Friday 13 April 2018

Analisis Daya Hidup Pada Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy


TUGAS MATAKULIAH SASTRA DAN BUDAYA INDONESIA SEMESTER 3
TAHUN AKADEMIK 2017-2018





Disusun oleh:
Dwi Astuti Asih    (1610301071)
Retno Puji Astuti (1610301000)
Kelas 3B


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1              Manfaat Pengkajian Daya Hidup
Manfaat mempelajari daya hidup dari sebuah karya sastra:
1.1.1        Memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur dalam peningkatan nilai kehidupan manusia.
1.1.2        Mengembangkan sikap kritis bagi mahasiswa PBSI.
1.1.3        Memberikan manfaat dan kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberikan pengalaman yang bersifat emosional.
1.1.4        Dengan menerapkan daya hidup dan megamustika dalam novel, kita dapat mempelajari bahasa, gagasan, pemikiran dan tradisi yang pengarang sampaikan melalui novelnya.
1.1.5        Mengetahui tahapan-tahapan kejadian dalam menulis novel, sehingga kita dapat menulis dan menceritakan pengalaman-pengalaman pribadi atau pengalaman-pengalaman cerita orang lain ke dalam bentuk novel, yang mungkin dapat dibaca dan diterima oleh orang lain atau pembaca.
1.1.6        Dapat dijadikan perbandingan atau penelitian tentang keadaan sosial budaya masyarakat yang digambarkan dalam karya sastra tersebut dalam waktu tertentu.

1.2              Tujuan Pengkajian Daya Hidup
Tujuan mempelajari daya hidup dari sebuah karya sastra:
1.2.1        Menemukan pesan moral yang ada dalam novel.
1.2.2        Menemukan ide dan gagasan yang ada dalam novel.
1.2.3        Meningkatkan daya intelektual dan kepekaan rasa bagi mahasiswa PBSI.
1.2.4        Memunculkan motivasi melalui pemahaman kandungan makna dalam novel.
1.2.5        Mampu menggali imajinasi untuk menciptakan karya sastra lebih menarik.
1.2.6        Mampu menganalisis, mencerna, dan mengkaji sebuah permasalahan yang terjadi di kehidupan yang dialami oleh mahasiswa PBSI.








BAB 2
ISI
2.1  Identitas Novel
Judul                           : Bidadari Bermata Bening
Pengarang                   : Habiburrahman El Shirazy
ISBN                           : 978-602-0822-64-8
Issue                            : Jakarta, 2017
Jumlah Halaman          : 377 halaman
Tebal                           : 13.5×20.5
Berat                           : 300 gram
Penerbit                     : REPUBLIKA PENERBIT
Harga                         : 72.000

2.2  Sinopsis Novel
Novel ini menceritakan tentang sosok santriwati santun yang menjadi khadimah atau pembantu di rumah Pak Kyai dan Bu Nyai pondok pesantrennya, bernama Ainul Mardhiyah yang dalam Alquran dikisahkan sebagai ratunya bidadari. Ia kerap dipanggil Ayna. Banyak yang meragukan kemampuannya. Namun ia terus berjuang keras, sehingga mampu meraih prestasi. 
Jalan cerita keluarga Ayna di beri sentuhan yang tidak biasa. Ia hidup sebatang kara. Tokoh perempuan yang tangguh, bersih dan bagus hatinya serta keistiqomahnya, selalu bersama dengan Allah SWT dan membuat ahlak dan adabnya layak ditiru. Adab itu, ditunjukkan Ayna kepada guru, kiai dan orang tua, termasuk ke pamannya yang sedikit jahat. 
Kebaikan yang pasti dibalas kebaikan pula, keyakinan ini yang membuat Ayna tidak pesimis berbuat baik kepada orang lain, itu yang dapat kita petik dari kisah perjuangan Ayna. Prestasi, kesabaran dan kesantunan Ayna ini mampu mengantarkannya menuju keberuntungan-keberuntungan yang tak terduga. Namun, dibalik kesenangan yang Ayna dapatkan, banyak kesulitan yang telah ia lalui. Kisah asmara, kisah keluarga, dijalani penuh suka duka. Hingga akhirnya Ayna benar benar menemukan kebahagiaan yang hakiki, hidup dengan laki-laki yang ia cintai semenjak mengabdi menjadi seorang khadimah di pesantren yaitu Gus Afiffudin anak dari Kyainya.

2.3  Daya Hidup dan Tiga Mustika
Secara teoritis, daya hidup terdiri atas Sembilan daya hidup dalam sebuah karya sastra, antara lain: 1) daya hidup, 2) daya mobilitas, 3) daya adaptasi, 4) daya tumbuh dan berkembang, 5) daya berkoordinasi dan berorganisasi, 6) daya mencerna, 7) daya bersosialisasi, 8) daya regenerasi, dan 9) tiga mustika. Di dalam novel “Bidadari Bermata Bening” terdapat beberapa daya hidup sebagai berikut:

2.3.1         Daya Bernapas
Daya Bernafas merupakan daya hidup yang sesuai seperti saat kita bernafas, yaitu aliran kehidupan secara runtut atau aliran kehidupan yang tersusun secara kronologis. Daya bernafas juga dapat dikatakan sebagai semua kegiatan yang dilandasi keteraturan/keruntutan/kronologis suatu peristiwa. Contoh semua kegiatan manusia, misalnya bangun tidur, mandi, makan, minum. Di dalam cerpen “Bidadari Bermata Bening” terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya bernafas, diataranya:
Kutipan 1 (Halaman 6)
Ayna mengendarai sepeda motor matic dengan kecepatan sedang. Meskipun sudah tidak hujan Ayna tetap memakai jas hujan, ia khawatir tiba-tiba hujan turun lagi. Selain itu juga untuk menahan dingin saat berkendaraan.
Ayna menambah kecepatan laju motornya.
Ia harus segera Tiba di Pasar Pahing Secang. Kalau terlambat, ia bisa tidak mendapatkan barang-barang yang diinginkan Bu Nyai, karena penjualnya terlanjur pulang. Ia tidak berani memacu lbih kencang, jalanan tampak licin karena masih basah oleh air hujan. Selokan di kanan kiri jalan mengalirkan air cukup deras. Di beberapa tempat air selokan meluap sampai twengah jalan. Areal persawahan di kanan kiri jalan tertutup air berwarna cokelat. Hujan tadi malam memang deras dan lama.Ayna mengendarai motornya sambil memperbanyak membaca shalawat. Shalawat adalah do’a keselamatandan kesejahteraan.Siapa mengirim satu shalawat kepada Baginda Nabi, maka Allah akan mengirim sepuluh shalawat kepadanya. Orang itu dalam jaminan keselamatan Allah SWT. Seperti itu Pak Kyai Sobron Ahsan Muslim, -suami Bu Nyai Fauziyah, pengasuh utama pesantren di mana ia belajar, - mengajarkan.
Pasar Pahing Secang masih ramai. Ayna lega. Ia memarkir motor di depan langganannya. Setelah membuka helm dan jas hujan ia berjalan ke dalam pasar. Beberapa pasangb mata memperhatikan dirinya dengan saksama. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya bernapas karena terdapat urut-urutan peristiwa yang dialami oleh tokoh. Serangkaian peristiwa digambarkan secara kronologis. Urutan kejadian yang dialami tokoh yaitu perjalanan tokoh Ayna menuju Pasar Pahing Secang. Dia memamakai helm dan jas hujan terlebih dahulu, lalu Ayna mengendarai sepeda motor melewati persawahan. Setelah Ayna sampai di area pasar, dia segera memakirkan sepeda motornya, membuka helm dan jas hujannya. Kemudian dia memasuki pasar.  
Kutipan 2 (Halaman 34)
Ayna ikut pengajian Fathul Mu’in. Pengajian itu berlangsung hanya empat opuluh lima menit, lalu tibalah para santri makan malam. Ayna dengan cepat lari ke dapur untuk membantu Mbak Ningrumdan yang lain, meladeni para sabnntri mengambil jatah makan malam. Hampir semua santriwati yang bertemu Ayna mengucapkan selamat atasprestasinya karena meraih nilai UN tertinggi dalam sejarah pesantren itu. Mereka juga memberikan dukungan atas apa ynag dilakukan Ayna pada Neneng.
Tiba-tiba Ustadzah Wiwik datang tergesa dan membisikkan pesan ke telinga Ayna,
“Kau dan Zulfa dipanggil Pak Kyai dan Bu Nyai, Keluarga Neneng datang memintas pertanggungjawaban.”
Ayna bergegas mencari Zulfa dan menghadap Pak Kyai dan Bu Nyai. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya bernapas karena terdapat urut-urutan peristiwa yang dialami oleh tokoh. Serangkaian peristiwa digambarkan secara kronologis. Urutan kejadian tersebut dialami tokoh Ayna mulai dari ia mengikuti Pengajian Fathul Mu’in. Kemudian ia berlari ke dapur untuk membantu meladeni para santri mengambil jatah makan malam.
Kutipan 3 (Halaman 52)
Ayna menyelesaikan shalat witirnya lalu berdo’a, meminta keselamatan dunia dan akhirat untuk dirinya, almarhumah ibundanya dan seluruh umat Rasulullah Saw. Setelah itu ia bergegas melihat cucian yang diamanhkan kepadanya. Seperti yang ia duga, belum kering. Tapi baju koko, sarung dan serban itu akan dipakai Gus Afif mengisi pengajian setelah Shubuh di Masjid Raya Secang. Ayna mengambil baju, sarung dan serban yang masih belum kering benar dan membawa ke kamarnya. Ia menyiapkan setrika. Lalu mengeringkannnya dengan cara menyetrikanya. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya bernapas karena terdapat urut-urutan peristiwa yang dialami oleh tokoh. Serangkaian peristiwa digambarkan secara kronologis. Urutan kejadian tersebut dialami tokoh Ayna mulai dari melaksanakan shalat witir lalu dilanjut dengan berdo’a untuk keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian ia bergegas melihat pakaian yang Diamanahkan kepadanya yang ternyata belum kering benar, lalu ia mengambil dan membwanya ke kamar. Setelah itu dia mengeringkan pakaian tersebut dengan cara menyetrikanya.
2.3.2        Daya Mobilitas
Daya Mobilitas adalah daya hidup yang mencerminkan suatu kegiatan yang dilakukan dengan kuantitas tinggi, atau dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan dengan cepat atau dengan intensitas yang tinggi. Ada sebab akibat kalau tokoh punya kegiatan yang banyak/tinggi, misalnya dia seorang politikus sekaligus menjadi pengusaha dan ustadz. Di dalam cerpen “Bidadari Bermata Bening” terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya mobilitas, diataranya:
Kutipan 1 (Halaman 256)
Kini Ayna tidak hanya menjadi asisten Bu Rosidah, tetapi ia sering juga merangkap menjadi sopir dan sekretaris Ibu Rosidah. Atau lebih tepatnya, ia mirip koordinator para sekretaris Bu Rosidah. Sebab di semua lini usaha, sesungguhnya Bu Rosidah punya sekretaris.
Selain berkembang dalam dunia bisnis, Ayna tetap berusaha tidak melupakan amal-amal ukhrowi. Ia terlibat aktif di dua pengajian, yaitu pengajian para pegawai dan karyawan Tsania Spa & Skin Care dan pengajian majelis taklim ibu-ibu di perumahan sebelah yang diasuh Ustadzah Fatimah. Selain itu Ayna juga memimpin gerakan muslimah peduli anak-anak jalanan. Gerakan itu mulai mendapat dukungan dari banyak kalangan di Bogor dan sekitarnya. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya mobilitas mencerminkan kegiatan yang dilakukan tokoh memiliki kuantitas tinggi, atau dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan dengan cepat atau dengan intensitas yang tinggi. Tokoh Ayna tidak hanya menjadi asisten Bu Rosidah, tapi dia juga merangkap menjadi sopir dan sekretarisnya. Selain itu dia juga selalu aktif dalam pengajian dan juga menjadi pemimpin gerakan muslimah peduli anak-anak jalanan.
2.3.3        Tumbuh dan Berkembang
Daya Tumbuh dan Berkembang adalah daya hidup yang mencerminkan adanya proses pertumbuhan dari kecil ke besar maupun yang mencerminkan peluasan kemampuan tokoh dari segala aspek yang ada di dalam novel. Di dalam cerpen “Bidadari Bermata Bening” terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya tumbuh dan berkembang, diataranya:
Kutipan 1 (Halaman 205)
“Cukup. Coba dengarkan!” Ayna lalu membaca ayat tujuh puluh surat Al-Isra’. Gus Afif menyimak dengan penuh perhatian. Ayna melanjutkan ayat setelahnya dan terus membaca dengan hafalannya, hingga ayat 84 lalu berhenti.
“Lanjutkan!’
“Wa yas’alunaka ‘anirruuuh qulir ruuhu… “Gus Afif melanjutkan ayat berikutnya dengan lancer. Di ayat ke-88, Ayna menghentikan.
“Cukup. Alhamdulillah, Al Quran tidak meninggalkanmu.”
“Aku juga tidak pernah meninggalkannya”
“Alhamdulillah.”
“Eh, kau, kau tadi, itu kau tadi hafalan. Sudah berapa juz kau hafal?” tanya Gus Afif. Pak Kyai dan Bu Nyai baru sadar bahwa tadi  itu Ayna melantunkan Al Quran tanpa membaca mushaf.
“Saat di pesantren Cuma lima juz. Alhamdulillah sudah tambah, sudah jadi sepuluh juz.  Sinta selama dalam kerangkeng Rahwana diam-diam menghafal Al Quran. Agar saat nanti bertemu Rama-nya yang dikatakan hafal Al Quran, ia merasa pantas bersanding dengannya.” (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya tumbuh dan berkembang karena menjelaskan bagaimana tokoh Ayna yang dulunya hanya hafal Al Quran sebanyak lima juz dan sekarang sudah tambah menjadi sepuluh juz. Selain itu, tokoh Ayna juga memperbaiki diri, menjadi pribadi yang mandiri dan lebih taat beribadah.
2.3.4        Daya Berkoordinasi dan Berorganisasi
Daya Berkoordinasi dan Berorganisasi adalah daya hidup yang mencerminkan bagaimana tokoh bekerja sama dengan tokoh lain dalam sebuah wadah dengan pembagian peran yang jelas untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Misalnya organisasi pejuang Hak Asasi Manusia (HAM). Ada koordinasi dan dikoordinir sehingga tidak berjalan sendiri-sendiri. Di dalam cerpen “Bidadari Bermata Bening” terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya berkoordinasi dan berorganisasi, diataranya:
Kutipan 1 (Halaman 265)
Kini Ayna tidak hanya menjadi asisten Bu Rosidah, tetapi ia sering juga merangkap menjadi sopir dan sekretaris Ibu Rosidah. Atau lebih tepatnya, ia mirip koordinator para sekretaris Bu Rosidah. Sebab di semua lini usaha, sesungguhnya Bu Rosidah punya sekretaris.
Selain berkembang dalam dunia bisnis, Ayna tetap berusaha tidak melupakan amal-amal ukhrowi. Ia terlibat aktif di dua pengajian, yaitu pengajian para pegawai dan karyawan Tsania Spa & Skin Care dan pengajian majelis taklim ibu-ibu di perumahan sebelah yang diasuh Ustadzah Fatimah. Selain itu Ayna juga memimpin gerakan muslimah peduli anak-anak jalanan. Gerakan itu mulai mendapat dukungan dari banyak kalangan di Bogor dan sekitarnya.
Kutipan di atas mengandung daya koordinasi dan organisasi karena tokoh Ayna memiliki banyak kegiatan yang membuatnya harus berkoordinasi dengan orang lain dan memanajemen waktunya.
Kutipan 2 (Halaman 235)
Usai tarawih, Ayna berjumpa Mbok Sani di depan masjid, dan pamit pulang. Ketika mau masuk mobil, gerimis turun dan suara guntur bergemuruh. Ayna langsung teringat anak-anak jalanan itu.
“Tari, kayaknya bakalan hujan. Bisa jadi deras. Aku khawatir aja sama anak-anak itu. Kalau sungainya meluap bagaimana?”
Nggak usah khawatir, Mbak, selama ini aman-aman saja.”
“Tidak bisa begitu, Lestari. Kau perhatikan, nggak, itu rumah paling rendah di antara rumah-rumah lainnya. Dan paling ringkih. Tiap malam kalau hujan turun aku selalu ingat anak-anak itu. Nggak bisa tidur aku.”
“Terus bagaimana baiknya, Mbak Ayna?”
“Kita bagi tugas. Aku ke takmir masjid untuk minta izin agar anak-anak dan Mbok Sani boleh tidur di masjid malam ini. Lestari keluar cari makan buat sahur, kalau mereka sahur Cuma pakai “Roti Barokah”, kasihan. Dan Mila, kau temui anak-anak, tadi sudah pada pulang semua, ajak mereka kembali ke masjid.”
Lestari dan Mila mengangguk. Tiga gadis berjilbab itu pun bergerak sesuai tugas yang dikomando oleh Ayna. Semua penghuni rumah kumuh itu mau tidur di masjid kecuali Mbok Sani. Ayna merasa tidak bisa memaksa. Hujan turun lebat. Ayna agak lega meninggalkan anak-anak dalam dekapaqn masjid. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya koordinasi karena kegiatan yang dilakukan dalam cerita ada koordinasi antara Ayna dengan Lestari dan Mila, ada pembagian tugas untuk mereka. Ketiga gadis itu bergerak sesuai tugas yang dikomando atau dikoordinir oleh Ayna.
Kutipan 3 (Halaman 244)
Bu Rosidah bergegas meninggalkan mushalla dan masuk ke dalam kamarnya. Ayna masih duduk di atas karpet. Mbok Mur dan Mbok Gnah berdiri melepas mukena mereka.
“Mbok Mur dab Mbok Ginah!”
“Iya, Mbak Ayna,” jawab dua orang pembantu itu ramah.
“Tolong nanti buat kolak pisang untuk dua puluh lima porsi, dan nasi kuning dikasih ayam goring ya, dua puluh lima juga. Terus diantar ke masjid untuk buka puasa. Saya dan Bu Rosidah mungkin pulang agak malam.
“Iya, Mbak, baik,” jawab Mbok Ginah.
“Uang belanjanya masih ada?”
“Masih, Mbak, masih cukup.”
Ayna lalu beranjar menuju kamarnya. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya koordinasi dan berorganisasi karena kegiatan yang dilakukan dalam cerita ada koordinasi antara Ayna dengan Mbok Mur dan Mbok Ginah. Mbok Mur dan Mbok Ginah harus melasksanakan tugas sesuai komando atau koordinasi dari Ayna.
2.3.5        Daya Mencerna
Daya Mencerna adalah daya hidup yang berdasar pada kemampuan manusia untuk mengubah, mengolah, menyerap, mengkaji, dan menganalisis permasalahan dalam hidupnya sehingga menghasilkan penyelesaian. Di dalam cerpen “Bidadari Bermata Bening” terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya mencerna, diataranya:
Kutipan 1 (Halaman 15)
Zulfa memutar video di ponselnya. Ayna menyimak dengan saksama. Apa yang diceritakan Zulfa benar adanya. Api kemarahan membakar dadanya.
“Dia boleh menghuina diriku semau dia. Selama ini aku diam saja dikata-katain apa saja sama dia. Tapi dia tidak boleh menghina almarhumah ibuku sedikitpun. Kali ini aku harus buat perhitungan denganny!” geram Ayna.
Ayna melangkah hendak meninggalkan dapur.
“Ayna, jangan! Jangan kau ladeni si Neneng itu. Biarkan saja, sebentar lagi toh kalian berpisah!” cegah Titin.
“Nggak Mbak. Dia sudah keterlaluan menghina ibu saya. Kali ini saya tidak bisa memaafkan dia begitu saja. Mbak Titin trnang saja, ini urusan pribadi saya sama Neneng. Saya harus kasih pelajaran sama dia agar tidak mudah meremehkan dan tidak meremehkan dan menghina siapapun, tidak hanya say dan ibu saya.”
Gadis itu dengan cepat berkelebat menuju kelas dengan muka merah padam. Zulfa mengikutinya di belakang. Ningrum minta Titin melaporkan kejadian irtu pada Bu Nyai. Ningrum yang biasanya melihat Ayna yang lembut dan pemaaf kali ini benar-benar murka. Ayna tidak mau main-main. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya mencerna karena tokoh Ayna mampu menganalisis permasalahan dalam hidupnya. Awalnya dia saat dihina temannya yang bernama Neneng dia diam saja. Namun ketika Neneng menghina ibunya dia mencerna apa yang seharusnya dilakukan untuk memberi pelajaran kepada Neneng supaya nanti tidak menghina siapapun termasuk dirinya dan almarhumah ibunya.
Kutipan 2 (Halaman 23)
Sementara menurut Mbak Titin, kecerdasan Gus Afif dapat dilihat secara nyata bahwa diahafal Al Quran dan Alfiyah Ibnu Malik sekaligus, juga selalu menang dalam lomba baca kitab kuning. Kalau Gus Afif nanti sudah kuliah di luar negeri akan lebih hebat dari kakaknya.
”Tapi apakah putrinya Kyai Thayyib sekualitas Gus Asif?” batin Ayna. Lalu ia membayangkan, apakah mungkin ia punya suami yang seperti Gus Asih atau Gus Afif. Tentu tidak mungkin dapat suami salah satu dari mereka. Tiba-tiba ia malu pada dirinya sendiri. Siapa dirinya kok berani menilai putri Kyai Thayyib. Dan siapa dirinya kok berani lancang membayangkan nanti punya suami yang seperti Gus Asif atau Gus Afif. Apakah pikiran yang seperti ini sudah termasuk zina hati? “Astaghfirullah, ya Allah ampuni hamba,” lirih Ayna dalam hati. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya mencerna karena tokoh Ayna mampu menganalisis permasalahan dalam hidupnya. Ayna malu pada dirinya sendiri. Siapa dirinya kok berani menilai putri Kyai Thayyib dan siapa dirinya kok berani lancang membayangkan nanti punya suami yang seperti Gus Asif atau Gus Afif. Lalu dia memilih untuk beristighfar untuk menghilangkan pikiran yang mungkin sudah termasuk zina hati.
Kutipan 3 (Halaman 130)
Karena kedinginan oleh udara AC, Ayna terbangun dari tidurnya. Ia sangat kaget, ketika membuka tirai jendela hari telah gelap. Cepat-cepat ia melihat jam di hpnya. Sudah jam delapan malam.
“Astaghfirullah, aku kehilangan waktu Maghrib.”
Ayna menangis. Itulah untuk pertama kalinya sejak ia masuk pesantren, ia kehilangan waktu sholat. Maghrib telah lewat. Ia merasa sangat berdosa. Ia merasa sangat menderita. Ia mereguk satu kenikmatan, tapi kehilangan satu nikmat ibadah. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya mencerna karena tokoh Ayna mampu menganalisis permasalahan dalam hidupnya. Tokoh Ayna mencerna bahwa melewatkan shalat adalah sebuah kesalahandan menyebabkan dirinya berdosa. Oleh karena itu, dia menangis ketika melewatkan waktu sholat Maghrib.
2.3.6        Daya Bersosialisasi
Daya Bersosialisasi adalah daya hidup untuk memasyarakatkan sesuatu yang ada pada dirinya, baik itu kepandaiannya maupun tentang dirinya sendiri. Di dalam cerpen “Bidadari Bermata Bening” terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya bersosialisasi, diataranya:
Kutipan 1 (Halaman 232)
Rumah kumuh itu berdiri tepat di pinggir sungai. Bahkan bisa disebut seperempat badan rumah itu ada di atas sungai. Berdiri di atas tiang-tiang bambu yang dipacak di sungai. Lantai rumah itu adalah bambu yang ditutup kardus. Dindingnya portingan-pitongan tripleks dan seng bekas. Atapnya seng. Belasan anak usia enam sampai tiga belas tahun tinggal di situ. Diasuh oleh seorang nenek yang mulai renta.  Beruntung bahwa nenek itu orang baik.  Sehingga anak-anak itu cukup snatun dibandingkan anak jalanan pada umumnya.
Sudah setengah tahun, Ayna membina anak-anak itu.  Dengan kemampuan yang ia punya, ia ajar mereka dengan pelajaran sekolah. Ia usahakan mereka untuk tetap mendapatkan pendidikan yang layak dengan cara homeschooling, atau sekolah di rumah.
Sore itu bersama dua relawan lain yaitu Lestari dan Mila ia mendatangi rumah kumuh itu.Ia harus, memarkir Avanza yang dikendarainya di pinggir jalan besar. Sebab untuk sampai ke rumah itu, ia harus melewati gang yang berbelok-belok.
Tiga gadis berjilbab itu menurunkan beberapa tumpuk nasi kota, beberapa kardus berisi air mineral, jus buah dan makanan. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya bersosialisasi karena ada upaya untuk memasyarakatkan sesuatu yang ada pada dirinya, baik itu kepandaiannya maupun tentang dirinya sendiri. Dalam kutipan di atas tokoh Ayna membina anak-anak jalanan. Ia mengajar anak-anak itu dengan lemampuan yang dimilikinya. Ia juga membagikan rezekinya yang ia berikan dalam bentuk makanan.
2.3.7        Daya Regenerasi
Daya Regenerasi adalah daya hidup yang mencerminkan kegiatan di suatu tempat yang berangsur-angsur, adanya kegiatan yang diturunkan ke generasi berikutnya dengan maksud untuk pergantian peran dari seorang tokoh kepada tokoh lain. Di dalam cerpen “Bidadari Bermata Bening” terdapat beberapa kutipan yang mengandung daya regenerasi, diataranya:
Kutipan 1 (Halaman 110)
Ayna seperti berdialog langsung dengan ibunya. Suaranya masih hafal betul. Air muka ibunya juga ada di pelupuk mata. Tak terasa air mata Ayna merembes, mengalir di pipinya. Ia merasa apa yang dilakukan ibunya itu mungkin semacam firasat bahwa umurnya tidak akan panjang, sekaligus naluri seorang ibu untuk menjaga anaknya semampu yang ia bisa lakukan
“Tanah itu kalau kau sangat kepepet nanti, boleh kau jual, Nduk. Hasilnya bisa kau gunakan untuk menata masa depamu. Kalau tidak kepepet sebaiknya tidak kau jual. Ibu selalu berdoa semoga hidupmu bahagia, selamat dan mulia. Ibu juga berpesan semoga kau melanggengkan amalan yang dilanggengkan oleh kakekmu yaitu Mbah Sujak, dan dilanggengkan oleh nenekmu yaitu Mbah Suimah, lalu diwasiatkan kepada ibu dan ibu langgengkan. Amalannnya tiap pagi dan sore jangan lupa beristighfar seratus kali, membaca shalawat kepada Baginda Nabi seratus kali, dan membaca kalimat thayyibah seratus kali.”
Begitu pesan terakhir ibunya di bawah pohon sawo di halaman pesantren waktu itu.
Kutipan di atas mengandung daya regenerasi karena pada kalimat pertama bahwa tokoh ayah dan ibu merupakan keturunan keluarga yang alim pula. Jadi, ada jiwa religious yang berangsur-angsur dan diturunkan ke generasi berikutnya. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung daya regenerasi karena adanya kegiatan yang diturunkan ke generasi berikutnya, yaitu amalan tiap pagi dan sore jangan lupa beristighfar seratus kali, membaca shalawat kepada Baginda Nabi seratus kali, dan membaca kalimat thayyibah serratus kali. Amalan tersebut dilanggengkan oleh kakek Ayna, Mbah Sujak, lalu dilanggengkan oleh neneknya, Mbah Suimah dan diwasiatkan kepada ibunya. Kemudian ibunya berwasiat kepada dirinya untuk melanggemgkan amalan tersebut.
2.3.8        Tiga Mustika
2.3.8.1  Tanggung Jawab atas Kewajiban
Daya Tanggung Jawab atas Kewajiban yaitu daya yang didapatkan melalui informasi dengan mencatat kemudian dimengerti peran yang disandang atau menjadi kewajiban atas peran tersebut.
2.3.8.2  Idealisme
Yaitu pandangan ke depan atau cita-cita sempurna tokoh.
2.3.8.3  Spontanitas
Yaitu kepekaan, perhatian, dan kepedulian terhadap kejadian yang muncul secara tiba-tiba di sekitar tokoh. Namun spontan berbeda dengan refleks.
Di dalam novel “Bidadri Bermata Bening” terdapat kutipan yang mengandung tig mustika, yaitu:
Kutipan 1
            Usai tarawih, Ayna berjumpa Mbok Sani di depan masjid, dan pamit pulang. Ketika mau masuk mobil, gerimis turun dan suara guntur bergemuruh. Ayna langsung teringat anak-anak jalanan itu.
“Tari, kayaknya bakalan hujan. Bisa jadi deras. Aku khawatir aja sama anak-anak itu. Kalau sungainya meluap bagaimana?”
Nggak usah khawatir, Mbak, selama ini aman-aman saja.”
“Tidak bisa begitu, Lestari. Kau perhatikan, nggak, itu rumah paling rendah di antara rumah-rumah lainnya. Dan paling ringkih. Tiap malam kalau hujan turun aku selalu ingat anak-anak itu. Nggak bisa tidur aku.”
“Terus bagaimana baiknya, Mbak Ayna?”
“Kita bagi tugas. Aku ke takmir masjid untuk minta izin agar anak-anak dan Mbok Sani boleh tidur di masjid malam ini. Lestari keluar cari makan buat sahur, kalau mereka sahur Cuma pakai “Roti Barokah”, kasihan. Dan Mila, kau temui anak-anak, tadi sudah pada pulang semua, ajak mereka kembali ke masjid.”
Lestari dan Mila mengangguk. Tiga gadis berjilbab itu pun bergerak sesuai tugas yang dikomando oleh Ayna. Semua penghuni rumah kumuh itu mau tidur di masjid kecuali Mbok Sani. Ayna merasa tidak bisa memaksa. Hujan turun lebat. Ayna agak lega meninggalkan anak-anak dalam dekapaqn masjid. (Shirazy, Bidadari Bermata Bening, 2017)
Kutipan di atas mengandung tiga mustika karena terdapat tanggung jawab atas kewajiban dari tokoh Ayna, yakni sebagai manusia harus saling membantu orang lain yang kesulitan. Idealisme tokoh Ayna adalah agar mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sedangkan spontanitasnya yaitu kepekaan dan perhatiannya terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya lalu ia berinisiatif membantu mereka.
2.4  Inisiatif
2.4.1        Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsic novel “Bidadari Bermata Bening” adalah sebagai berikut.
Tema                           : percintaan.
Alur atu plot                : maju-mundur
Latar                            : Latar suasana àMenegangkan, menakutkan, menyenangkan,
              menyedihkan.
              Latar tempat à Di Pesantren, Pasar Secang, Rumah Ayna,    
              Yogyakarta, Bandara, Lombok, Rumah Yoyok, Rumah Sakit,
              Bandung.
              Latar waktu à Pagi hari, siang hari, malam hari dan tengah malam.
Sudut pandang                        : Orang Ketiga Serba Tahu
Tokoh dan penokohan: Ayna à Baik hati, religius, penyabar, ramah.
                                      Gus Afif à Religius, penyabar, baik hati, ramah.
                                      Pak Kyai à Baik hati, bijaksana.
                                      Bu Nyai à Baik hati, bijaksana.
                                      Pakdhe dan Budhe à Gila harta.
                                      Yoyok à Licik, Koruptor.
                                      Pak Kusmono à Licik, Koruptor
                                      Bu Rosidah à Baik hati, bijaksana.
Amanat                       : 1) Jangan mudah menyerah dalam meraih mimpi.
  2) Jangan mudah berprasangka buruk kepada orang lain.
  3) Patuhilah nasihat guru dan orang tua.
  4) Cinta tidak bisa dipaksakan.
  5) Sabar adalah kunci kesuksesan.
Gaya Bahasa               : Gaya bahasa sederhana, tidak memilih majas sulit yang butuh diinterpretasikan terlebih dahulu. Namun, karena hal inilah unsur estetis novel tidak begitu terasa. Penulis cenderung menggunakan kutipan-kutipan sederhana yang membuat pembaca terbawa perasaan.

2.4.2        Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik dalam novel “Bidadari Bermata Bening “adalah sebagai berikut :
Nilai moral      : 1) Hargai hak dan pendapat orang lain.
  2) Jangan menyimpan dendam kepada orang.
  3) Patuhi perintah guru dan orang tua.
Nilai religius    : Senantiasa beribadah kepada Tuhan.
Nilai Sosial      : Senantiasa menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan.
2.4.3        Kelebihan Novel
Novel Bidadari Bermata Bening ini memiliki banyak keunggulan antara lain, gaya bahasa yang dibuat pengarang sangat mudah dipahami, ringan namun sangat berbobot. Amanat yang disampaikan pun mudah terserap, plot cerita sangat fluktuatif sehingga menggocang emosi pembacanya, bahkan sampai menitikkan air mata.  Kang Abik mampu menuliskan sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang dahsyat, kemampuannya untuk mengimajinasikan tentang apa yang akan ditebak para pembaca, lalu memainkannya, menggali rasa penasaran pembaca. Selanjutnya kehadiran novel ini menjadi fenomenal karena penulis berhasil menjawab harapan dari banyak pembaca yang sangat ingin ada tokoh utama wanita.

2.4.4        Kelemahan Novel
Kelemahan yang ditemukan yaitu tidak seperti dalam karya-karyanya yang sebelumnya, seperti Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih yang akrab dengan kehidupan di luar negeri , novel ini lebih berlatar tempatkan Indonesia, hanya diakhir cerita diselipkan sedikit Amman, Yordania.











BAB 3
PENUTUP
3.1.   Saran
1.    Setelah memahami, menganalisis serta mengkaji novel “Bidadari Bermata Bening” siswa diharap mampu untuk menulis sendiri karya sastranya. Baik berupa puisi, cerpen maupun novel.
2.    Bagi universitas, diharap mampu menggerakkan mahasiswanya untuk dapat menulis buku sendiri, baik sastra maupun non sastra. Jadi, mahasiswa tidak lagi hanya sekedar mengkaji maupun menganalisis.
3.    Mahasiswa diharap dapat menulis artikel ilmiah maupun jurnal yang berkaitan dengan sastra setelah mengetahui cara pengkajian sastra melalui penerapan daya hidup dan megamustika.
4.    Novel “Bidadari Bermata Bening” banyak mengandung nilai-nilai religious, moral, dan budi pekerti  yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, novel ini layak dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra di sekolah.
5.    Mengingat segi-segi kelayakan novel “Bidadari Bermata Bening” sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah menengah atas, alangkah baiknya apabila novel ini dijadikan sebagai bahan bacaan yang melengkapi perpustakaan sekolah.
6.    Penulis mengharapkan pada penelitian pembelajaran apresiasi novel selanjutnya dapat menggunakan sumber data yang belum pernah digunakan sebelumnya dan dapat menarik minat siswa pada pada pelajaran Bahasa Indonesia dan apresiasi novel khususnya.



DAFTAR PUSTAKA
                 Shirazy, H. E. (2017). Bidadari Bermata Bening. Jakarta: Republika Penerbit.

 





           

No comments:

Post a Comment