ANALISIS WACANA TERHADAP IKLAN “CITRA
SAKURA FAIR UV BODY LOTION” DENGAN PENDEKATAN MIKROSTRUKTURAL DAN MAKROSTRUKTURAL
Dwi
Astuti Asih (1610301071)
Universitas
Tidar
A.
Pendahuluan
Tulisan
ini akan membahas perihal analisis wacana pada sebuah iklan kecantikan. Iklan
yang akan dianalisis adalah iklan Citra Sakura Fair UV Body Lotion Versi Febby Rastanty berdurasi 30 detik. Tujuan dari
tulisan ini yaitu mendeskripsikan wacana iklan kecantikan dan stereotip kulit
putih pada iklan.
Iklan
Citra Sakura Fair UV Body Lotion tersebut akan dikaji dengan menggunakan
pendekatan analisis wacana (discourse
analysis) sebagai kajian yang bersifat umum. Artinya unsur-unsur pembangun
wacana sebagai suatu sistem makro tidak hanya menunjukkan hubungan sebab
akibat, tetapi terdapat unsur-unsur yang hadir secara simultan dan memiliki
hubungan secara interdependensi (Aminuddin, 1989:4).
Kajian
suatu teks dengan pendekatan analisis wacana meliputi ruang lingkup analisis
dan sebagai prinsip dasarnya. Adapun hal yang termasuk dalam ruang lingkup
analisis wacana meliputi (1)merujuk pada wujud objektif paparan bahasa berupa
teks; (2) berkaiatan dengan dunia acuan, yaitu konteks; (3) berkaitan dengan
unsur diluar konteks yang meliputi referensi,praanggapan,
implikatur, dan inferensi; (4) berkaitan
dengan teks tekstual yang meliputi ciri pengembangan topik dan tema, struktur
informasi, analisis ciri sekuensial, kesatuan unit struktur dan keserasian
relasi semantisnya, serta prediksi tingkat kebertrimaan untaian kalimat dalam
teks.
Sebelum
sampai pada analisis terlebih dahulu akan dibahas mengenai latar belakang
masalah, metode penelitian dan landasan teori yang melatarbelakangi penulis
berupa pemaparan sebagai berikut:
1.
Latar
Belakang Masalah
Sebagai bentuk wacana, bahasa iklan memiliki ciri dan
karakter tertentu. Bahasa iklan harus mampu menjadi manifestasi dari hal yang
diinginkan pihak pengiklan kepada masyarakat luas dengan tujuan untuk
mempengaruhi masyarakat supaya tertarik dengan produk yang diiklankan. (Mulyana, 2005)
Bahasa iklan merupakan salah satu wujud ragam bahasa
jurnalistik (RBJ) yang memiliki karakteristik singkat, padat, sederhana, netral,
lancar, lugas, dan menarik, seta memiliki daya informative persuatif. Bahasa iklan mempunyai bentuk komunikasi
(pesan suatu produk) yang dapat menjadi alat penarik perhatian (attention-getting device). Warna,
ilustrasi, judul teks, dan logo suatu iklan bisa dipakai sebagai sarana bagi
biro periklanan untuk memberikan kesan kepada pembaca/pendengar dalam jangka
pendek manupun panjang.
Iklan Citra Sakura Fair UV Body Lotion merupakan salah
iklan salah satu produk kecantikan Citra yang dibintangi oleh Febby Rastanty.
Penulis memilih iklan ini untuk dianalisis karena iklan tersebut mengandung
isu-isu yang menarik, misalnya isu tentang wacana kecantikan dan stereotype
masyarakat tentang kulit putih pada perempuan yang. Selain itu, produk dalam
iklan ini juga mnempati urutan pertama untuk market share di Indonesia, diikuti oleh produk Marina dan Nivea.
2.
Metode
Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
Analisis Wacana Kritis atau Critical
Discourse Analysis (CDA) dan metode Deskriptif (descriptive analysis). Dengan analisis wacana kritis, wacana tidak
hanya dipahami dari aspek kebahasanannya semata, tetapi penulis berusaha
mengaitkan wacana yang terdapat dalam iklan (mikro) dengan konteks di luar
iklan tersebut (makro). Penelitian ini juga bersifat deskriptif yang berarti
memerikan gejala-gejala kebahasaan secara cermat dan teliti berdasarkan
fakta-fakta kebahasaan yang sebenarnya.
Data penelitian ini adalah sebuah iklan kecantikan Citra
Sakura Fair UV Body Lotion berdurasi 30 detik yang tayang 2017 di televise
Indonesia dan dibintangi oleh Febby Rastanty. Data tersebut diperoleh dari sumber https://www.youtube.com/watch?v=YEbGLQ39chA.
Langkah penelitian ini dimulai dari (1) pengumpulan
data (iklan); (2) klasifikasi data (memilih dan memilah data); (3) menyimak dan mentranskrip iklan ke dalam
teks atau wacana; (4) analisis mikrostruktural dengan menitikberatkan pada
kohesi dan koherensi; (5) analisis makrostruktural dengan mempertimbangkan
konteks situasi; dan (50 menyimpulkan.
B.
Landasan
Teori
a. Wacana
Iklan
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), iklan adalah berita pesanan (untuk
mendorong, membujuk) tentang barang atau jasa yang ditawarkan (1989:322). Iklan
umumnya dipasang di media massa, baik cetak maupun elektronik. Bahasa iklan
distrategikan agar berdaya persuasi, yaitu mempengaruhi masyarakat agar
tertarik dan membeli. Sehubungan dengan tujuan tersebut, Jefkin (dalam Kasali,
1995:9) dengan jelas mengemukakan bahwa advertisting
aims to persuade people to buy.
Omar
mengatatakan bahwa berdasarkan tujuannya iklan dibedakan menjadi iklan
perniagaan dan iklan pemberitahuan atau sering disebut iklan layanan masyarakat
(dalam Wahyudi, 1994:14). Sedangkan Kasali (1995) membedakan iklan menjadi
iklan baris (misal lowongan pekerjaan, kehilangan, jual-beli), iklan display,
dan ikan suplemen. Berbagai pembagian jenis iklan tersebut cenderung untuk
media cetak. Sedangkan iklan yang terdapat di media elektronik umumnya dibagi
menjadi iklan monolog dan iklan dialog.
b. Analisis
Wacana (Discourse Analysis)
Untuk
melakukan analisis wacana, diperlukan teknik analisis yang bersifat internal
(teks dan konteks, tema, topik, judul, aspek keutuhan leksikal, gramatikal,dan
memantik) dan eksternal (inferensi, presuposisi, implikatur, dan pemahaman
mendalamtentang konteks tutur yang menjadi latar belakang terjadinya suatu
tuturan (wacana).
Namun
untuk memahami suatu wacana tertentu tidak seluruh unit analisis harus dikaji
dan dapat saja mengkaji unsur yang dibutuhkan kejelasannya saja. Jumlah unit
yang dikaji tidak langsung menjamin kualitas analisis wacana karena kualitas
tersebut dipengaruhi oleh kemampuan dan profesionalisme analisis bahasa,
ketinggian analisis, serta teknikdan metode yang digunakan. (Mulyana, 2005)
Proses
analisis wacana dapat dilakukan dengan baik apabila tersedia metode analisis
wacana yang sesuai dan memadai. Berikut adalah beberapa metode analisis wacana
yang sering digunakan untuk menganalisis wacana.
·
Metode Distribusional
Merupakan metode yang
digunakan untuk tujuan analisis sruktur-struktur wacana secara internal dan
mengabaikan aspek eksternal wacana (konteks).
·
Metode Pragmalinguistik
Merupakan gabungan
analisis pragmatic dan linguistik (structural). Wacana ini melihat wacana atas
dasar statusnya sebagai satuan lingual akan tetapi dalam analisisnya
mengedepankan aspek-aspek pragmatic.
·
Metode Deskriptif
Merupakan metode yang
biasa digunakan untuk memerikan, menggambarkan, menguraikan, dan menjelaskan
fenomena objek penelitian. Dalam kajiannya, metode ini menjelaskan data atau
objek secara natural, objektif, dan factual (Arikunto, 1993:310)
·
Metode Etnografi
Merupakan metode yang digunakan
untuk menganalisis wacana dengan melihat latarbelakang budaya yang berkembang
dalam masyarakat.
·
Metode Semiotik
Merupakan metode yang
membahas system tanda yang terdapat dalam wacana.
·
Metode Analisis Wacana Kritis (Critical Discaurse Analysis)
Merupakan studi tentang
teks, ujaran atau bicara, dan gambar-gambar visual untuk menemukan atau
mengungkapkan berbagai makna yang dibagikan serta berkontribusi atau mewakili
struktur-struktur sosial dan ideologi. Adapun yang menjadi landasan analisis
wacana kritis adalah teori wacana yang digagas oleh Michel Foucault yang
menyatakan bahwa: “Analisis wacana kritis
atau critical discourse analysis (CDA) berbeda dengan analisis wacana dalam hal
tujuan politis dan sosial. Akar analisis wacana kritis terletak dalam Retorika,
teks linguistik, antropologi, filsafat, psikologi sosial, ilmu kognitif, studi
literasi, dan sosiolinguistik serta linguistik terapan dan pragmatis.”
c.
Kohesi dan Koherensi
Kohesi
merupakan hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit
oleh unsur-unsur gramatikal dan semantic dalam kalimat-kalimat yang membentuk
wacana. Sedangkan koherensi merupakan hubungan perkaitan yang nyata dapat
dilihat pada kalimat-kalimat yang membentuk wacana. (Hasan Alwi,
2010)
d. Konteks
Wacana
Konteks wacana terdiri
dari atas berbagai unsur, seperti: situasi, pembicara, pendengar, waktu,
tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan sarana. (Hasan Alwi, 2010)
e. Profil
Citra
Citra
merupakan salah satu brand produk
kecantikan yang menawarkan berbagai macam kosmetik bagi perempuan. Produk-produk
dari PT. Unilever Indonesia Tbk ini diantaranya: moisturizer, cleanser, soap,
lulur, dan lotion. Selama 24 tahun
kehadirannya menjadi salah satu brand kosmetik
yang terkenal di Indonesia, Citra mencoba mempresentasikan standar kecantikan
bagi perempuan melalui iklan di televisi (https://www.cantikcitra.co.id/).
f.
Definisi Cantik
Cantik
secara Umum dapat di artikan sebagai sesuatu yang indah, bagus, mempesona.
Menurut KBBI, cantik adalah elok, molek (tentang wajah perempuan). Kecantikan
merupakan sesuatu yang telah lama menjadi sebuah mitos di kalangan perempuan,
berbagai kisah tentang perempuan cantik dapat dijumpai dalam kisah-kisah yang
ada di berbagai penjuru dunia. Mitos mengenai perempuan cantik digambarkan
dalam berbagai macam kriteria, bentuk, maupun sosok. Sebenarnya tidak ada
definisi secara pasti mengenai apa itu cantik, karena cantik merupakan sesuatu
yang relative ( (Firdaus, 2018)
C.
Hasil
Analisis Iklan Citra Sakura Fair UV Body Lotion
1. Transkrip
Iklan Televisi menjadi Teks
à à
ß ß
à à
Hasil Transkrip:
·
Seorang gadis cantik berkulit segar
bersinar (diperankan oleh Febby Rastanty) mengenakan gaun pink berjalan
disebuah mall, lalu berkata: “Aku ingin
kulit cerah merona yang berinar.”
·
“Itu aku yang dulu,” ujarnya sembari
berhenti di dekat stand kosmetik, di sana terlihat ada seorang gadis yang
merupakan dirinya ketika masih berkulit gelap.
·
“Udah
coba berbagai lotion pemutih….”
·
“Tapi
tetap kusam,” jawab gadis berkulit gelap.
·
Gadis berkulit cerah berjalan lagi lalu
berujar lagi “Pernah juga coba lotion
mahal,”
·
“Tetap
aja putih pucat tak bersinar.”jawab gadis berkulit
gelap.
·
Sang gadis berkulit cerah berjalan lagi
lalu berkata “Akhirnya aku punya kulit
cerah merona bersinar. Caranya…. CITRA SAKURA!!”
·
Kemudian setting berubah menjadi di dekat
bunga sakura yang bermekaran dan ada narasi: Dengan kekuatan ekstrak sakura
Jepang dan Vitamin B3 (terdapat gambar dimana sebuah bunga sakura jatuh ke
dalam cairan seputih susu) bekerja hingga ke dalam jadikan kulit segar merona.
Buktikan dalam 7 hari! (ada ilustrasi perubahan kulit gadis berkulit gelap
menjadi tampak lebih cerah)
·
Sang gadis berkulit cerah muncul lagi dan
berkata, “Tiada lagi kulit pucat,
sekarang kulit segar cerah merona.”
·
Pada bagian akhir ditampilkan produk Citra
diikuti narasi “Citra Fair UV Body Lotion”.
2. Analisis
Kohesi dan Koherensi
Teks yang terdapat pada
iklan adalah sebagai berikut.
(1) Aku ingin kulit cerah merona yang
bersinar.
(2) Itu aku yang dulu.
(3) Udah coba berbagai lotion pemutih.
(4) Tapi tetap kusam.
(5) Pernah juga coba lotion yang mahal.
(6) Tetap aja putih pucat tak bersinar.
(7) Akirnya aku punya kulit cerah merona
bersinar. Caranya CITRA SAKURA!
(8) Dengan kekuatan ekstrak sakura Jepang
dan vitamin B bekerja hingga ke dalam jadikan kulit segar merona.
(9) Buktikan dalam 7 hari!
(10) Tiada lagi kulit pucat, sekarang
kulit segar merona
(11) Citra Fair UV Body Lotion!
Hasil Analis:
Ø Pada
kalimat (1) dan (2) terdapat pemarkah kohesi pengulangan (repetisi) kata Aku.
Ø Kata
dulu pada kalimat (2) menunjukkan
adanya pemakaian pemarkah pengacuan demonstrative waktu dulu, dimana gadis
dalam iklan belum menggunakan produk Citra Fair UV sehingga masih berkulit kusam
dan gelap.
Ø Pada
kalimat (3), (4), (5), dan (6) terdapat pemarkah kohesi pengulangan (repetisi)
kata coba, lotion, dan tetap.
Ø Pada
kalimat (7) dan (8) terdapat pemarkah kohesi pengulangan (repetisi) kata kulit dan sakura.
Ø Penggunaan
kata dan pada kalimat (8) berfungsi
sebagai perangkai untuk merangkai dua klausa yaitu klausa ekstrak bunga sakura dan klausa vitamin B.
Ø Kata
sekarang pada kalimat (10) menunjukan
adanya pemarkah pengacuan demonstrative waktu kekeinian, dimana gadis dalam
iklan sudah memakai produk Citra Fair UV.
Ø Dari
kalimat (1) sampai (7) terdapat koherensi, yaitu berkaitan dengan makna atau
maksud dimana seseorang yang awalnya kulitnya gelap dan meskipun sudah mencoba lotion
pemutih namun tidak ada perubahan, lalu setelah dia memakai produk Citra Fair
UF kulitnya menjadi cerah merona bersinar.
3. Analisis
Konteks Situasi
Iklan Citra Sakura Fair UV Body
Lotion yang ditayangkan di televise Indonesia ini memiliki durasi waktu 30
detik. Iklan ini memiliki:
a. Tema dengan warna dominan pink dan
putih bertujuan agar terlihat menarik dan kontras dengan
produk.
b. Model
pada iklan ini adalah Febby Rastanty. Selebritis muda ini digambarkan sejak
menggunakan Citra Fair UV Body Lotion memiliki kulit cerah merona bersinar
seperti saat ini. Dengan memiliki kulit yang cerah dan bersinar ia
menggambarkan sosok perempuan cantik yang diinginkan oleh kaum perempuan pada
umumnya.
c. Gaun berwarna pink
bertujuan agar kontras dengan tema karena produk tersebut merupakan produk
Citra Sakura dimana bunga sakura memiliki warna pink. Selain itu, dengan
menggunakan gaun warna pink Febby Rastanty menjadi terlihat lebih anggun dan
cocok dengan tubuhnya yang ramping serta kulitnya yang cerah.
d. Setting mall kosmetik
bertujuan agar kontras dengan produk yang diiklankan, yakni produk body lotion. Sedangkan setting di depan bunga sakura yang
bermekaran bertujuan agar selaras dengan tema.
e. Ilustrasi perubahan warna kulit pada
gadis di iklan bertujuan supaya konsumen yang memiliki
kulit gelap dan kusam tertarik untuk menggunakan produk body lotion ini dan berangsur memiliki kulit yang cerah.
f.
Tulisan *telah uji klinis pada tahun2013 bertujuan untuk lebih meyakinkan
konsumen bahwa produk tersebut aman untuk digunakan.
g. Tulisan
Vitamin B menunjukkan bahwa produk
ini mengandung vitamin B yang bagus untuk kulit.
h. Pada
tanyangan bagian akhir ditampilkan sebotol Citra Fair UV Body Lotion yang
disampingnya terdapat tulisan Kulit Lebih
Segar Cerah Merona Buktikan dalam 7 Hari bertujuan agar menarik minat
konsumen yang melihat dan mendengar iklan tersebut supaya membuktikan bahwa
setelah memakai produk selama 7 hari maka kulit akan menjadi lebih segar cerah
merona.
i.
Label
halal yang terdapat di tampilan akhir menunjukkan bahwa
produk tersebut telah mendapat sertifikasi halal dana man digunakan oleh kaum
muslim.
j.
Logo
Facebook yang terletak di logo halal menandakan bahwa informasi
produk ini dapat diakses melalui media sosial.
4. Analisis
Sosial Kultural Iklan
Melalui media massa, baik media cetak
maupun elektronik, periklanan melipatgandakan usaha penjualan. Periklanan
merupakan daya mempercepat yang besar dalam distribusi (Gamble dalam Rivers dan
Mathews, 1994:248).
Wiratno (1997:1) memperkenalkan 4
macam struktur dalam pendekatan beriklan, yaitu: Orientation (tahap pengenalan produk); Presentation (tahap mendeskripsikan produk yang ditawarkan kepada konsumen); Offer (tahap pembujukan agar
pembaca/pendengar menggunakan produk yang diiklankan); Justification (tahap penilaian pengiklan bahwa produk yang
ditawarkan benar-benar bagus dan bisa memenuhi harapan pelanggan. Wiranto juga
menawarkan 3 pendekatan dalam beriklan, yaitu (1) pioneering stage (tahap pengenalan produk); (2) competitive stage (tahap persuasive yang
menggambarkan keunggulan-keunggulan produk yang diiklankan dibandingkan dengan
produk lain; (3) rentetive stage
(tahap pengingatan kepada konsumen bahwa produk yang ditawarkan masih lebih
baik dibandingkan dengan produk-produk lain.
Berdasarkan
teori di atas, secara sosial kultural iklan Citra Sakura Fair UV Body Lotion berada
pada tahap Offer Justification dengan pendekatan Competitive Stage karena iklan tersebut sudah pada tahap membujuk
agar para perempuan yang menginginkan kulit cerah merona bersinar segera
membeli dan menggunakan produk lotion
ini. Pembujukan tersebut tampak pada kalimat (7), (8), dan (9).
5. Analisis
Kritis terhadap Iklan
Dalam
hal ini, iklan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai alat atau media untuk
menawarkan produk tetapi juga sebagai media untuk menanamkan ideologi-ideologi
tertentu dengan cara yang mungkin saja tidak disadari masyarakat hingga
berimplikasi pada masyarakat yang kemudian terhegemoni dengan wacana yang
disampaikan oleh iklan tersebut. Melalui representasi dan wacana yang tersirat
dalam iklan, produsen dan piha-pihak yang terlibat dalam memproduksi iklan
tersebut menanamkan ideologi-ideologi dan perspektif baru kepada masyarakat
hingga menjadi hegemoni dikalangan publik. Pada taraf tersebut, masyarakat
akhirnya mulai menganggap bahwa apa yang disampaikan oleh iklan tersebut tampak
benar.
(1) Aku ingin kulit cerah merona yang
bersinar.
(2) Itu aku yang dulu.
(3) Udah coba berbagai lotion pemutih.
(4) Tapi tetap kusam.
(5) Pernah juga coba lotion yang mahal.
(6) Tetap aja putih pucat tak bersinar.
Alur
cerita pada iklan menggambarkan bagaimana wanita begitu khawatir dan peduli
dengan penampilan mereka, terutama perihal warna kulit. Dalam iklan tersebut,
digambarkan bahwa memiliki kulit gelap atau kusam membuat para wanita merasa
tidak percaya diri. Tokoh dalam iklan tersebut telah mencoba berbagai produk
handbody lotion untuk mendapatkan kulit yang cerah dan bersinar, tetapi tidak
dapat menemukan handbody lotion yang cocok.
(7) Akirnya aku punya kulit cerah merona
bersinar. Caranya CITRA SAKURA!
(8) Dengan kekuatan ekstrak sakura Jepang
dan vitamin B bekerja hingga ke dalam jadikan kulit segar merona.
(9) Buktikan dalam 7 hari!
(10)
Tiada
lagi kulit pucat, sekarang kulit segar merona
(11)
Citra
Fair UV Body Lotion!
Kalimat tersebut menjelaskan bahwa kulit
perempuan yang gelap dapat diatasi dengan ekstrak bunga sakura dan vitamin B yang
terkandung dalam lotion. Hal ini
menunjukkan bahwa kulit yang diidamkan perempuan adalah kulit seputih wanita
Jepang karena lotion yang digunakan menggunakan ekstra bunga sakura yang
dipercaya sebagai bahan alami yang digunakan para wanita di Jepang untuk
mencerahkan kulit mereka.
Berdasarkan
data pada iklan, brand Citra mencoba
menanam ideology dan mengajak masyarakat untuk emnerima stereotipe baru yang
diciptakan oleh produsen untuk selalu berpenampilan cantik dengan cara memiliki
kulit yang putih. Pihak produsen berusaha membentuk kepercayaan semu terhadap
konsumen bahwa kecantikan ideal hanya dapat dimiliki bagi mereka yang berkulit
putih.
Kesan
problematis lain yang dimunculkan iklan Citra adalah pemunculan bintang iklan
yang tergolong berkulit bersih dan putih. Biasanya, produser akan menampilkan
kulit gelap bintang iklan tersebut yang kemudian berubah menjadi putih bersih.
Kecenderungan produser iklan sangat terlihat dalam iklan. Menariknya, tendensi
ini tidak hanya muncul dan terjadi dalam iklan Citra saja, tetapi sebagian
besar iklan body lotion di televisi.
Dengan fakta ini, perempuan dengan kulit gelap memiliki sedikit sekali peluang
akan keterwakilannya di media massa. Hal ini memberikan konstruksi wacana bahwa
perempuan dapat memiliki nilai lebih dan akan dianggap cantik jika ia muda dan
berkulit putih. Sebaliknya, perempuan yang sudah tua dan berkulit gelap
dianggap tidak cantik jika dibandingkan dengan perempuan berkulit putih.
Prabasmoro
(2003) juga menyatakan hal serupa, bahwa warna kulit putih dikonstruksikan
sebagai hal yang disukai dan diinginkan. Sudah berapa banyak iklan produk
pemutih di Indonesia yang menawarkan ke-putih-an kepada konsumen khususnya
perempuan, begitu pula dengan Citra Sakura Fair UV Body Lotion.
Dalam
iklan Citra ini, kulit putih diasumsikan sebagai sesuatu yang disukai dan
diinginkan setiap perempuan. Dengan demikian, jika telah diinginkan dan
disukai, masyarakat akan dengan mudah menelan ideologi bahwa jika ingin disukai
banyak orang, jadilah perempuan dengan kulit putih dan bersih. Melalui komodifikasi
ke-putih-an inilah iklan Citra menegosiasikan wacana bahwa perempuan dapat
memiliki kecantikan yang ideal jika ia memiliki kulit putih dan bersinar. Pada
akhinya, melalui wacana dan ideologi ini produk yang diiklankan yaitu Citra
Sakura Fair UV Body Lotion akan dibeli dan dipakai banyak orang agar
mendapatkan hal yang sama dengan apa yang terdapat dalam iklan, yakni kulit
putih dan bersinar.
D.
Simpulan
dan Saran
Berdasarkan analisis wacana iklan dengan pendekatan
mikrostruktural dan makrostruktural terhadap iklan Citra Sakura Fair UV Body
Lotion dapat disimpulkan bahwa iklan
tersebut menggunakan tema dominan pink dan putih yang kontras dengan warna
bunga sakura yang merupakan bahan untuk membuat produk. Selain itu iklan ini
juga dilengkapi dengan simbol-simbol dan kalimat persuatif yang menjadikan
iklan tersebut semakin menarik dan menyita perhatian konsumen.
Dari segi kebahasaan, iklan ini terdapat penggunaan
pemarkah pengacuan demonstrative waktu, penggunaan konjungsi, kohesi
pengulangan (repetisi), dan terdapat koherensi.
Iklan ini berada
pada tahap Offer Justification dengan
pendekatan Competitive Stage yakni
pada tahap membujuk agar para perempuan yang menginginkan kulit cerah merona
bersinar segera membeli dan menggunakan produk. Iklan ini juga mengkonstruksikan wacana kecantikan kepada
khalayak sebagai konsumen bahwa kulit putih merupakan salah satu unsur utama
penentu kecantikan ideal bagi perempuan.
Daftar
Pustaka
Bibliography
Firdaus, M. C. (2018). Skripsi Makna Kecantikan dalam
Iklan - Analisis Semiotik Roland Barthes Iklan Citra Sakura Fair UV Versi Febby
Rastanty. Surabaya: UIN Sunan Ampel.
Hasan Alwi, S. D. (2010). Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Mulyana, M. (2005). Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Website Citra < https://www.cantikcitra.co.id/
>, diakses pada 20 Juni 2018
Iklan Citra Youtube <
HYPERLINK "https://www.youtube.com/watch?v=YEbGLQ39chA" https://www.youtube.com/watch?v=YEbGLQ39chA
>, diakses pada 20 Juni 2018.
No comments:
Post a Comment