RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah
|
: SMA Negeri 1 ..............
|
Mata Pelajaran
|
: Bahasa Indonesia
|
Kelas/Semester
|
: X1/Satu
|
Tema/Sub Tema
|
: Cerita
pendek
|
Alokasi Waktu
|
: 2 x 45 Menit
(satu kali pertemuan)
|
A.
Kompetensi Inti
K1
|
Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
|
K2
|
Memahami,
menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
|
K3
|
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah
|
K4
|
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
|
KOMPETENSI DASAR DAN IPK DARI KI 3
|
|
3.8
Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam kumpulan cerita
pendek yang dibaca.
|
Indikator
Pencapaian Kompetensi
3.8.1 Peserta didik mampu mengenal unsur
pembangun dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek
3.8.2 Peserta didik mampu memahami informasi tentang
unsur pembangun dan nilai-nilai dalam cerita pendek
3.8.3
Peserta didik mampu menganalisis unsur pembangun dan nilai-nilai yang
terkandung dalam cerita pendek
|
C.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik dapat
mengidentifikasi unsur pembangun dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
pendek
2. Peserta didik dapat
memahami informasi tentang unsur pembangun dan nilai-nilai dalam cerita pendek
3.
Peserta didik dapat menganalisis unsur pembangun dan nilai-nilai
yang terkandung dalam cerita pendek.
D.
Materi
Pembelajaran
1.
Fakta : Teks
cerita pendek
2.
Konsep :
Pengertian cerita pendek
3. Prinsip : Nilai-nilai kehidupan yang
terkandung dalam cerpen (nilai moral, nilai sosial, nilai religi, nilai budaya)
E.
Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode :
Diskusi kelompok, Tanya jawab, Penugasan
3. Model Pembelajaran : Active Learning
F.
Media/Alat,
Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/Alat : Lembar Kerja, Papan Tulis/White
Board, LCD
2. Bahan Ajar
: Cerpen Juru Masak karya Damhuri Muhammad
3. Sumber Belajar :
·
Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia
Kelas XI Revisi Tahun 2017.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
·
Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
G.
Kegiatan Pembelajaran
Satu
Kali Pertemuan (2 ×45 menit)
Tahap
|
Langkah-langkah Pembelajaran
|
Nilai Karakter
(PPK), Literasi, 4C, HOTS
|
Alokasi Waktu
|
Kegiatan Awal
|
1. Peserta
didik merespon salam dari guru.
2. Peserta
didik berdo’a sebelum memulai pembelajaran.
3. Guru
mengulas materi sebelumnya dan peserta didik menjawab pertanyaan dari guru
yang berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
4. Peserta
didik menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5. Peserta
didik menyimak kompetensi dan tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
|
Religius
Rasa ingin tahu
|
10 menit
|
Kegiatan Inti
|
Mengamati
1. Guru
memperlihatkan sebuah cerpen berjudul ‘Juru Masak’ karya Damhuri Muhammad.
2. Peserta
didik mengenal dan membaca cerpen tersebut.
Menanya
1. Guru
bertanya kepada siswa, bagaimana pendapatnya setelah membaca cerpen.
2. Peserta
didik merespon pertanyaan dari guru sesuai pendapat mereka.
Menalar
1. Peserta
didik duduk secara berkelompok (4-5 orang).
2. Peserta
didik secara berdiskusi mengidentifikasi unsur pembangun dan nilai-nilai kehidupan
dalam cerpen ‘Juru Masak’ yang dibaca.
Mencoba
1. Peserta
didik mencoba menentukan dan unsur pembangun serta nilai-nilai kehidupan
dalam cerpen ‘Juru Masak’
2. Peserta
didik mencoba menuliskan unsur pembangun dan nilai-nilai kehidupan dalam
cerpen ‘Juru Masak’.
Mengomunikasikan/menyajikan
1. Peserta
didik secara berkelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
2. Peserta didik yang lain
memberikan komentardan
masukan atas penampilan temannya.
|
Literasi
Rasa ingin tahu
Kerja sama (Collaborative)
Berpikir kritis (Critical
thinking)
Kreativitas (Creativity)
Komunikatif (Communicative)
|
70 menit
|
Kegiatan Penutup
|
Kegiatan guru bersama peserta didik
1. Membuat rangkuman/ simpulan pelajaran.
2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
Kegiatan guru
1. Melakukan penilaian.
2. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk banyak
membaca teks cerpen lainnya.
3. Menyampaikan rencana pembelajaran yang
akan dilakukan selanjutnya.
4. Menutup
kegiatan belajar mengajar.
|
Kreativitas (Creativity)
HOTS
|
10 menit
|
H. Penilaian
·
Teknik Penilaian:
1)
Penilaian
Sikap : Observasi/pengamatan.
2)
Penilaian Pengetahuan : Tes
Tertulis
3)
Penilaian Keterampilan : Praktik
·
Bentuk Penilaian:
1)
Observasi : lembar pengamatan aktivitas peserta didik
2)
Tes
tertulis : uraian dan lembar kerja
Magelang, 12 November 2018
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 ................. Guru Mata Pelajaran,
Imam Baihaqi, S.Pd., M.A.
Dwi Astuti Asih
NIP.
NIM.
1610301071
Lampiran-Lampiran
1.
Materi Cerita
Pendek
·
Pengertian Cerpen
Cerita pendek (cerpen) merupakan cerita
yang habis dibaca sekali duduk. Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata. Cerita
pendek juga umumnya bertema sederhana, jumlah tokoh, jalan cerita dan latarnya meliputi ruang lingkup yang
terbatas.
·
Unsur Pembangun
Cerpen
Unsur Intrinsik,
terdiri dari: tema, setting/latar, plot/alur, gaya bahasa, tokoh/penokohan,
amanat.
Unsur Ekstrinsik,
terdiri dari:
1)
Nilai-nilai religius berkaitan tentang hubungan manusia
dengan Tuhan.
2)
Nilai-nilai
pendidikan, berkaitan dengan sikap, perilaku atau perbuatan yang bersifat
edukasi.
3)
Nilai-nilai budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan,
dan hasil karya cipta manusia.
4)
Nilai-nilai sosial berkaitan dengan tata laku hubungan
antara sesama manusia (kemasyarakatan).
5)
Nilai-nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan
buruk yang menjadi dasar kehidupan manusia dan masyarakatnya.
2.
Teks Cerpen Juru Masak Karya Damhuri Muhammad
JURU MASAK
Karya Damhuri Muhammad
Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu.
Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tak meresap ke dalam
daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah
kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya,
berseraklah gunjing dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah, bukan karena
kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya
pasangan pengantin tak sedap dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan
yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tapi helat tak
bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tak dilibatkan.
Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan
Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan
berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal.
Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang
semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri
berlangsung akan dipercayakan pada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh
Panjang ini. Tapi, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga
mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung
dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin
keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa
dengan masakan Makaji.
“Kalau
besok Gulai Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!”
ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.
“Apa
susahnya mendatangkan Makaji?”
“Percuma
bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya bikin malu.”
Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya,
kenduri terasa hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena
bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tak
pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak
peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak
atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak
pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh
Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit
meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk.
“Separuh
umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana
kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra
sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.
“Mungkin
sudah saatnya Ayah berhenti,”
“Belum!
Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,”
balas Makaji waktu itu.
“Kalau
memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di
salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan
dengan Ayah,”
Sejenak
Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orangtua selalu begitu, walau
terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak
pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah
lama menunggu ajakan seperti itu. Orangtua mana yang tak ingin berkumpul dengan
anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia
mengangguk, Azrial segera memboyongnya ke rantau, Makaji tetap akan punya
kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di Rumah Makan milik anaknya
sendiri.
“Beri
Ayah kesempatan satu kenduri lagi!”
“Kenduri
siapa?” tanya Azrial.
“Mangkudun.
Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah sanggupi, malu
kalau tiba-tiba dibatalkan,”
Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi
anak gadis Mangkudun kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab
hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak perempuan
tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia
dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu,
orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya, mereka
tinggal menyebutkan sawah, ladang atau tambak ikan sebagai agunan, dengan
senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu.
Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni
hampir tamat dari akademi perawat di kota, tak banyak orang Lareh Panjang yang
bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan
Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan
siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer
sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan
mereka.
“Bahkan
bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!”
bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping
Azrial.
“Dia
laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”
“Apa
kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya
carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
“Apa
dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”
“Jatuh
martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?”
Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak
berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tapi
tidak patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan
berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa
luka hati. Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang
perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit
demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk
semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini
sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang
tiap hari sibuk melayani pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal
mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai
orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa
Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian
saja di rumah, tak ada yang merawat, adik-adiknya sudah terbang-hambur pula ke
negeri orang. Meski hidup Azrial sudah berada, tapi ia masih saja membujang.
Banyak yang ingin mengambilnya jadi menantu, tapi tak seorang perempuan pun
yang mampu luluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni,
atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.
Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali
meriam ditembakkan ke langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak
biasanya pusaka peninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila
yang menggelar kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak
sembarang dipertontonkan. Para tetua kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna
menyambut kedatangan mempelai pria. Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan
pesta perkawinan anak gadis orang terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah,
menantu Mangkudun bukan orang kebanyakan, tapi perwira muda kepolisian yang
baru dua tahun bertugas, anak bungsu pensiunan tentara, orang disegani di
kampung sebelah. Kabarnya, Mangkudun sudah banyak membantu laki-laki itu, sejak
dari sebelum ia lulus di akademi kepolisian hingga resmi jadi perwira muda. Ada
yang bergunjing, perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak
membalas jasa yang dilakukan Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar
hutang budi.
Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni,
bahwa ia akan carikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh
lebih bermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan
Yusnaldi, perwira muda polisi yang bila tidak ‘macam-macam’ tentu karirnya
lekas menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tapi, pesta
yang digelar dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing itu
tak begitu ramai dikunjungi. Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari
pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk
menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan
ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudah tergesa pulang.
“Gulai
Kambingnya tak ada rasa,” bisik seorang tamu.
“Kuah
Gulai Rebungnya encer seperti kuah sayur Toge. Kembung perut kami dibuatnya,”
“Dagingnya
keras, tidak kempuh. Bisa rontok gigi awak dibuatnya,”
“Masakannya
tak mengeyangkan, tak mengundang selera.”
“Pasti
juru masaknya bukan Makaji!”
Makin ke ujung, kenduri makin sepi. Rombongan
pengantar mempelai pria diam-diam juga kecewa pada tuan rumah, karena mereka
hanya dijamu dengan menu masakan yang asal-asalan, kurang bumbu, kuah encer dan
daging yang tak kempuh. Padahal mereka bersemangat datang karena pesta
perkawinan di Lareh Panjang punya keistimewaan tersendiri, dan keistimewaan itu
ada pada rasa masakan hasil olah tangan juru masak nomor satu. Siapa lagi kalau
bukan Makaji?
“Kenapa
Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini?” begitu mereka
bertanya-tanya.
“Sia-sia
saja kenduri ini bila bukan Makaji yang meracik bumbu,”
“Ah,
menyesal kami datang ke pesta ini!”
Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak
laki-laki Makaji, datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini,
juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan
menghabiskan hari tua di dekat anaknya. Orang-orang Lareh Panjang telah
kehilangan juru masak handal yang pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian
Makaji sampai juga ke telinga pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat
membayangkan betapa terpiuh-piuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar
kekasih pujaannya telah dipersunting lelaki lain.
Unsur Intrinsik Cerpen
·
Tema :
Keahlian dan perjuangan mencapai keberhasilan
·
Alur : Campuran
·
Sudut Pandang:
orang ketiga serba tahu, karena penulis tidak menceritakan tentang dirinya,
tetapi menceritakan tentang kisah orang lain.
·
Latar/Setting :
a. Waktu : Beberapa
tahun, ketika keluarga mempelai pria tiba, kini, sejak dulu, sejak ibunya
meninggal, dua hari sebelum kenduri berlangsung.
b. Tempat: Lareh panjang, Rumah Makaji, Jakarta, Rumah
makan di Jakarta, Perkawinan Gentasari dan Rustamadji.
c. Suasana: Kecewa, Bingung, Kesal, Sedih, Bangga,
Semarak, Menyesal
·
Tokoh/Penokohan :
a. Makaji: Baik
hati, pekerja, bertanggung jawab, tidak sombong.
b. Azrial : Baik,
jujur, ulet.
c. Mangkudun: Sombong, keras kepala.
d. Ranggogeni: Baik hati, sabar, pandai.
e. Sutan Basabatuah: Angkuh.
·
Gaya Bahasa
a. Metafora
Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.
Derajat keluarga azrial memang seumpama lurah tak
berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yg bisa diandalkan
b. Hiperbola
Merah padam muka azrial mendengarnya
·
Amanat :
a. Jangan suka memandang orang lain dari status
sosialnya.
b. Jangan mudah menyerah dalam menjalani hidup.
Unsur Ekstrinsik Cerpen
a.
Nilai Moral :
·
Baik à Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana
saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu
orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup
menggelar syukuran seadanya.
·
Buruk à “Bahkan bila
ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak
Mangkudun
b.
Nilai Sosial :
Orang-orang Lareh Panjang
hanya datang di hari pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang
dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik
meninggalkan helat, bahkan ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudah
tergesa pulang.
c.
Nilai Budaya :
·
Pesta perkawinan
Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor
kambing dan berlangsung selama tiga hari.
·
Dua kali meriam
ditembakkan ke langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka
peninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar
kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang
dipertontonkan.Latar belakang pengarang
d.
Latar belakang
pengarang sangat jelas,dimana pengarang berasal dari daerah Sumatra sehingga
nama tokoh, setting, jenis masakan dan kebudayaan yang diceritakan dalam cerpen
juga khas dengan daerah tersebut.
3.
Intrumen Penilaian Sikap
·
Teknik: Obesrvasi
Bentuk: Daftar cek dan
skala penilaian disertai rubrik
Bubuhkan tanda √ pada
kolom-kolom sesuai hasil pengamatan!
No.
|
Nama Siswa
|
Religius
|
Tanggung Jawab
|
Peduli
|
Responsif
|
Santun
|
|||||||||||||||
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
||
1
|
|||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||
3
|
|||||||||||||||||||||
4
|
|||||||||||||||||||||
5
|
|||||||||||||||||||||
6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ket: MK : Membudaya MT : Mulai tampak
BT
: Belum tampak
4.
Instrumen Penilaian
Pengetahuan
Teknik : Tes
Tertulis
Bentuk : Laporan Hasil Diskusi
a.
Penugasan
Lakukanlah hal-hal berikut ini sesuai dengan
instruksinya!
1.
Bacalah kembali
cerpen “Juru Masak”!
2.
Secara
berkelompok, tunjukkanlah nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen!
3.
Mungkinkah
nilai-nilai tersebut kamu aktualisasikan pula dalam kehidupan sehari-hari?
4.
Laporkanlah hasil
diskusi kelompokmu itu dalam format berikut!
Laporan Diskusi
Judul
Cerpen :
Pengarang :
Sinopsis :………………………………………………………………………………
Nilai-nilai…………………………………………………………………………………..
Kemungkinan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
………………………………………………………………………………………………
|
b.
Rubrik Penilaian
Nama Peserta didik/kelompok : ……………………………………….
Kelas :
………………………..………………
Tanggal Pengumpulan : ..............................................................
No
|
Kategori
|
Skor
|
Alasan
|
1.
|
Apakah nilai-nilai cerita pendek yang ditulis lengkap?
|
||
2.
|
Apakah bahasa yang digunakan untuk menginterpretasikan
lugas, sederhana, runtut dan sesuaidengan kaidah EYD?
|
||
Jumlah
|
Kriteria: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, dan 1 =
sangat kurang
5.
Instrumen Penilaian Keterampilan
Teknik :
Praktik
Bentuk :
Presentasi
Instrument :
Nama
|
:
|
Kelas/NIS
|
:
|
Tanggal
|
:
|
No
|
Aspek
|
Amat
Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1
|
Persiapan
|
||||
2
|
Penyampaian
|
||||
3
|
Penampilan
|
||||
4
|
Komunikasi nonverbal
|
||||
5
|
Komunikasi Verbal
|
||||
6
|
Pemanfaatan piranti Bahasa
|
||||
7
|
Alat Bantu Visual
|
||||
8
|
Tanggapan terhadap Pertanyaan
|
||||
9
|
Isi
|
||||
Jumlah
|
No comments:
Post a Comment