Wednesday 5 September 2018

Kedwibahasaan



·      Bilingualisme à kebiasaan mengguakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain.
·      Bilingualitas à kesanggupan atau kemampuan seseorang berdwi bahasa, yakni memakai dua bahasa.
·      Titik pangkal seseorang menjadi dwibahasawan bersifat nisbi (relative) atau tidak menentu.
Pengertian Kedwibahasaan Menurut Para Ahli:
-          Menurut Bloom Field, kedwibahasaan diartikan sebagai penguasaan yang sama baiknya terhadap dua bahasa seperti penutur aslinya (native speaker).
-          Menurut Uriel Wienreich, kedwibahasaan dipandang sebgai praktik penggunaan dua bahasa atau lebih secara bergantian.
-          Menurut Hougent, kedwibahasaan diartikan sebagai pengetahuan tentang dua bahasa atau lebih
Faktor Pendorong Kedwibahasaan:
a.       Mobilisasi penduduk à misalnya transmigrasi, urbanisasi, imigrasi.
b.      Gerakan nasionalisasi à Sebelum Kongres Pemuda II masyarakat Indonesia dari berbagai suku memiliki bahasa sendiri-sendiri lalu setelah itu harus memiliki bahsa nasional, yakni Bahasa Indonesia.
c.       Pendidikan à Di jaman modern ini sudah dijalankan penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa dalam proses pembeajaran sehingga mau tidak mau seseorang harus bisa menggunakan bahasa tersebut.
d.      Keagamaan à Misalnya Islam menggunakan Bahasa Arab, Hindu menggunakan Bahasa Sansekerta, Kristen menggunakan Bahasa Latin, dan Katolik Ortodok menggunakan Bahasa Timur Tengah (Arab).
e.       Perkawinan Antarsuku à misalnya orang suku Jawa menikah dengan orang suku Sunda.
Profil Kedwibahasaan
Pada hakikatnya kedwibahasaan merupakan kemampuan mengerti, memahami, bahkan menggunakan dua bahasa atau lebih. Wienreich mengklasifikasikan tingkatan kedwibahasaan menjadi tiga, yaitu:
1)      Setara (Coordinate) à Kemampuan menggunakan dua bahasa atau lebih secara terpisah tanpa pernah ada interferensi. Misalnya saat menggunakan Bahasa Indonesia yang hanya  murni Bahasa Indonesia.
2)      Majemuk (Compound) à Kedwibahasaan yang bercirikan adanya pengaruh bahasa pertama ke dalam bahasa kedua yang sedang dipelajari. Misalnya saat menggunakan Bahasa Indonesia namun masih dipengaruhi Bahasa Jawa.
3)      Gantung (Subordinate) à Seorang dwibahasawan yang dapat menafsirkan kata-kata yang sama dalam bahasa yang dominan (bahasa yang dianggap lebih tinggi, misalnya bahasa yang dipakai oleh penjajah, Bahasa Belanda) dan bahasa yang lemah (hahasa yang dianggap lebih rendah, misalnya bahasa kaum yang dijajaah, Bahasa Indonesia) berdasarkan bahasa dominan. Misalnya pengguanaan istilah-istilah Konstituante (Badan Pembentuk Undang-Undang), Master Of The Rich (Sarjana Hukum), Manihot Utilisima/Casava (Ketela pohon), Karpokomunis (Sukun), Martini (Gadung).
Isu/Permasalahan yang berkaitan dengan Kedwibahasaan:
1.      Alih Kode (Switching) / Campur Kode (Code Mixing)
§  Alih Kode (Switching) terjadi karena merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa dalam masyarakat. Artinya dalam masyarakat hampir tidak mungkin seorang penutur menggunakan satu bahasa secara mutlak tanpa ada sedikitpun unsur bahasa lain. Kode merupakan tanda yang disepakati untuk maksud tertentu, di sini kode yang dimaksud adalah bahasa. Jadi alih kode adalah alih bahasa.
Para ahli bahasa membagi alih kode menjadi dua, yaitu:
a.       Alih kode bersifat intern à Alih bahasa yang terjadi antardialek, antarbahasa, antarragam dalam satu dialek. Dalam peristiwa ini sering terjadi kontinum.
b.      Alih kode bersifat ekstern à Alih bahasa dari bahasa asli ke bahasa asing.    
Contoh 1 à untuk melibatkan seseorang dalam pembicaraan: A dan B berkomunikasi menggunakan Bahasa Jawa, kemudian muncul C yang beda etnis dan tidak bisa Bahasa Jawa. Lalu A dan B beralih ke Bahasa Indonesia agar C ikut terlibat dalam pembicaraan.
Contoh 2 à pergantian topik: Misal A dan B sedang menunggu bus di halte dan mengobrol menggunakan Bahasa Jawa. Kemudian mereka mengganti topik pembicaraan tentang politik yang secara otomatis berubah menggunakan bahasa yang lebih formal (Bahasa Indonesia).
§  Campur Kode (Code Mixing)
Aspek lain dari Language Dependency adalah campur kode (code mixing), yakni pemakaian dua bahasa yang saling mempengaruhi dan digunakan secara konsisten. Dalam kondisi tertentu orang mencampurkan bahasa yang digunakan. Campur kode dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.       Campur kode ke dalam (innercode) à dari unsur bahasa daerah.
b.      Campur kode ke luar (outercode) à dari unsur bahasa asing.

2.      Interferensi dan Integrasi
§  Interferensi berkaitan dengan identifikasi antarbahasa. Dwibahasawan mungkin selalu menyamakan hal-hal tertentu ke dalam bahasa pertama dan kedua. Dwibahasawan dalam hal ini tidak dapat membedakan dua hal itu terpisah sehingga saat menulis atau berbicara dengan mencampurkan dua sistem bahasa.
Contoh: Bahasa Jawa yang dnyatakan dalam Bahasa Indonesia
              Gedhe dewe dinyatakan besar sendiri (seharusnya terbesar/paling besar)
              Pinter dewe dinyatakan pintar sendiri (seharusnya terpintar/paling pintar)


No comments:

Post a Comment