Monday 3 December 2018

RPP KD 3.8 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum 2013




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah
: SMA Negeri 1 ..............
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: X1/Satu           
Tema/Sub Tema
: Cerita pendek
Alokasi Waktu
: 2 x 45 Menit (satu kali pertemuan)
A.    Kompetensi Inti
K1
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
K2
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
K3
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
K4
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B.     Kompetensi Dasar  dan Indikator Pencapaian Kompetensi
KOMPETENSI DASAR DAN IPK DARI KI 3
3.8 Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam kumpulan cerita pendek yang dibaca.
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.8.1 Peserta didik mampu mengenal unsur pembangun dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek
3.8.2  Peserta didik mampu memahami informasi tentang unsur pembangun dan nilai-nilai dalam cerita pendek
3.8.3 Peserta didik mampu menganalisis unsur pembangun dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek
C.    Tujuan Pembelajaran
Tujuan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1.      Peserta didik dapat mengidentifikasi unsur pembangun dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek
2.      Peserta didik dapat memahami informasi tentang unsur pembangun dan nilai-nilai dalam cerita pendek
3.      Peserta didik dapat menganalisis unsur pembangun dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek.
D.    Materi Pembelajaran
1.      Fakta               : Teks cerita pendek
2.      Konsep            : Pengertian cerita pendek
3.      Prinsip             : Nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerpen (nilai moral, nilai   sosial, nilai religi, nilai budaya)
E.     Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
1.      Pendekatan                : Saintifik
2.      Metode                      : Diskusi kelompok, Tanya jawab, Penugasan
3.      Model Pembelajaran : Active Learning
F.     Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1.      Media/Alat       : Lembar Kerja, Papan Tulis/White Board, LCD
2.      Bahan Ajar      : Cerpen Juru Masak karya Damhuri Muhammad
3.      Sumber Belajar :
·         Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi  Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
·         Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi  Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

G.    Kegiatan Pembelajaran
Satu Kali Pertemuan (2 ×45 menit)
Tahap
Langkah-langkah Pembelajaran
Nilai Karakter (PPK), Literasi, 4C, HOTS
Alokasi Waktu
Kegiatan Awal
1.      Peserta didik merespon salam dari guru.
2.      Peserta didik berdo’a sebelum memulai pembelajaran.
3.      Guru mengulas materi sebelumnya dan peserta didik menjawab pertanyaan dari guru yang berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
4.      Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5.      Peserta didik menyimak kompetensi dan tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Religius



Rasa ingin tahu
10 menit
Kegiatan Inti
Mengamati
1.      Guru memperlihatkan sebuah cerpen berjudul ‘Juru Masak’ karya Damhuri Muhammad.
2.      Peserta didik mengenal dan membaca cerpen tersebut.
Menanya
1.      Guru bertanya kepada siswa, bagaimana pendapatnya setelah membaca cerpen.
2.      Peserta didik merespon pertanyaan dari guru sesuai pendapat mereka.
Menalar
1.      Peserta didik duduk secara berkelompok (4-5 orang).
2.       Peserta didik secara berdiskusi mengidentifikasi unsur pembangun dan nilai-nilai kehidupan dalam cerpen ‘Juru Masak’ yang dibaca.
Mencoba
1.      Peserta didik mencoba menentukan dan unsur pembangun serta nilai-nilai kehidupan dalam cerpen ‘Juru Masak’
2.      Peserta didik mencoba menuliskan unsur pembangun dan nilai-nilai kehidupan dalam cerpen ‘Juru Masak’.
Mengomunikasikan/menyajikan
1.      Peserta didik secara berkelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
2.      Peserta didik  yang lain  memberikan komentardan masukan atas penampilan temannya.

Literasi


Rasa ingin tahu




Kerja sama (Collaborative)
Berpikir kritis (Critical thinking)

Kreativitas (Creativity)



Komunikatif (Communicative)
70 menit
Kegiatan Penutup
Kegiatan guru bersama peserta didik
1.      Membuat rangkuman/ simpulan pelajaran.
2.      Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
3.      Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Kegiatan guru
1.      Melakukan penilaian.
2.      Memberikan tugas kepada peserta didik untuk banyak membaca teks cerpen lainnya.
3.      Menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
4.      Menutup kegiatan belajar mengajar.

Kreativitas (Creativity)




HOTS
10 menit

H.    Penilaian
·         Teknik Penilaian:
1)      Penilaian Sikap                : Observasi/pengamatan.
2)      Penilaian Pengetahuan     : Tes Tertulis
3)      Penilaian Keterampilan    : Praktik
·         Bentuk Penilaian:       
1)      Observasi             : lembar pengamatan aktivitas peserta didik
2)      Tes tertulis           : uraian dan lembar kerja

Magelang, 12 November 2018

Mengetahui,

 Kepala SMA Negeri 1 .................                                                   Guru Mata Pelajaran,


Imam Baihaqi, S.Pd., M.A.                                                            Dwi Astuti Asih
NIP.                                                                                                  NIM. 1610301071

Lampiran-Lampiran
1.      Materi Cerita Pendek
·         Pengertian Cerpen
Cerita pendek (cerpen) merupakan cerita yang habis dibaca sekali duduk. Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata. Cerita pendek juga umumnya bertema sederhana, jumlah tokoh, jalan cerita dan latarnya meliputi ruang lingkup yang terbatas.
·         Unsur Pembangun Cerpen
Unsur Intrinsik, terdiri dari: tema, setting/latar, plot/alur, gaya bahasa, tokoh/penokohan, amanat.
Unsur Ekstrinsik, terdiri dari:
1)      Nilai-nilai religius berkaitan tentang hubungan manusia dengan Tuhan.
2)      Nilai-nilai pendidikan, berkaitan dengan sikap, perilaku atau perbuatan yang bersifat edukasi.
3)      Nilai-nilai budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya cipta manusia.
4)      Nilai-nilai sosial berkaitan dengan tata laku hubungan antara sesama manusia (kemasyarakatan).
5)      Nilai-nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang menjadi dasar kehidupan manusia dan masyarakatnya.
2.      Teks Cerpen Juru Masak Karya Damhuri Muhammad
JURU MASAK
Karya Damhuri Muhammad
Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tak meresap ke dalam daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah gunjing dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah, bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tak dilibatkan.
Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan pada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Tapi, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji.
“Kalau besok Gulai Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.
“Apa susahnya mendatangkan Makaji?”
“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya bikin malu.”
Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk.
“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.
“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,”
“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu.
“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah,”
Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orangtua selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orangtua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial segera memboyongnya ke rantau, Makaji tetap akan punya kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di Rumah Makan milik anaknya sendiri.
“Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!”
“Kenduri siapa?” tanya Azrial.
“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan,”
Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak perempuan tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya, mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang atau tambak ikan sebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu.
Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi perawat di kota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.
“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.
“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”
“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”
“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?”
Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah, tak ada yang merawat, adik-adiknya sudah terbang-hambur pula ke negeri orang. Meski hidup Azrial sudah berada, tapi ia masih saja membujang. Banyak yang ingin mengambilnya jadi menantu, tapi tak seorang perempuan pun yang mampu luluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni, atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.
Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam ditembakkan ke langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka peninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertontonkan. Para tetua kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna menyambut kedatangan mempelai pria. Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah, menantu Mangkudun bukan orang kebanyakan, tapi perwira muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas, anak bungsu pensiunan tentara, orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya, Mangkudun sudah banyak membantu laki-laki itu, sejak dari sebelum ia lulus di akademi kepolisian hingga resmi jadi perwira muda. Ada yang bergunjing, perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas jasa yang dilakukan Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar hutang budi.
Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan carikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh lebih bermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan Yusnaldi, perwira muda polisi yang bila tidak ‘macam-macam’ tentu karirnya lekas menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tapi, pesta yang digelar dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing itu tak begitu ramai dikunjungi. Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudah tergesa pulang.
“Gulai Kambingnya tak ada rasa,” bisik seorang tamu.
“Kuah Gulai Rebungnya encer seperti kuah sayur Toge. Kembung perut kami dibuatnya,”
“Dagingnya keras, tidak kempuh. Bisa rontok gigi awak dibuatnya,”

“Masakannya tak mengeyangkan, tak mengundang selera.”
“Pasti juru masaknya bukan Makaji!”
Makin ke ujung, kenduri makin sepi. Rombongan pengantar mempelai pria diam-diam juga kecewa pada tuan rumah, karena mereka hanya dijamu dengan menu masakan yang asal-asalan, kurang bumbu, kuah encer dan daging yang tak kempuh. Padahal mereka bersemangat datang karena pesta perkawinan di Lareh Panjang punya keistimewaan tersendiri, dan keistimewaan itu ada pada rasa masakan hasil olah tangan juru masak nomor satu. Siapa lagi kalau bukan Makaji?
“Kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini?” begitu mereka bertanya-tanya.
“Sia-sia saja kenduri ini bila bukan Makaji yang meracik bumbu,”
“Ah, menyesal kami datang ke pesta ini!”
Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji, datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat anaknya. Orang-orang Lareh Panjang telah kehilangan juru masak handal yang pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa terpiuh-piuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih pujaannya telah dipersunting lelaki lain.
Unsur Intrinsik Cerpen
·         Tema         : Keahlian dan perjuangan mencapai keberhasilan
·         Alur           : Campuran
·         Sudut Pandang: orang ketiga serba tahu, karena penulis tidak menceritakan tentang dirinya, tetapi menceritakan tentang kisah orang lain.
·         Latar/Setting   :
a.       Waktu : Beberapa tahun, ketika keluarga mempelai pria tiba, kini, sejak dulu, sejak ibunya meninggal, dua hari sebelum kenduri berlangsung.
b.      Tempat: Lareh panjang, Rumah Makaji, Jakarta, Rumah makan di Jakarta, Perkawinan Gentasari dan Rustamadji.
c.       Suasana: Kecewa, Bingung, Kesal, Sedih, Bangga, Semarak, Menyesal
·         Tokoh/Penokohan :
a.        Makaji: Baik hati, pekerja, bertanggung jawab, tidak sombong.
b.      Azrial  : Baik, jujur, ulet.
c.       Mangkudun: Sombong, keras kepala.
d.      Ranggogeni: Baik hati, sabar, pandai.
e.       Sutan Basabatuah: Angkuh.
·         Gaya Bahasa
a.       Metafora
Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.
Derajat keluarga azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yg bisa diandalkan
b.      Hiperbola
Merah padam muka azrial mendengarnya
·         Amanat :
a.       Jangan suka memandang orang lain dari status sosialnya.
b.      Jangan mudah menyerah dalam menjalani hidup.
Unsur Ekstrinsik Cerpen
a.       Nilai Moral :
·         Baik à Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya.
·         Buruk à  “Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun
b.      Nilai Sosial :
Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudah tergesa pulang.
c.       Nilai Budaya :
·         Pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari.
·         Dua kali meriam ditembakkan ke langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka peninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertontonkan.Latar belakang pengarang
d.      Latar belakang pengarang sangat jelas,dimana pengarang berasal dari daerah Sumatra sehingga nama tokoh, setting, jenis masakan dan kebudayaan yang diceritakan dalam cerpen juga khas dengan daerah tersebut.


3.      Intrumen Penilaian Sikap
·         Teknik: Obesrvasi
Bentuk: Daftar cek dan skala penilaian  disertai rubrik
     Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan!
No.
Nama Siswa
Religius
Tanggung Jawab
Peduli
Responsif
Santun
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
1
2
3
4
5
6





















7





















8





















9





















10






















 Ket:    MK : Membudaya       MT : Mulai tampak
            BT  : Belum tampak
               
4.      Instrumen Penilaian Pengetahuan
Teknik       : Tes Tertulis
Bentuk      :  Laporan Hasil Diskusi

a.      Penugasan
Lakukanlah hal-hal berikut ini sesuai dengan instruksinya!
1.      Bacalah kembali cerpen “Juru Masak”!
2.      Secara berkelompok, tunjukkanlah nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen!
3.      Mungkinkah nilai-nilai tersebut kamu aktualisasikan pula dalam kehidupan sehari-hari?  
4.      Laporkanlah hasil diskusi kelompokmu itu dalam format berikut!
Laporan Diskusi
Judul Cerpen :
Pengarang     :
Sinopsis        :………………………………………………………………………………
Nilai-nilai…………………………………………………………………………………..
Kemungkinan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
………………………………………………………………………………………………
b.      Rubrik Penilaian
Nama Peserta didik/kelompok          : ……………………………………….
Kelas                                                  : ………………………..………………
Tanggal Pengumpulan                       : ..............................................................
No
Kategori
Skor
Alasan
1.
Apakah nilai-nilai cerita pendek yang ditulis lengkap?
2.
Apakah bahasa yang digunakan untuk menginterpretasikan lugas, sederhana, runtut dan sesuaidengan kaidah EYD?
Jumlah
  Kriteria: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, dan 1 = sangat kurang

5.      Instrumen Penilaian Keterampilan
Teknik                   : Praktik
Bentuk                  : Presentasi
Instrument             :
Nama
:
Kelas/NIS
:
Tanggal
:

No
Aspek
Amat Baik
Baik
Cukup
Kurang
4
3
2
1
1
Persiapan
2
Penyampaian
3
Penampilan
4
Komunikasi nonverbal
5
Komunikasi Verbal
6
Pemanfaatan piranti Bahasa
7
Alat Bantu Visual
8
Tanggapan terhadap Pertanyaan
9
Isi
Jumlah





No comments:

Post a Comment