah cantik, baik, rajin
       menabung. Kurang apa coba? Dasar laki-laki gak peka!”

Adegan 2:
Tidak lama kemudian, datanglah Lanthing Kuning, dari kejauhan sudah tercium bau yang tidak sedap, wajahnya coreng moreng karena debu.
Lanthing Kuning             : “Assalamu’alaikum, Mbok.”
Mbok Rondo Dadakan    : “Wa’alaikumsalam, Siapa ya?”
Lanthing Kuning             : “Saya Lanthing Kuning Mbok. Ingin melamar Onde-Onde Imut. ”
Mbok Rondo Dadakan    : “Apa!!!? Mau melamar anakku? Apa tidak salah?”
Lanthing Merah               : “Eh tengil, wajahmu jelek. Baumu tidak enak begitu. Aku saja ditolak.
        Apa lagi kamu?”
Lanthing Kuning             : “Dicoba dulu aja, Mbok.”
Mbok Rondo Dadakan    : “Baiklah. (bernyanyi) Putraku si Onde-Onde Imut. Temuruno ono putri
                   kang ngunggah-unggahi. Putrine kang olo rupane. Lanthing Kuning iku
                   kang dadi asmane. ”
Onde-Onde Imut           : (menjawab dengan bernyanyi) “Aduh ibu, kulo inggih purun. Dalem
                                      putro inggih bade medun. Najan olo meniko kang putro suwun. ”
Mbok Rondo Dadakan  : (kaget) “Loh! Loh!  Apa tidak salah Onde-Onde Imut? ”
Onde-Onde Imut           : “Tidak ibu. Ini adalah pilihan saya.”
Lanthing Biru                      :  “Heh, ternyata seleramu rendahan ya Onde-Onde Imut.”
Lanthing Hijau                     : “Iya nihh, cantikan aku kemana-mana, si Lanthing Kuning ini mah
            tengil… Iyuuuhhhhh.”
Mbok Rondo Dadakan         : “Ya sudah kalau itu pilihanmu ya tidak apa apa, Onde-Onde Imutku”
Onde – Onde Imut               : “Jo, Bejo. Sini Jo!”
Bejo                                     : (berlari mendekati Onde-Onde Imut) “Siapa gadis jelek ini.”
Onde-Onde Imut                 : “Ini adalah Lanthing Kuning. Kita akan pulang, Jo.”
(berbalik pada Mbok Rondo Dadakan)
“Mbok ada suatu hal yang ingin saya katakan.”
Mok Rondo Dadakan           : “Apa itu, Nak?”
Onde-Onde Imut                 : “Ibu, sebenarnya saya adalah seorang Pangeran yang sedang
mengembara, untuk mencari pengalaman hidup dan mencari
kekasih saya yang kabur ini.” (menggenggam tangan Lanthing
Kuning lalu menatap wajahnya dan tersenyum)
Mbok Rondo Dadakan        : “Apa!!?? Pangeran??”
Onde-Onde Imut                 : “Benar Mbok, karena sekarang saya sudah menemukan belahan hati
saya, saya akan kembali ke Kerajaan. Terima kasih perhatiannya
selama ini, Mbok”
Mbok Rondo Dadakan        : (masih kaget) “I... Iya, Nak. Jaga dirimu baik- baik ya. Semoga kalian
          bahagia.”
Lanthing Kuning                 : “Aamiin, Mbok.”
Lanthing - Lanthing            : “A... apa!!??Dia Pangeran? Oh, tidaaaak!! ” (menunjuk Onde-Onde
          Imut lalu pingsan di tempat)
Akhirnya, Lanthing Kuning menjadi istri Onde-Onde Imut, wajahnya yang jelek dan bau berubah menjadi putri yang cantik. Sesungguhnya dia adalah kekasih dari pangeran, yakni  Putri Sekartaji. Lalu Onde-Onde Imut kini menjadi raja mewarisi kerajaan ayahnya. Pangeran dan Lanthing Kuning, hidup bahagia selamanya
THE END

No comments:

Post a Comment