TAHUN AKADEMIK 2017-2018
Disusun
oleh:
Dwi
Astuti Asih (1610301071)
Retno
Puji Astuti (1610301000)
Kelas
3B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TIDAR
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Manfaat
Pengkajian Daya Hidup
Manfaat mempelajari daya hidup dari sebuah karya sastra:
1.1.1
Memperkaya
pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur dalam peningkatan
nilai kehidupan manusia.
1.1.2
Mengembangkan
sikap kritis bagi mahasiswa PBSI.
1.1.3
Memberikan
manfaat
dan kesenangan, mengembangkan
imajinasi, memberikan pengalaman yang bersifat emosional.
1.1.4
Dengan
menerapkan daya hidup dan megamustika dalam novel, kita dapat mempelajari
bahasa, gagasan, pemikiran dan tradisi yang pengarang sampaikan melalui
novelnya.
1.1.5
Mengetahui
tahapan-tahapan kejadian dalam menulis novel, sehingga kita dapat menulis dan
menceritakan pengalaman-pengalaman pribadi atau pengalaman-pengalaman cerita
orang lain ke dalam bentuk novel, yang mungkin dapat dibaca dan diterima oleh
orang lain atau pembaca.
1.1.6
Dapat
dijadikan perbandingan atau penelitian tentang keadaan sosial budaya masyarakat
yang digambarkan dalam karya sastra tersebut dalam waktu tertentu.
1.2
Tujuan
Pengkajian Daya Hidup
Tujuan
mempelajari daya hidup dari sebuah karya sastra:
1.2.1
Menemukan pesan moral yang ada dalam
novel.
1.2.2
Menemukan ide dan gagasan yang ada dalam
novel.
1.2.3
Meningkatkan daya intelektual dan kepekaan
rasa bagi mahasiswa PBSI.
1.2.4
Memunculkan motivasi melalui pemahaman
kandungan makna dalam novel.
1.2.5
Mampu menggali imajinasi untuk menciptakan
karya sastra lebih menarik.
1.2.6
Mampu menganalisis, mencerna, dan mengkaji
sebuah permasalahan yang terjadi di kehidupan yang dialami oleh mahasiswa PBSI.
BAB 2
ISI
2.1 Identitas Novel
Judul
: Bidadari Bermata Bening
Pengarang :
Habiburrahman El Shirazy
ISBN : 978-602-0822-64-8
Issue : Jakarta, 2017
Jumlah Halaman : 377 halaman
Tebal
: 13.5×20.5
Berat
: 300 gram
Penerbit : REPUBLIKA PENERBIT
Harga : 72.000
2.2 Sinopsis Novel
Novel
ini menceritakan tentang sosok santriwati santun yang menjadi khadimah atau
pembantu di rumah Pak Kyai dan Bu Nyai pondok pesantrennya, bernama Ainul
Mardhiyah yang dalam Alquran dikisahkan sebagai ratunya bidadari. Ia kerap
dipanggil Ayna. Banyak yang meragukan kemampuannya. Namun ia terus berjuang
keras, sehingga mampu meraih prestasi.
Jalan
cerita keluarga Ayna di beri sentuhan yang tidak biasa. Ia hidup sebatang kara.
Tokoh perempuan yang tangguh, bersih dan bagus hatinya serta keistiqomahnya, selalu
bersama dengan Allah SWT dan membuat ahlak dan adabnya layak ditiru. Adab itu,
ditunjukkan Ayna kepada guru, kiai dan orang tua, termasuk ke pamannya yang
sedikit jahat.
Kebaikan
yang pasti dibalas kebaikan pula, keyakinan ini yang membuat Ayna tidak pesimis
berbuat baik kepada orang lain, itu yang dapat kita petik dari kisah perjuangan
Ayna. Prestasi, kesabaran dan kesantunan Ayna ini mampu mengantarkannya menuju
keberuntungan-keberuntungan yang tak terduga. Namun, dibalik kesenangan yang
Ayna dapatkan, banyak kesulitan yang telah ia lalui. Kisah asmara, kisah
keluarga, dijalani penuh suka duka. Hingga akhirnya Ayna benar benar menemukan
kebahagiaan yang hakiki, hidup dengan laki-laki yang ia cintai semenjak
mengabdi menjadi seorang khadimah di pesantren yaitu Gus Afiffudin anak dari
Kyainya.
2.3 Daya Hidup dan Tiga Mustika
Secara teoritis, daya
hidup terdiri atas Sembilan daya hidup dalam sebuah karya sastra, antara lain:
1) daya hidup, 2) daya mobilitas, 3) daya adaptasi, 4) daya tumbuh dan
berkembang, 5) daya berkoordinasi dan berorganisasi, 6) daya mencerna, 7) daya
bersosialisasi, 8) daya regenerasi, dan 9) tiga mustika. Di dalam novel “Bidadari Bermata Bening” terdapat
beberapa daya hidup sebagai berikut:
2.3.1
Daya Bernapas
Daya Bernafas merupakan daya hidup yang sesuai seperti
saat kita bernafas, yaitu aliran kehidupan secara runtut atau aliran kehidupan
yang tersusun secara kronologis. Daya bernafas juga dapat dikatakan sebagai
semua kegiatan yang dilandasi keteraturan/keruntutan/kronologis suatu
peristiwa. Contoh semua kegiatan manusia, misalnya bangun tidur, mandi, makan,
minum. Di dalam cerpen “Bidadari Bermata
Bening” terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya bernafas,
diataranya:
Kutipan
1 (Halaman 6)
Ayna mengendarai sepeda motor matic
dengan kecepatan sedang. Meskipun sudah tidak hujan Ayna tetap memakai jas
hujan, ia khawatir tiba-tiba hujan turun lagi. Selain itu juga untuk menahan
dingin saat berkendaraan.
Ayna menambah kecepatan laju
motornya.
Ia harus segera Tiba di Pasar Pahing
Secang. Kalau terlambat, ia bisa tidak mendapatkan barang-barang yang
diinginkan Bu Nyai, karena penjualnya terlanjur pulang. Ia tidak berani memacu
lbih kencang, jalanan tampak licin karena masih basah oleh air hujan. Selokan
di kanan kiri jalan mengalirkan air cukup deras. Di beberapa tempat air selokan
meluap sampai twengah jalan. Areal persawahan di kanan kiri jalan tertutup air
berwarna cokelat. Hujan tadi malam memang deras dan lama.Ayna mengendarai
motornya sambil memperbanyak membaca shalawat. Shalawat adalah do’a
keselamatandan kesejahteraan.Siapa mengirim satu shalawat kepada Baginda Nabi,
maka Allah akan mengirim sepuluh shalawat kepadanya. Orang itu dalam jaminan
keselamatan Allah SWT. Seperti itu Pak Kyai Sobron Ahsan Muslim, -suami Bu Nyai
Fauziyah, pengasuh utama pesantren di mana ia belajar, - mengajarkan.
Pasar Pahing Secang masih ramai. Ayna
lega. Ia memarkir motor di depan langganannya. Setelah membuka helm dan jas
hujan ia berjalan ke dalam pasar. Beberapa pasangb mata memperhatikan dirinya
dengan saksama. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya bernapas karena
terdapat urut-urutan peristiwa yang dialami oleh tokoh. Serangkaian peristiwa
digambarkan secara kronologis. Urutan kejadian yang dialami tokoh yaitu
perjalanan tokoh Ayna menuju Pasar Pahing Secang. Dia memamakai helm dan jas
hujan terlebih dahulu, lalu Ayna mengendarai sepeda motor melewati persawahan.
Setelah Ayna sampai di area pasar, dia segera memakirkan sepeda motornya,
membuka helm dan jas hujannya. Kemudian dia memasuki pasar.
Kutipan
2 (Halaman 34)
Ayna ikut
pengajian Fathul Mu’in. Pengajian itu berlangsung hanya empat opuluh lima
menit, lalu tibalah para santri makan malam. Ayna dengan cepat lari ke dapur
untuk membantu Mbak Ningrumdan yang lain, meladeni para sabnntri mengambil
jatah makan malam. Hampir semua santriwati yang bertemu Ayna mengucapkan
selamat atasprestasinya karena meraih nilai UN tertinggi dalam sejarah
pesantren itu. Mereka juga memberikan dukungan atas apa ynag dilakukan Ayna
pada Neneng.
Tiba-tiba Ustadzah Wiwik datang tergesa
dan membisikkan pesan ke telinga Ayna,
“Kau dan Zulfa dipanggil Pak Kyai dan
Bu Nyai, Keluarga Neneng datang memintas pertanggungjawaban.”
Ayna bergegas mencari Zulfa dan
menghadap Pak Kyai dan Bu Nyai. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening,
2017)
Kutipan di atas mengandung daya bernapas karena
terdapat urut-urutan peristiwa yang dialami oleh tokoh. Serangkaian peristiwa
digambarkan secara kronologis. Urutan kejadian tersebut dialami tokoh Ayna
mulai dari ia mengikuti Pengajian Fathul Mu’in. Kemudian ia berlari ke dapur
untuk membantu meladeni para santri mengambil jatah makan malam.
Kutipan 3 (Halaman 52)
Ayna menyelesaikan
shalat witirnya lalu berdo’a, meminta keselamatan dunia dan akhirat untuk
dirinya, almarhumah ibundanya dan seluruh umat Rasulullah Saw. Setelah itu ia
bergegas melihat cucian yang diamanhkan kepadanya. Seperti yang ia duga, belum
kering. Tapi baju koko, sarung dan serban itu akan dipakai Gus Afif mengisi
pengajian setelah Shubuh di Masjid Raya Secang. Ayna mengambil baju, sarung dan
serban yang masih belum kering benar dan membawa ke kamarnya. Ia menyiapkan
setrika. Lalu mengeringkannnya dengan cara menyetrikanya. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya bernapas karena
terdapat urut-urutan peristiwa yang dialami oleh tokoh. Serangkaian peristiwa
digambarkan secara kronologis. Urutan kejadian tersebut dialami tokoh Ayna mulai
dari melaksanakan shalat witir lalu dilanjut dengan berdo’a untuk keselamatan
dunia dan akhirat. Kemudian ia bergegas melihat pakaian yang Diamanahkan
kepadanya yang ternyata belum kering benar, lalu ia mengambil dan membwanya ke
kamar. Setelah itu dia mengeringkan pakaian tersebut dengan cara menyetrikanya.
2.3.2
Daya
Mobilitas
Daya Mobilitas adalah daya hidup yang mencerminkan
suatu kegiatan yang dilakukan dengan kuantitas tinggi, atau dapat dikatakan
sebagai kegiatan yang dilakukan dengan cepat atau dengan intensitas yang
tinggi. Ada sebab akibat kalau tokoh punya kegiatan yang banyak/tinggi,
misalnya dia seorang politikus sekaligus menjadi pengusaha dan ustadz. Di dalam
cerpen “Bidadari Bermata Bening”
terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya mobilitas, diataranya:
Kutipan
1 (Halaman 256)
Kini Ayna tidak hanya menjadi asisten
Bu Rosidah, tetapi ia sering juga merangkap menjadi sopir dan sekretaris Ibu
Rosidah. Atau lebih tepatnya, ia mirip koordinator para sekretaris Bu Rosidah.
Sebab di semua lini usaha, sesungguhnya Bu Rosidah punya sekretaris.
Selain berkembang dalam dunia bisnis,
Ayna tetap berusaha tidak melupakan amal-amal ukhrowi. Ia terlibat aktif di dua
pengajian, yaitu pengajian para pegawai dan karyawan Tsania Spa & Skin Care
dan pengajian majelis taklim ibu-ibu di perumahan sebelah yang diasuh Ustadzah
Fatimah. Selain itu Ayna juga memimpin gerakan muslimah peduli anak-anak
jalanan. Gerakan itu mulai mendapat dukungan dari banyak kalangan di Bogor dan
sekitarnya. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya mobilitas mencerminkan
kegiatan yang dilakukan tokoh memiliki kuantitas tinggi, atau dapat dikatakan
sebagai kegiatan yang dilakukan dengan cepat atau dengan intensitas yang
tinggi. Tokoh Ayna tidak hanya menjadi asisten Bu Rosidah, tapi dia juga
merangkap menjadi sopir dan sekretarisnya. Selain itu dia juga selalu aktif
dalam pengajian dan juga menjadi pemimpin gerakan muslimah peduli anak-anak
jalanan.
2.3.3
Tumbuh
dan Berkembang
Daya Tumbuh dan Berkembang adalah daya hidup yang
mencerminkan adanya proses pertumbuhan dari kecil ke besar maupun yang
mencerminkan peluasan kemampuan tokoh dari segala aspek yang ada di dalam
novel. Di dalam cerpen “Bidadari Bermata
Bening” terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya tumbuh dan berkembang,
diataranya:
Kutipan
1 (Halaman 205)
“Cukup. Coba dengarkan!” Ayna lalu
membaca ayat tujuh puluh surat Al-Isra’. Gus Afif menyimak dengan penuh
perhatian. Ayna melanjutkan ayat setelahnya dan terus membaca dengan hafalannya,
hingga ayat 84 lalu berhenti.
“Lanjutkan!’
“Wa yas’alunaka ‘anirruuuh qulir
ruuhu… “Gus Afif melanjutkan ayat berikutnya dengan lancer. Di ayat ke-88, Ayna
menghentikan.
“Cukup. Alhamdulillah, Al Quran tidak
meninggalkanmu.”
“Aku juga tidak pernah
meninggalkannya”
“Alhamdulillah.”
“Eh, kau, kau tadi, itu kau tadi
hafalan. Sudah berapa juz kau hafal?” tanya Gus Afif. Pak Kyai dan Bu Nyai baru
sadar bahwa tadi itu Ayna melantunkan Al
Quran tanpa membaca mushaf.
“Saat di pesantren Cuma lima juz.
Alhamdulillah sudah tambah, sudah jadi sepuluh juz. Sinta selama dalam kerangkeng Rahwana
diam-diam menghafal Al Quran. Agar saat nanti bertemu Rama-nya yang dikatakan
hafal Al Quran, ia merasa pantas bersanding dengannya.” (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya tumbuh dan berkembang
karena menjelaskan bagaimana tokoh Ayna yang dulunya hanya hafal Al Quran
sebanyak lima juz dan sekarang sudah tambah menjadi sepuluh juz. Selain itu,
tokoh Ayna juga memperbaiki diri, menjadi pribadi yang mandiri dan lebih taat
beribadah.
2.3.4
Daya
Berkoordinasi dan Berorganisasi
Daya Berkoordinasi dan Berorganisasi adalah daya hidup
yang mencerminkan bagaimana tokoh bekerja sama dengan tokoh lain dalam sebuah
wadah dengan pembagian peran yang jelas untuk mencapai suatu tujuan yang sama.
Misalnya organisasi pejuang Hak Asasi Manusia (HAM). Ada koordinasi dan
dikoordinir sehingga tidak berjalan sendiri-sendiri. Di dalam cerpen “Bidadari Bermata Bening” terdapat
beberapa kutipan yang mengandung daya berkoordinasi dan berorganisasi,
diataranya:
Kutipan
1 (Halaman 265)
Kini Ayna tidak hanya menjadi asisten
Bu Rosidah, tetapi ia sering juga merangkap menjadi sopir dan sekretaris Ibu
Rosidah. Atau lebih tepatnya, ia mirip koordinator para sekretaris Bu Rosidah.
Sebab di semua lini usaha, sesungguhnya Bu Rosidah punya sekretaris.
Selain berkembang dalam dunia bisnis,
Ayna tetap berusaha tidak melupakan amal-amal ukhrowi. Ia terlibat aktif di dua
pengajian, yaitu pengajian para pegawai dan karyawan Tsania Spa & Skin Care
dan pengajian majelis taklim ibu-ibu di perumahan sebelah yang diasuh Ustadzah
Fatimah. Selain itu Ayna juga memimpin gerakan muslimah peduli anak-anak
jalanan. Gerakan itu mulai mendapat dukungan dari banyak kalangan di Bogor dan
sekitarnya.
Kutipan
di atas mengandung daya koordinasi dan organisasi karena tokoh Ayna memiliki
banyak kegiatan yang membuatnya harus berkoordinasi dengan orang lain dan
memanajemen waktunya.
Kutipan
2 (Halaman 235)
Usai tarawih, Ayna berjumpa Mbok Sani
di depan masjid, dan pamit pulang. Ketika mau masuk mobil, gerimis turun dan
suara guntur bergemuruh. Ayna langsung teringat anak-anak jalanan itu.
“Tari, kayaknya bakalan hujan. Bisa
jadi deras. Aku khawatir aja sama anak-anak itu. Kalau sungainya meluap
bagaimana?”
Nggak usah khawatir, Mbak, selama ini
aman-aman saja.”
“Tidak bisa begitu, Lestari. Kau
perhatikan, nggak, itu rumah paling rendah di antara rumah-rumah lainnya. Dan
paling ringkih. Tiap malam kalau hujan turun aku selalu ingat anak-anak itu.
Nggak bisa tidur aku.”
“Terus bagaimana baiknya, Mbak Ayna?”
“Kita bagi tugas. Aku ke takmir
masjid untuk minta izin agar anak-anak dan Mbok Sani boleh tidur di masjid
malam ini. Lestari keluar cari makan buat sahur, kalau mereka sahur Cuma pakai
“Roti Barokah”, kasihan. Dan Mila, kau temui anak-anak, tadi sudah pada pulang
semua, ajak mereka kembali ke masjid.”
Lestari dan Mila mengangguk. Tiga
gadis berjilbab itu pun bergerak sesuai tugas yang dikomando oleh Ayna. Semua
penghuni rumah kumuh itu mau tidur di masjid kecuali Mbok Sani. Ayna merasa
tidak bisa memaksa. Hujan turun lebat. Ayna agak lega meninggalkan anak-anak
dalam dekapaqn masjid. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya koordinasi karena
kegiatan yang dilakukan dalam cerita ada koordinasi antara Ayna dengan Lestari
dan Mila, ada pembagian tugas untuk mereka. Ketiga gadis itu bergerak sesuai
tugas yang dikomando atau dikoordinir oleh Ayna.
Kutipan
3 (Halaman 244)
Bu Rosidah bergegas meninggalkan
mushalla dan masuk ke dalam kamarnya. Ayna masih duduk di atas karpet. Mbok Mur
dan Mbok Gnah berdiri melepas mukena mereka.
“Mbok Mur dab Mbok Ginah!”
“Iya, Mbak Ayna,” jawab dua orang
pembantu itu ramah.
“Tolong nanti buat kolak pisang untuk
dua puluh lima porsi, dan nasi kuning dikasih ayam goring ya, dua puluh lima juga.
Terus diantar ke masjid untuk buka puasa. Saya dan Bu Rosidah mungkin pulang
agak malam.
“Iya, Mbak, baik,” jawab Mbok Ginah.
“Uang belanjanya masih ada?”
“Masih, Mbak, masih cukup.”
Ayna lalu beranjar menuju kamarnya. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya koordinasi dan
berorganisasi karena kegiatan yang dilakukan dalam cerita ada koordinasi antara
Ayna dengan Mbok Mur dan Mbok Ginah. Mbok Mur dan Mbok Ginah harus
melasksanakan tugas sesuai komando atau koordinasi dari Ayna.
2.3.5
Daya
Mencerna
Daya Mencerna adalah daya hidup yang berdasar pada
kemampuan manusia untuk mengubah, mengolah, menyerap, mengkaji, dan
menganalisis permasalahan dalam hidupnya sehingga menghasilkan penyelesaian. Di
dalam cerpen “Bidadari Bermata Bening”
terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya mencerna, diataranya:
Kutipan
1 (Halaman 15)
Zulfa memutar video di ponselnya.
Ayna menyimak dengan saksama. Apa yang diceritakan Zulfa benar adanya. Api
kemarahan membakar dadanya.
“Dia boleh menghuina diriku semau
dia. Selama ini aku diam saja dikata-katain apa saja sama dia. Tapi dia tidak
boleh menghina almarhumah ibuku sedikitpun. Kali ini aku harus buat perhitungan
denganny!” geram Ayna.
Ayna melangkah hendak meninggalkan
dapur.
“Ayna, jangan! Jangan kau ladeni si
Neneng itu. Biarkan saja, sebentar lagi toh kalian berpisah!” cegah Titin.
“Nggak Mbak. Dia sudah keterlaluan
menghina ibu saya. Kali ini saya tidak bisa memaafkan dia begitu saja. Mbak
Titin trnang saja, ini urusan pribadi saya sama Neneng. Saya harus kasih
pelajaran sama dia agar tidak mudah meremehkan dan tidak meremehkan dan
menghina siapapun, tidak hanya say dan ibu saya.”
Gadis itu dengan cepat berkelebat
menuju kelas dengan muka merah padam. Zulfa mengikutinya di belakang. Ningrum
minta Titin melaporkan kejadian irtu pada Bu Nyai. Ningrum yang biasanya
melihat Ayna yang lembut dan pemaaf kali ini benar-benar murka. Ayna tidak mau
main-main. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya mencerna karena tokoh
Ayna mampu menganalisis permasalahan dalam hidupnya. Awalnya dia saat dihina
temannya yang bernama Neneng dia diam saja. Namun ketika Neneng menghina ibunya
dia mencerna apa yang seharusnya dilakukan untuk memberi pelajaran kepada
Neneng supaya nanti tidak menghina siapapun termasuk dirinya dan almarhumah
ibunya.
Kutipan
2 (Halaman 23)
Sementara menurut Mbak Titin,
kecerdasan Gus Afif dapat dilihat secara nyata bahwa diahafal Al Quran dan
Alfiyah Ibnu Malik sekaligus, juga selalu menang dalam lomba baca kitab kuning.
Kalau Gus Afif nanti sudah kuliah di luar negeri akan lebih hebat dari
kakaknya.
”Tapi apakah putrinya Kyai Thayyib
sekualitas Gus Asif?” batin Ayna. Lalu ia membayangkan, apakah mungkin ia punya
suami yang seperti Gus Asih atau Gus Afif. Tentu tidak mungkin dapat suami
salah satu dari mereka. Tiba-tiba ia malu pada dirinya sendiri. Siapa dirinya
kok berani menilai putri Kyai Thayyib. Dan siapa dirinya kok berani lancang
membayangkan nanti punya suami yang seperti Gus Asif atau Gus Afif. Apakah
pikiran yang seperti ini sudah termasuk zina hati? “Astaghfirullah, ya Allah
ampuni hamba,” lirih Ayna dalam hati. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya mencerna karena tokoh
Ayna mampu menganalisis permasalahan dalam hidupnya. Ayna malu pada dirinya
sendiri. Siapa dirinya kok berani menilai putri Kyai Thayyib dan siapa dirinya
kok berani lancang membayangkan nanti punya suami yang seperti Gus Asif atau
Gus Afif. Lalu dia memilih untuk beristighfar untuk menghilangkan pikiran yang
mungkin sudah termasuk zina hati.
Kutipan
3 (Halaman 130)
Karena kedinginan oleh udara AC, Ayna
terbangun dari tidurnya. Ia sangat kaget, ketika membuka tirai jendela hari
telah gelap. Cepat-cepat ia melihat jam di hpnya. Sudah jam delapan malam.
“Astaghfirullah, aku kehilangan waktu
Maghrib.”
Ayna menangis. Itulah untuk pertama
kalinya sejak ia masuk pesantren, ia kehilangan waktu sholat. Maghrib telah
lewat. Ia merasa sangat berdosa. Ia merasa sangat menderita. Ia mereguk satu
kenikmatan, tapi kehilangan satu nikmat ibadah. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya mencerna karena tokoh
Ayna mampu menganalisis permasalahan dalam hidupnya. Tokoh Ayna mencerna bahwa
melewatkan shalat adalah sebuah kesalahandan menyebabkan dirinya berdosa. Oleh
karena itu, dia menangis ketika melewatkan waktu sholat Maghrib.
2.3.6
Daya
Bersosialisasi
Daya Bersosialisasi adalah daya hidup untuk
memasyarakatkan sesuatu yang ada pada dirinya, baik itu kepandaiannya maupun
tentang dirinya sendiri. Di dalam cerpen “Bidadari
Bermata Bening” terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya
bersosialisasi, diataranya:
Kutipan
1 (Halaman 232)
Rumah kumuh itu berdiri tepat di
pinggir sungai. Bahkan bisa disebut seperempat badan rumah itu ada di atas
sungai. Berdiri di atas tiang-tiang bambu yang dipacak di sungai. Lantai rumah
itu adalah bambu yang ditutup kardus. Dindingnya portingan-pitongan tripleks
dan seng bekas. Atapnya seng. Belasan anak usia enam sampai tiga belas tahun
tinggal di situ. Diasuh oleh seorang nenek yang mulai renta. Beruntung bahwa nenek itu orang baik. Sehingga anak-anak itu cukup snatun
dibandingkan anak jalanan pada umumnya.
Sudah setengah tahun, Ayna membina
anak-anak itu. Dengan kemampuan yang ia
punya, ia ajar mereka dengan pelajaran sekolah. Ia usahakan mereka untuk tetap
mendapatkan pendidikan yang layak dengan cara homeschooling, atau sekolah di
rumah.
Sore itu bersama dua relawan lain
yaitu Lestari dan Mila ia mendatangi rumah kumuh itu.Ia harus, memarkir Avanza
yang dikendarainya di pinggir jalan besar. Sebab untuk sampai ke rumah itu, ia
harus melewati gang yang berbelok-belok.
Tiga gadis berjilbab itu menurunkan
beberapa tumpuk nasi kota, beberapa kardus berisi air mineral, jus buah dan
makanan. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya bersosialisasi karena
ada upaya untuk memasyarakatkan sesuatu yang ada pada dirinya, baik itu
kepandaiannya maupun tentang dirinya sendiri. Dalam kutipan di atas tokoh Ayna
membina anak-anak jalanan. Ia mengajar anak-anak itu dengan lemampuan yang
dimilikinya. Ia juga membagikan rezekinya yang ia berikan dalam bentuk makanan.
2.3.7
Daya
Regenerasi
Daya Regenerasi adalah daya hidup yang mencerminkan
kegiatan di suatu tempat yang berangsur-angsur, adanya kegiatan yang diturunkan
ke generasi berikutnya dengan maksud untuk pergantian peran dari seorang tokoh
kepada tokoh lain. Di dalam cerpen “Bidadari
Bermata Bening” terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya regenerasi,
diataranya:
Kutipan
1 (Halaman 110)
Ayna seperti berdialog langsung
dengan ibunya. Suaranya masih hafal betul. Air muka ibunya juga ada di pelupuk
mata. Tak terasa air mata Ayna merembes, mengalir di pipinya. Ia merasa apa
yang dilakukan ibunya itu mungkin semacam firasat bahwa umurnya tidak akan
panjang, sekaligus naluri seorang ibu untuk menjaga anaknya semampu yang ia
bisa lakukan
“Tanah itu kalau kau sangat kepepet
nanti, boleh kau jual, Nduk. Hasilnya bisa kau gunakan untuk menata masa
depamu. Kalau tidak kepepet sebaiknya tidak kau jual. Ibu selalu berdoa semoga
hidupmu bahagia, selamat dan mulia. Ibu juga berpesan semoga kau melanggengkan
amalan yang dilanggengkan oleh kakekmu yaitu Mbah Sujak, dan dilanggengkan oleh
nenekmu yaitu Mbah Suimah, lalu diwasiatkan kepada ibu dan ibu langgengkan.
Amalannnya tiap pagi dan sore jangan lupa beristighfar seratus kali, membaca
shalawat kepada Baginda Nabi seratus kali, dan membaca kalimat thayyibah seratus
kali.”
Begitu pesan terakhir ibunya di bawah
pohon sawo di halaman pesantren waktu itu.
Kutipan di atas mengandung daya
regenerasi karena pada kalimat pertama bahwa tokoh ayah dan ibu merupakan
keturunan keluarga yang alim pula. Jadi, ada jiwa religious yang
berangsur-angsur dan diturunkan ke generasi berikutnya. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya regenerasi karena
adanya kegiatan yang diturunkan ke generasi berikutnya, yaitu amalan tiap pagi
dan sore jangan lupa beristighfar seratus kali, membaca shalawat kepada Baginda
Nabi seratus kali, dan membaca kalimat thayyibah serratus kali. Amalan tersebut
dilanggengkan oleh kakek Ayna, Mbah Sujak, lalu dilanggengkan oleh neneknya,
Mbah Suimah dan diwasiatkan kepada ibunya. Kemudian ibunya berwasiat kepada
dirinya untuk melanggemgkan amalan tersebut.
2.3.8
Tiga
Mustika
2.3.8.1
Tanggung
Jawab atas Kewajiban
Daya Tanggung Jawab atas Kewajiban yaitu daya yang
didapatkan melalui informasi dengan mencatat kemudian dimengerti peran yang
disandang atau menjadi kewajiban atas peran tersebut.
2.3.8.2
Idealisme
Yaitu pandangan ke depan atau cita-cita sempurna
tokoh.
2.3.8.3
Spontanitas
Yaitu kepekaan, perhatian, dan kepedulian terhadap
kejadian yang muncul secara tiba-tiba di sekitar tokoh. Namun spontan berbeda
dengan refleks.
Di dalam novel “Bidadri
Bermata Bening” terdapat kutipan yang mengandung tig mustika, yaitu:
Kutipan
1
Usai
tarawih, Ayna berjumpa Mbok Sani di depan masjid, dan pamit pulang. Ketika mau
masuk mobil, gerimis turun dan suara guntur bergemuruh. Ayna langsung teringat
anak-anak jalanan itu.
“Tari, kayaknya bakalan hujan. Bisa
jadi deras. Aku khawatir aja sama anak-anak itu. Kalau sungainya meluap
bagaimana?”
Nggak usah khawatir, Mbak, selama ini
aman-aman saja.”
“Tidak bisa begitu, Lestari. Kau
perhatikan, nggak, itu rumah paling rendah di antara rumah-rumah lainnya. Dan
paling ringkih. Tiap malam kalau hujan turun aku selalu ingat anak-anak itu.
Nggak bisa tidur aku.”
“Terus bagaimana baiknya, Mbak Ayna?”
“Kita bagi tugas. Aku ke takmir
masjid untuk minta izin agar anak-anak dan Mbok Sani boleh tidur di masjid
malam ini. Lestari keluar cari makan buat sahur, kalau mereka sahur Cuma pakai
“Roti Barokah”, kasihan. Dan Mila, kau temui anak-anak, tadi sudah pada pulang
semua, ajak mereka kembali ke masjid.”
Lestari dan Mila mengangguk. Tiga
gadis berjilbab itu pun bergerak sesuai tugas yang dikomando oleh Ayna. Semua
penghuni rumah kumuh itu mau tidur di masjid kecuali Mbok Sani. Ayna merasa
tidak bisa memaksa. Hujan turun lebat. Ayna agak lega meninggalkan anak-anak
dalam dekapaqn masjid. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung tiga mustika karena
terdapat tanggung jawab atas kewajiban dari tokoh Ayna, yakni sebagai manusia
harus saling membantu orang lain yang kesulitan. Idealisme tokoh Ayna adalah
agar mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sedangkan spontanitasnya yaitu kepekaan
dan perhatiannya terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya lalu ia
berinisiatif membantu mereka.
2.4 Inisiatif
2.4.1
Unsur
Intrinsik Novel
Unsur
intrinsic novel “Bidadari Bermata Bening”
adalah sebagai berikut.
Tema :
percintaan.
Alur
atu plot : maju-mundur
Latar
: Latar suasana àMenegangkan,
menakutkan, menyenangkan,
menyedihkan.
Latar tempat à
Di Pesantren, Pasar Secang, Rumah Ayna,
Yogyakarta, Bandara, Lombok,
Rumah Yoyok, Rumah Sakit,
Bandung.
Latar waktu à Pagi hari, siang
hari, malam hari dan tengah malam.
Sudut
pandang : Orang
Ketiga Serba Tahu
Tokoh
dan penokohan: Ayna à Baik hati, religius, penyabar, ramah.
Gus Afif à Religius,
penyabar, baik hati, ramah.
Pak Kyai à Baik hati,
bijaksana.
Bu Nyai à Baik hati,
bijaksana.
Pakdhe dan Budhe à
Gila harta.
Yoyok à Licik, Koruptor.
Pak Kusmono à Licik, Koruptor
Bu Rosidah à Baik hati,
bijaksana.
Amanat : 1) Jangan mudah menyerah
dalam meraih mimpi.
2) Jangan mudah berprasangka buruk kepada
orang lain.
3) Patuhilah nasihat guru dan orang tua.
4) Cinta tidak bisa dipaksakan.
5) Sabar adalah kunci kesuksesan.
Gaya
Bahasa : Gaya bahasa
sederhana, tidak memilih majas sulit yang butuh diinterpretasikan terlebih
dahulu. Namun, karena hal inilah unsur estetis novel tidak begitu terasa.
Penulis cenderung menggunakan kutipan-kutipan sederhana yang membuat pembaca
terbawa perasaan.
2.4.2
Unsur
Ekstrinsik
Unsur
ekstrinsik dalam novel “Bidadari Bermata
Bening “adalah sebagai berikut :
Nilai
moral : 1) Hargai hak dan pendapat
orang lain.
2) Jangan menyimpan dendam kepada orang.
3) Patuhi perintah guru dan orang tua.
Nilai
religius : Senantiasa beribadah kepada
Tuhan.
Nilai
Sosial : Senantiasa menolong orang
lain yang membutuhkan pertolongan.
2.4.3
Kelebihan
Novel
Novel Bidadari Bermata Bening ini memiliki banyak
keunggulan antara lain, gaya bahasa yang dibuat pengarang sangat mudah
dipahami, ringan namun sangat berbobot. Amanat yang disampaikan pun mudah
terserap, plot cerita sangat fluktuatif sehingga menggocang emosi pembacanya,
bahkan sampai menitikkan air mata. Kang
Abik mampu menuliskan sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang dahsyat,
kemampuannya untuk mengimajinasikan tentang apa yang akan ditebak para pembaca,
lalu memainkannya, menggali rasa penasaran pembaca. Selanjutnya kehadiran novel
ini menjadi fenomenal karena penulis berhasil menjawab harapan dari banyak
pembaca yang sangat ingin ada tokoh utama wanita.
2.4.4
Kelemahan
Novel
Kelemahan yang ditemukan yaitu tidak seperti dalam
karya-karyanya yang sebelumnya, seperti Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta
Bertasbih yang akrab dengan kehidupan di luar negeri , novel ini lebih berlatar
tempatkan Indonesia, hanya diakhir cerita diselipkan sedikit Amman, Yordania.
BAB
3
PENUTUP
3.1.
Saran
1.
Setelah memahami,
menganalisis serta mengkaji novel “Bidadari
Bermata Bening” siswa diharap mampu untuk menulis sendiri karya sastranya.
Baik berupa puisi, cerpen maupun novel.
2.
Bagi universitas,
diharap mampu menggerakkan mahasiswanya untuk dapat menulis buku sendiri, baik
sastra maupun non sastra. Jadi, mahasiswa tidak lagi hanya sekedar mengkaji
maupun menganalisis.
3.
Mahasiswa diharap
dapat menulis artikel ilmiah maupun jurnal yang berkaitan dengan sastra setelah
mengetahui cara pengkajian sastra melalui penerapan daya hidup dan megamustika.
4.
Novel “Bidadari Bermata Bening” banyak
mengandung nilai-nilai religious, moral, dan budi pekerti yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat
pada umumnya. Oleh karena itu, novel ini layak dijadikan bahan ajar dalam
pembelajaran sastra di sekolah.
5.
Mengingat
segi-segi kelayakan novel “Bidadari
Bermata Bening” sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah menengah atas,
alangkah baiknya apabila novel ini dijadikan sebagai bahan bacaan yang
melengkapi perpustakaan sekolah.
6.
Penulis
mengharapkan pada penelitian pembelajaran apresiasi novel selanjutnya dapat
menggunakan sumber data yang belum pernah digunakan sebelumnya dan dapat
menarik minat siswa pada pada pelajaran Bahasa Indonesia dan apresiasi novel
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Shirazy, H. E. (2017). Bidadari Bermata Bening. Jakarta: Republika
Penerbit.
No comments:
Post a Comment