Wednesday, 5 September 2018

ANALISIS WACANA TERHADAP IKLAN “CITRA SAKURA FAIR UV BODY LOTION” DENGAN PENDEKATAN MIKROSTRUKTURAL DAN MAKROSTRUKTURAL


ANALISIS WACANA TERHADAP IKLAN “CITRA SAKURA FAIR UV BODY LOTION” DENGAN PENDEKATAN MIKROSTRUKTURAL DAN MAKROSTRUKTURAL
Dwi Astuti Asih (1610301071)
Universitas Tidar
A.     Pendahuluan
Tulisan ini akan membahas perihal analisis wacana pada sebuah iklan kecantikan. Iklan yang akan dianalisis adalah iklan Citra Sakura Fair UV Body Lotion Versi Febby Rastanty berdurasi 30 detik. Tujuan dari tulisan ini yaitu mendeskripsikan wacana iklan kecantikan dan stereotip kulit putih pada iklan.
Iklan Citra Sakura Fair UV Body Lotion tersebut akan dikaji dengan menggunakan pendekatan analisis wacana (discourse analysis) sebagai kajian yang bersifat umum. Artinya unsur-unsur pembangun wacana sebagai suatu sistem makro tidak hanya menunjukkan hubungan sebab akibat, tetapi terdapat unsur-unsur yang hadir secara simultan dan memiliki hubungan secara interdependensi (Aminuddin, 1989:4).
Kajian suatu teks dengan pendekatan analisis wacana meliputi ruang lingkup analisis dan sebagai prinsip dasarnya. Adapun hal yang termasuk dalam ruang lingkup analisis wacana meliputi (1)merujuk pada wujud objektif paparan bahasa berupa teks; (2) berkaiatan dengan dunia acuan, yaitu konteks; (3) berkaitan dengan unsur diluar konteks yang meliputi referensi,praanggapan, implikatur, dan inferensi; (4) berkaitan dengan teks tekstual yang meliputi ciri pengembangan topik dan tema, struktur informasi, analisis ciri sekuensial, kesatuan unit struktur dan keserasian relasi semantisnya, serta prediksi tingkat kebertrimaan untaian kalimat dalam teks.
Sebelum sampai pada analisis terlebih dahulu akan dibahas mengenai latar belakang masalah, metode penelitian dan landasan teori yang melatarbelakangi penulis berupa pemaparan sebagai berikut:
1.      Latar Belakang Masalah
Sebagai bentuk wacana, bahasa iklan memiliki ciri dan karakter tertentu. Bahasa iklan harus mampu menjadi manifestasi dari hal yang diinginkan pihak pengiklan kepada masyarakat luas dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat supaya tertarik dengan produk yang diiklankan. (Mulyana, 2005)
Bahasa iklan merupakan salah satu wujud ragam bahasa jurnalistik (RBJ) yang memiliki karakteristik singkat, padat, sederhana, netral, lancar, lugas, dan menarik, seta memiliki daya informative persuatif. Bahasa iklan mempunyai bentuk komunikasi (pesan suatu produk) yang dapat menjadi alat penarik perhatian (attention-getting device). Warna, ilustrasi, judul teks, dan logo suatu iklan bisa dipakai sebagai sarana bagi biro periklanan untuk memberikan kesan kepada pembaca/pendengar dalam jangka pendek manupun panjang.
Iklan Citra Sakura Fair UV Body Lotion merupakan salah iklan salah satu produk kecantikan Citra yang dibintangi oleh Febby Rastanty. Penulis memilih iklan ini untuk dianalisis karena iklan tersebut mengandung isu-isu yang menarik, misalnya isu tentang wacana kecantikan dan stereotype masyarakat tentang kulit putih pada perempuan yang. Selain itu, produk dalam iklan ini juga mnempati urutan pertama untuk market share di Indonesia, diikuti oleh produk Marina dan Nivea.
2.      Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Analisis Wacana Kritis atau Critical Discourse Analysis (CDA) dan metode Deskriptif (descriptive analysis). Dengan analisis wacana kritis, wacana tidak hanya dipahami dari aspek kebahasanannya semata, tetapi penulis berusaha mengaitkan wacana yang terdapat dalam iklan (mikro) dengan konteks di luar iklan tersebut (makro). Penelitian ini juga bersifat deskriptif yang berarti memerikan gejala-gejala kebahasaan secara cermat dan teliti berdasarkan fakta-fakta kebahasaan yang sebenarnya.
Data penelitian ini adalah sebuah iklan kecantikan Citra Sakura Fair UV Body Lotion berdurasi 30 detik yang tayang 2017 di televise Indonesia dan dibintangi oleh Febby Rastanty.  Data tersebut diperoleh dari sumber https://www.youtube.com/watch?v=YEbGLQ39chA.
Langkah penelitian ini dimulai dari (1) pengumpulan data (iklan); (2) klasifikasi data (memilih dan memilah data);  (3) menyimak dan mentranskrip iklan ke dalam teks atau wacana; (4) analisis mikrostruktural dengan menitikberatkan pada kohesi dan koherensi; (5) analisis makrostruktural dengan mempertimbangkan konteks situasi; dan (50 menyimpulkan.
B.     Landasan Teori
a.       Wacana Iklan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), iklan adalah berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) tentang barang atau jasa yang ditawarkan (1989:322). Iklan umumnya dipasang di media massa, baik cetak maupun elektronik. Bahasa iklan distrategikan agar berdaya persuasi, yaitu mempengaruhi masyarakat agar tertarik dan membeli. Sehubungan dengan tujuan tersebut, Jefkin (dalam Kasali, 1995:9) dengan jelas mengemukakan bahwa advertisting aims to persuade people to buy.
Omar mengatatakan bahwa berdasarkan tujuannya iklan dibedakan menjadi iklan perniagaan dan iklan pemberitahuan atau sering disebut iklan layanan masyarakat (dalam Wahyudi, 1994:14). Sedangkan Kasali (1995) membedakan iklan menjadi iklan baris (misal lowongan pekerjaan, kehilangan, jual-beli), iklan display, dan ikan suplemen. Berbagai pembagian jenis iklan tersebut cenderung untuk media cetak. Sedangkan iklan yang terdapat di media elektronik umumnya dibagi menjadi iklan monolog dan iklan dialog.
b.      Analisis Wacana (Discourse Analysis)
Untuk melakukan analisis wacana, diperlukan teknik analisis yang bersifat internal (teks dan konteks, tema, topik, judul, aspek keutuhan leksikal, gramatikal,dan memantik) dan eksternal (inferensi, presuposisi, implikatur, dan pemahaman mendalamtentang konteks tutur yang menjadi latar belakang terjadinya suatu tuturan (wacana).
Namun untuk memahami suatu wacana tertentu tidak seluruh unit analisis harus dikaji dan dapat saja mengkaji unsur yang dibutuhkan kejelasannya saja. Jumlah unit yang dikaji tidak langsung menjamin kualitas analisis wacana karena kualitas tersebut dipengaruhi oleh kemampuan dan profesionalisme analisis bahasa, ketinggian analisis, serta teknikdan metode yang digunakan. (Mulyana, 2005)
Proses analisis wacana dapat dilakukan dengan baik apabila tersedia metode analisis wacana yang sesuai dan memadai. Berikut adalah beberapa metode analisis wacana yang sering digunakan untuk menganalisis wacana.
·        Metode Distribusional
Merupakan metode yang digunakan untuk tujuan analisis sruktur-struktur wacana secara internal dan mengabaikan aspek eksternal wacana (konteks).
·        Metode Pragmalinguistik
Merupakan gabungan analisis pragmatic dan linguistik (structural). Wacana ini melihat wacana atas dasar statusnya sebagai satuan lingual akan tetapi dalam analisisnya mengedepankan aspek-aspek pragmatic.
·        Metode Deskriptif
Merupakan metode yang biasa digunakan untuk memerikan, menggambarkan, menguraikan, dan menjelaskan fenomena objek penelitian. Dalam kajiannya, metode ini menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, dan factual (Arikunto, 1993:310)
·        Metode Etnografi
Merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis wacana dengan melihat latarbelakang budaya yang berkembang dalam masyarakat.
·        Metode Semiotik
Merupakan metode yang membahas system tanda yang terdapat dalam wacana.
·        Metode Analisis Wacana Kritis (Critical Discaurse Analysis)
Merupakan studi tentang teks, ujaran atau bicara, dan gambar-gambar visual untuk menemukan atau mengungkapkan berbagai makna yang dibagikan serta berkontribusi atau mewakili struktur-struktur sosial dan ideologi. Adapun yang menjadi landasan analisis wacana kritis adalah teori wacana yang digagas oleh Michel Foucault yang menyatakan bahwa: “Analisis wacana kritis atau critical discourse analysis (CDA) berbeda dengan analisis wacana dalam hal tujuan politis dan sosial. Akar analisis wacana kritis terletak dalam Retorika, teks linguistik, antropologi, filsafat, psikologi sosial, ilmu kognitif, studi literasi, dan sosiolinguistik serta linguistik terapan dan pragmatis.”
c.       Kohesi dan Koherensi
Kohesi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantic dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana. Sedangkan koherensi merupakan hubungan perkaitan yang nyata dapat dilihat pada kalimat-kalimat yang membentuk wacana.  (Hasan Alwi, 2010)                    
d.      Konteks Wacana
Konteks wacana terdiri dari atas berbagai unsur, seperti: situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan sarana. (Hasan Alwi, 2010)
e.       Profil Citra

Citra merupakan salah satu brand produk kecantikan yang menawarkan berbagai macam kosmetik bagi perempuan. Produk-produk dari PT. Unilever Indonesia Tbk ini diantaranya: moisturizer, cleanser, soap, lulur, dan lotion.  Selama 24 tahun kehadirannya menjadi salah satu brand kosmetik yang terkenal di Indonesia, Citra mencoba mempresentasikan standar kecantikan bagi perempuan melalui iklan di televisi (https://www.cantikcitra.co.id/).

f.        Definisi Cantik
Cantik secara Umum dapat di artikan sebagai sesuatu yang indah, bagus, mempesona. Menurut KBBI, cantik adalah elok, molek (tentang wajah perempuan). Kecantikan merupakan sesuatu yang telah lama menjadi sebuah mitos di kalangan perempuan, berbagai kisah tentang perempuan cantik dapat dijumpai dalam kisah-kisah yang ada di berbagai penjuru dunia. Mitos mengenai perempuan cantik digambarkan dalam berbagai macam kriteria, bentuk, maupun sosok. Sebenarnya tidak ada definisi secara pasti mengenai apa itu cantik, karena cantik merupakan sesuatu yang relative ( (Firdaus, 2018)
C.     Hasil Analisis Iklan Citra Sakura Fair UV Body Lotion
1.      Transkrip Iklan Televisi menjadi Teks
   à    à

                             ß         ß      
    
    à    à   
Hasil Transkrip:
·        Seorang gadis cantik berkulit segar bersinar (diperankan oleh Febby Rastanty) mengenakan gaun pink berjalan disebuah mall, lalu berkata: “Aku ingin kulit cerah merona yang berinar.
·         Itu aku yang dulu,” ujarnya sembari berhenti di dekat stand kosmetik, di sana terlihat ada seorang gadis yang merupakan dirinya ketika masih berkulit gelap.
·        Udah coba berbagai lotion pemutih….”
·        Tapi tetap kusam,” jawab gadis berkulit gelap.
·        Gadis berkulit cerah berjalan lagi lalu berujar lagi “Pernah juga coba lotion mahal,”
·        “Tetap aja putih pucat tak bersinar.”jawab gadis berkulit gelap.
·        Sang gadis berkulit cerah berjalan lagi lalu berkata “Akhirnya aku punya kulit cerah merona bersinar. Caranya…. CITRA SAKURA!!”
·        Kemudian setting berubah menjadi di dekat bunga sakura yang bermekaran dan ada narasi: Dengan kekuatan ekstrak sakura Jepang dan Vitamin B3 (terdapat gambar dimana sebuah bunga sakura jatuh ke dalam cairan seputih susu) bekerja hingga ke dalam jadikan kulit segar merona. Buktikan dalam 7 hari! (ada ilustrasi perubahan kulit gadis berkulit gelap menjadi tampak lebih cerah)
·        Sang gadis berkulit cerah muncul lagi dan berkata, “Tiada lagi kulit pucat, sekarang kulit segar cerah merona.”
·        Pada bagian akhir ditampilkan produk Citra diikuti narasi “Citra Fair UV Body Lotion”.
2.      Analisis Kohesi dan Koherensi
Teks yang terdapat pada iklan adalah sebagai berikut.
(1)   Aku ingin kulit cerah merona yang bersinar.
(2)   Itu aku yang dulu.
(3)   Udah coba berbagai lotion pemutih.
(4)   Tapi tetap kusam.
(5)   Pernah juga coba lotion yang mahal.
(6)   Tetap aja putih pucat tak bersinar.
(7)   Akirnya aku punya kulit cerah merona bersinar. Caranya CITRA SAKURA!
(8)   Dengan kekuatan ekstrak sakura Jepang dan vitamin B bekerja hingga ke dalam jadikan kulit segar merona.
(9)   Buktikan dalam 7 hari!
(10)  Tiada lagi kulit pucat, sekarang kulit segar merona
(11)  Citra Fair UV Body Lotion!
Hasil Analis:
Ø  Pada kalimat (1) dan (2) terdapat pemarkah kohesi pengulangan (repetisi) kata Aku.
Ø  Kata dulu pada kalimat (2) menunjukkan adanya pemakaian pemarkah pengacuan demonstrative waktu dulu, dimana gadis dalam iklan belum menggunakan produk Citra Fair UV sehingga masih berkulit kusam dan gelap.
Ø  Pada kalimat (3), (4), (5), dan (6) terdapat pemarkah kohesi pengulangan (repetisi) kata coba, lotion, dan tetap.
Ø  Pada kalimat (7) dan (8) terdapat pemarkah kohesi pengulangan (repetisi) kata kulit dan sakura.
Ø  Penggunaan kata dan pada kalimat (8) berfungsi sebagai perangkai untuk merangkai dua klausa yaitu klausa ekstrak bunga sakura dan klausa vitamin B.
Ø  Kata sekarang pada kalimat (10) menunjukan adanya pemarkah pengacuan demonstrative waktu kekeinian, dimana gadis dalam iklan sudah memakai produk Citra Fair UV.
Ø  Dari kalimat (1) sampai (7) terdapat koherensi, yaitu berkaitan dengan makna atau maksud dimana seseorang yang awalnya kulitnya gelap dan meskipun sudah mencoba lotion pemutih namun tidak ada perubahan, lalu setelah dia memakai produk Citra Fair UF kulitnya menjadi cerah merona bersinar.
3.      Analisis Konteks Situasi
Iklan Citra Sakura Fair UV Body Lotion yang ditayangkan di televise Indonesia ini memiliki durasi waktu 30 detik. Iklan ini memiliki:
a.       Tema dengan warna dominan pink dan putih bertujuan agar terlihat menarik dan kontras dengan produk.
b.      Model pada iklan ini adalah Febby Rastanty. Selebritis muda ini digambarkan sejak menggunakan Citra Fair UV Body Lotion memiliki kulit cerah merona bersinar seperti saat ini. Dengan memiliki kulit yang cerah dan bersinar ia menggambarkan sosok perempuan cantik yang diinginkan oleh kaum perempuan pada umumnya.
c.       Gaun berwarna pink bertujuan agar kontras dengan tema karena produk tersebut merupakan produk Citra Sakura dimana bunga sakura memiliki warna pink. Selain itu, dengan menggunakan gaun warna pink Febby Rastanty menjadi terlihat lebih anggun dan cocok dengan tubuhnya yang ramping serta kulitnya yang cerah.
d.      Setting mall kosmetik bertujuan agar kontras dengan produk yang diiklankan, yakni produk body lotion. Sedangkan setting di depan bunga sakura yang bermekaran bertujuan agar selaras dengan tema.
e.       Ilustrasi perubahan warna kulit pada gadis di iklan bertujuan supaya konsumen yang memiliki kulit gelap dan kusam tertarik untuk menggunakan produk body lotion ini dan berangsur memiliki kulit yang cerah.
f.        Tulisan *telah uji klinis pada tahun2013 bertujuan untuk lebih meyakinkan konsumen bahwa produk tersebut aman untuk digunakan.
g.       Tulisan Vitamin B menunjukkan bahwa produk ini mengandung vitamin B yang bagus untuk kulit.
h.       Pada tanyangan bagian akhir ditampilkan sebotol Citra Fair UV Body Lotion yang disampingnya terdapat tulisan Kulit Lebih Segar Cerah Merona Buktikan dalam 7 Hari bertujuan agar menarik minat konsumen yang melihat dan mendengar iklan tersebut supaya membuktikan bahwa setelah memakai produk selama 7 hari maka kulit akan menjadi lebih segar cerah merona.
i.         Label halal yang terdapat di tampilan akhir menunjukkan bahwa produk tersebut telah mendapat sertifikasi halal dana man digunakan oleh kaum muslim.
j.        Logo Facebook yang terletak di logo halal menandakan bahwa informasi produk ini dapat diakses melalui media sosial.
4.      Analisis Sosial Kultural Iklan
Melalui media massa, baik media cetak maupun elektronik, periklanan melipatgandakan usaha penjualan. Periklanan merupakan daya mempercepat yang besar dalam distribusi (Gamble dalam Rivers dan Mathews, 1994:248).
Wiratno (1997:1) memperkenalkan 4 macam struktur dalam pendekatan beriklan, yaitu: Orientation (tahap pengenalan produk); Presentation (tahap mendeskripsikan produk yang ditawarkan kepada konsumen); Offer (tahap pembujukan agar pembaca/pendengar menggunakan produk yang diiklankan); Justification (tahap penilaian pengiklan bahwa produk yang ditawarkan benar-benar bagus dan bisa memenuhi harapan pelanggan. Wiranto juga menawarkan 3 pendekatan dalam beriklan, yaitu (1) pioneering stage (tahap pengenalan produk); (2) competitive stage (tahap persuasive yang menggambarkan keunggulan-keunggulan produk yang diiklankan dibandingkan dengan produk lain; (3) rentetive stage (tahap pengingatan kepada konsumen bahwa produk yang ditawarkan masih lebih baik dibandingkan dengan produk-produk lain. 
Berdasarkan teori di atas, secara sosial kultural iklan Citra Sakura Fair UV Body Lotion berada  pada tahap Offer Justification dengan pendekatan Competitive Stage karena iklan tersebut sudah pada tahap membujuk agar para perempuan yang menginginkan kulit cerah merona bersinar segera membeli dan menggunakan produk lotion ini. Pembujukan tersebut tampak pada kalimat (7), (8), dan (9).
5.      Analisis Kritis terhadap Iklan
Dalam hal ini, iklan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai alat atau media untuk menawarkan produk tetapi juga sebagai media untuk menanamkan ideologi-ideologi tertentu dengan cara yang mungkin saja tidak disadari masyarakat hingga berimplikasi pada masyarakat yang kemudian terhegemoni dengan wacana yang disampaikan oleh iklan tersebut. Melalui representasi dan wacana yang tersirat dalam iklan, produsen dan piha-pihak yang terlibat dalam memproduksi iklan tersebut menanamkan ideologi-ideologi dan perspektif baru kepada masyarakat hingga menjadi hegemoni dikalangan publik. Pada taraf tersebut, masyarakat akhirnya mulai menganggap bahwa apa yang disampaikan oleh iklan tersebut tampak benar.
(1)   Aku ingin kulit cerah merona yang bersinar.
(2)   Itu aku yang dulu.
(3)   Udah coba berbagai lotion pemutih.
(4)   Tapi tetap kusam.
(5)   Pernah juga coba lotion yang mahal.
(6)   Tetap aja putih pucat tak bersinar.
Alur cerita pada iklan menggambarkan bagaimana wanita begitu khawatir dan peduli dengan penampilan mereka, terutama perihal warna kulit. Dalam iklan tersebut, digambarkan bahwa memiliki kulit gelap atau kusam membuat para wanita merasa tidak percaya diri. Tokoh dalam iklan tersebut telah mencoba berbagai produk handbody lotion untuk mendapatkan kulit yang cerah dan bersinar, tetapi tidak dapat menemukan handbody lotion yang cocok.
(7)   Akirnya aku punya kulit cerah merona bersinar. Caranya CITRA SAKURA!
(8)   Dengan kekuatan ekstrak sakura Jepang dan vitamin B bekerja hingga ke dalam jadikan kulit segar merona.
(9)   Buktikan dalam 7 hari!
(10)  Tiada lagi kulit pucat, sekarang kulit segar merona
(11)  Citra Fair UV Body Lotion!
   Kalimat tersebut menjelaskan bahwa kulit perempuan yang gelap dapat diatasi dengan ekstrak bunga sakura dan vitamin B yang terkandung dalam lotion. Hal ini menunjukkan bahwa kulit yang diidamkan perempuan adalah kulit seputih wanita Jepang karena lotion yang digunakan menggunakan ekstra bunga sakura yang dipercaya sebagai bahan alami yang digunakan para wanita di Jepang untuk mencerahkan kulit mereka.
Berdasarkan data pada iklan, brand Citra mencoba menanam ideology dan mengajak masyarakat untuk emnerima stereotipe baru yang diciptakan oleh produsen untuk selalu berpenampilan cantik dengan cara memiliki kulit yang putih. Pihak produsen berusaha membentuk kepercayaan semu terhadap konsumen bahwa kecantikan ideal hanya dapat dimiliki bagi mereka yang berkulit putih.
Kesan problematis lain yang dimunculkan iklan Citra adalah pemunculan bintang iklan yang tergolong berkulit bersih dan putih. Biasanya, produser akan menampilkan kulit gelap bintang iklan tersebut yang kemudian berubah menjadi putih bersih. Kecenderungan produser iklan sangat terlihat dalam iklan. Menariknya, tendensi ini tidak hanya muncul dan terjadi dalam iklan Citra saja, tetapi sebagian besar iklan body lotion di televisi. Dengan fakta ini, perempuan dengan kulit gelap memiliki sedikit sekali peluang akan keterwakilannya di media massa. Hal ini memberikan konstruksi wacana bahwa perempuan dapat memiliki nilai lebih dan akan dianggap cantik jika ia muda dan berkulit putih. Sebaliknya, perempuan yang sudah tua dan berkulit gelap dianggap tidak cantik jika dibandingkan dengan perempuan berkulit putih.
Prabasmoro (2003) juga menyatakan hal serupa, bahwa warna kulit putih dikonstruksikan sebagai hal yang disukai dan diinginkan. Sudah berapa banyak iklan produk pemutih di Indonesia yang menawarkan ke-putih-an kepada konsumen khususnya perempuan, begitu pula dengan Citra Sakura Fair UV Body Lotion.
Dalam iklan Citra ini, kulit putih diasumsikan sebagai sesuatu yang disukai dan diinginkan setiap perempuan. Dengan demikian, jika telah diinginkan dan disukai, masyarakat akan dengan mudah menelan ideologi bahwa jika ingin disukai banyak orang, jadilah perempuan dengan kulit putih dan bersih. Melalui komodifikasi ke-putih-an inilah iklan Citra menegosiasikan wacana bahwa perempuan dapat memiliki kecantikan yang ideal jika ia memiliki kulit putih dan bersinar. Pada akhinya, melalui wacana dan ideologi ini produk yang diiklankan yaitu Citra Sakura Fair UV Body Lotion akan dibeli dan dipakai banyak orang agar mendapatkan hal yang sama dengan apa yang terdapat dalam iklan, yakni kulit putih dan bersinar.
D.    Simpulan dan Saran
Berdasarkan analisis wacana iklan dengan pendekatan mikrostruktural dan makrostruktural terhadap iklan Citra Sakura Fair UV Body Lotion dapat disimpulkan bahwa iklan tersebut menggunakan tema dominan pink dan putih yang kontras dengan warna bunga sakura yang merupakan bahan untuk membuat produk. Selain itu iklan ini juga dilengkapi dengan simbol-simbol dan kalimat persuatif yang menjadikan iklan tersebut semakin menarik dan menyita perhatian konsumen.
Dari segi kebahasaan, iklan ini terdapat penggunaan pemarkah pengacuan demonstrative waktu, penggunaan konjungsi, kohesi pengulangan (repetisi), dan terdapat koherensi.
Iklan ini berada pada tahap Offer Justification dengan pendekatan Competitive Stage yakni pada tahap membujuk agar para perempuan yang menginginkan kulit cerah merona bersinar segera membeli dan menggunakan produk. Iklan ini juga mengkonstruksikan wacana kecantikan kepada khalayak sebagai konsumen bahwa kulit putih merupakan salah satu unsur utama penentu kecantikan ideal bagi perempuan.

Daftar Pustaka

Bibliography

Firdaus, M. C. (2018). Skripsi Makna Kecantikan dalam Iklan - Analisis Semiotik Roland Barthes Iklan Citra Sakura Fair UV Versi Febby Rastanty. Surabaya: UIN Sunan Ampel.
Hasan Alwi, S. D. (2010). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Mulyana, M. (2005). Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Website Citra < https://www.cantikcitra.co.id/ >, diakses pada 20 Juni 2018
Iklan Citra Youtube < HYPERLINK "https://www.youtube.com/watch?v=YEbGLQ39chA"  https://www.youtube.com/watch?v=YEbGLQ39chA >, diakses pada 20 Juni 2018.  



No comments:

Post a Comment