Friday, 13 April 2018

Contoh Naskah Drama "Akhir Kisah Ini"


Akhir Kisah Ini

Oleh : D. Asteuu
Tokoh:
1.      Alysa/Lisa
2.      Savira
3.      Alyn
4.      Veronica
5.      Raka
6.      Dokter Rio
7.      Kakek
8.      Bu Dias
9.      Pak Agus
10.  Pak Anton
Bagian 1:
Dua belas tahun yang lalu…
Suatu hari di sebuah tempat pemakaman seorang lelaki tua berdiri sembari menggandeng tangan seorang gadis kecil. Mereka masih mengamati dua gundukan tanah yang masih basah meskipun orang-orang mulai beringsut meninggalkan tempat tersebut.
Alysa               : “Mengapa mama dan papa dimasukkan ke tanah, Kek? (Menatap sang
                          kakek dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya)
Kakek              : ”Semua akan baik-baik saja, Sayang.” (Berjongkok lalu memeluk Alysa)
Alysa               : “Apa mereka tidak kedinginan, Kek?”
Kakek              : (Kepalanya menunduk mengisakkan tangis)
Alysa               : “Alysa mau ikut mama dan papa, Kek”.
Kakek              : “Stt... Alysa sayang, sekarang kita pulang saja ya. Mama sama papa sudah
  tenang di sana.” (Tersenyum sembari menyeka air mata yang masih
  berleleran)
Alysa               : “Tapi apa mama dan papa berani, Kek? Nanti malam di tempat ini pasti
                           gelap”.
Kakek              : “Sayang, mereka pasti berani. Sekarang kita pulang ya, sebentar lagi akan
hujan”. (Berdiri lalu melangkahkan kaki untuk meninggalkan tempat itu
bersama dengan Alysa dalam dekapannya)

Bagian 2:
Di sebuah lorong rumah sakit seorang gadis berlari menuju sebuah ruang bertuliskan ‘ICU’. Wajahnya menyiratkan rasa khawatir yang teramat sangat. Setiba di depan ruang dimana sang kakek berada, dilihatnya seorang lelaki paruh baya bersama seorang wanita berhijab. Mereka segera berdiri menyadari kedatangan gadis dengan pemilik nama Alysa tersebut. Tiba-tiba pintu di sampingnya terbuka.
Dokter Rio      : (Keluar dari ruang ICU)
Alysa               : “Bagaimana keadaan kakek saya, Dok?”(Suaranya parau)
Bu Dias           : “Iya, Dok. Bagaimana kondisi beliau?”
Dokter Rio      : “Bisa ikut ke ruangan saya?”
Pak Agus         : “Biar saya saja, Dok. Alysa kamu di sini saja bersama tante Dias ya.”
Alysa               : (Mengangguk)
Dokter Rio      :”Anda keluarganya Alysa?”
Pak Agus         :” Kami sahabat dari mendiang orang tua Alysa dan keluarga Alysa sudah
  kami anggap sebagai keluarga sendiri.”
Dokter Rio      : “Baiklah kalau begitu, mari ikut ke ruangan saya.” (Mengamati wajah Alysa
   sekilas lalu berjalan ke arah ruangannya)

Beberapa saat kemudian setelah Dokter Rio dan Pak Agus menghilang di balik pintu, Bu Dias duduk di samping Alysa. Direngkuhnya tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.
Bu Dias           :”Sabar ya Alys, kakek pasti akan baik-baik saja.”
Alysa               :”Alysa takut, Tante. Alysa takut…” (Suaranya semakin parau)
Bu Dias           : “Alysa tidak boleh takut, semua pasti akan baik-baik saja.”


Sementara itu di ruang dokter….
Pak Agus         :”Bagaimana kondisi kakek, Dok?”
Dokter Rio      :”Saat ini beliau masih dalam masa kritis, Pak. Do’akan saja supaya beliau
                          bisa melewati masa kritisnya.”
Pak Agus         : “Apa masih ada harapan untuk bisa sembuh, Dok? Lakukan sesuatu untuk
   menyelamatkan beliau.”
Dokter Rio      :”Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Pak. Saya pribadi juga
   sudah berjanji pada kakek untuk segera menemukan obatnya. ”
Pak Agus         :”Kakek harus sembuh, Dok. Alysa sangat membutuhkan beliau.” (Suaranya
   lirih)

Keesokan harinya kakek sudah dipindahkan ke ruang rawat. Alysa sedang berbincang dengan Bu Dias di dekat sang kakek yang masih terbaring koma saat tiba-tiba seorang pria jangkung memasuki ruangan tersebut.
Raka                : (Berdiri di depan pintu)
Bu Dias           :”Kamu dari mana saja? Sejak kemarin susah sekali dihubungi.”
                          (Menghampiri Raka)
Raka                :”Maaf, Ma. Kemarin aku banyak tugas.”
Bu Dias           :”Oh iya, Kamu masih ingat dengan Dia?” (Menyeret lengan anaknya ke arah
  Alysa)
Raka                :”Dia…”
Bu Dias           :”Alysa. Sahabat kecilmu dan Alyn ketika kita tinggal di Surabaya sebelas
   tahun yang lalu.” (Berhenti di hadapan Alysa)
Alysa               : (Menatap Raka dan Bu Dias secara bergantian)
Bu Dias           :”Sayang, ini Raka. Kamu masih ingat kan? Sekarang Raka kuliah di
                          Bandung.”
Raka                :”Hai, Alys. Apa kabar? Ah sepertinya sekarang aku benar-benar telah
   menjelma menjadi pria yang sangat tampan hingga Kamu terpesona seperti
  ini.” (Tersenyum sembari mengulurkan tangan)
Alysa               :”Hai, Kak. Aku baik.” (Menyambut uluran tangan Raka sembari tersenyum
   samar)
Bu Dias           :”Mama mau keluar sebentar. Raka, tolong jaga Alysa dan Kakek.”
   (Mengambil  tas di atas meja)
Raka                :”Siap, Ma.”

Bagian 3
Di teras sebuah rumah bercat hijau seorang pria paruh baya sedang duduk bersama putrinya. Pria berkacamata itu terlihat gusar. Sesekali ditatapnya sang anak yang sedang sibuk dengan handphone di tangannya.
Pak Anton       :”Ver, kamu punya hubungan dengan anak tetangga kita?”
Veronica          :”Tetangga yang mana, Yah?” (Menatap ayahnya)
Pak Anton       :”Tetangga yang lima tahun lalu pindah dari Surabaya.”
Veronica          :”Raka maksudnya?”
Pak Anton       : (Mengangguk)
Veronica          : “Kami hanya bersahabat.” (Suaranya lirih)
Pak Anton       :”Ayah tidak bisa Kamu bohongi, Ver. Bahkan sekarang Pak Agus dan Bu
                           Dias juga sudah tahu apa hubungan kalian sebenarnya. Kamu harus sadar,
                           Ver. Cinta kalian itu terhalang oleh tembok yang kokoh dan tak mungkin
                            dapat dihancurkan bernama agama.” (Tatapannya menerawang ke atas)
Veronica          :”Tapi Vero sangat menyayangi Raka, Yah. Hanya dia yang selama ini
    menjadi alasan kenapa Vero masih semangat melawan penyakit Leukimia
    ini.”
Pak Anton       :”Vero, tapi demi kebaikan kita semua kalian harus segera mengakhiri
   hubungan ini.”
Veronica          : (Menangis sambil berlari masuk ke dalam rumah)

Sementara itu di tempat lain…
Pak Agus         :”Raka, dulu ketika orang tua Alysa masih hidup kami telah berjanji untuk
   menjodohkan Kamu dengan Alysa.”
Raka                :”Tapi, Pa…”
Bu Dias           :”Kamu tidak bisa menolak perjodohan ini. Minggu depan kalian akan
   bertunangan.”
Raka                :”Bagaimana dengan Vero, Ma? Dia butuh aku untuk saat ini.” (Suaranya
   terdengar putus asa)
Pak Agus         :”Papa tidak merestui hubunganmu dengan putrinya Pak Anton, Nak. Kalian
   itu berbeda. Papa harap kamu mengerti akan hal ini.” (Pergi)

Tak lama setelah itu Alysa datang. Wajah Alysa tampak pucat. Hal tersebut membuat Bu Dias merasa khawatir.
Bu Dias           :”Kamu sudah makan, Alys?”
Alysa               :”Belum lapar, Tante.”
Bu Dias           :”Raka, Kamu ajak calon tunanganmu makan siang gih.”
Alysa               :”Calon tunangan?” (Kaget)
Bu Dias           :”Iya, Sayang. Dulu kami dan orang tuamu telah sepakat untuk menjodohkan
   kalian.”
Alysa               : (Mengamati ekspresi pria yang diam-diam disayanginya selama ini)
Raka                :”Ayo, Alys.” (Beranjak dari duduknya dan menggandeng tangan Alysa)

Selama perjalanan menuju kantin tangan Alysa berada di dalam genggaman Raka. Wajahnya kini bersemu merah. Ia berusaha mati-matian untuk menetralisir detak jantungnya. Begitu juga dengan Raka. Saat ini dia merasa jantungnya seperti ingin loncat dari rongganya karena gadis itu.
Alysa               :”Kak Raka, Alyn kenapa tidak datang ke sini?”
Raka                :”Anak itu sekarang sedang sibuk untuk menghadapi ujian akhir.”
Alysa               :”Aku kangen Alyn. Dulu dia yang selalu membelaku kalau dijaili olehmu.”
Raka                :(Terkekeh palan)
Alysa               :”Kakak setuju dengan perjodohan ini?”
Raka                : (Diam)
Alysa               :”Kalau Kak Raka keberatan, aku akan bilang supaya Om dan Tante
  membatalkan saja.”
Raka                :”Aku tidak merasa keberatan, justru bersamamu aku merasa nyaman.”
Alysa               :”Jujur dari dulu aku telah mengagumi Kak Raka.” (Suaranya pelan)

Raka hendak menanggapi ucapan Alysa saat tiba-tiba handphonnya berdering menandakan ada panggilan masuk. Saat dilihat siapa yang menelpon ternyata adiknya sendiri, Alyn. Adiknya itu memberikan kabar bahwa Veronica masuk rumah sakit.
Alysa               :”Kenapa, Kak?”
Raka                :”Maaf, Alys. Aku harus segera kembali ke Bandung. Sekali lagi maaf tidak
  bisa menemanmu makan siang.” (Bergegas pergi)

Bagian 4
Veronica terlihat sangat bahagia ketika melihat dua sahabatnya datang menjengukknya. Dia tersenyum lebar ketika dua gadis sebayanya semakin mendekat. Tangannya ia rentangkan mengisyaratkan agar kedua sahabatnya itu berhambur memeluknya.
Alysa               :”Maaf ya, Ver, baru sempat datang ke sini. Kakekku juga sedang koma di  
   rumah sakit.” (Menggenggam tangan Veronica)
Veronica          :”Aku tahu, semoga kakek akan segera terbangun dari komanya ya, Lis.”
Savira              :”Aamiin… dan semoga Kamu juga lekas sembuh ya, Ver.”
Veronica          :”Itu pasti, Ra. Apalagi obat paling mujarabku telah kembali ke Bandung
   Setelah seminggu ini menghilang. Bahkan saat ini ayah sudah mengizinkan
   untuk mempertahankan hubunganku dengan pangeran tampan yang selama
   ini menjadi semangatku itu.”
Savira              :”Kamu pasti akan ikut terpesona ketika melihat pangeran dari putri Vero ini,
              Lis.”
Alysa               :”Wah, sepertinya kekasihmu itu memang sangat tampan, Ver. Siapa 
   namanya?”
Veronica          :”Namanya Ra…”
Alysa masih menunggu kalimat dari Veronica saat tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka disusul dengan suara seorang pria yang tak asing lagi baginya. Namun ia tak berani membalikkan tubuhnya yang saat ini terasa begitu lemas. Ia takut tak mampu menopang berat tubuhnya sendiri setelah ini.
Veroica            :”Namanya Ra…”
Raka                :”Sayang, aku datang …” (Ucapannya terhenti ketika melihat ada dua
   wanita lain disamping tubuh kekasihnya)
Veronica          :”Sini, Sayang. Kenalkan ini sahabatku selain Savira. Dia yang sering aku
   ceritakan itu, namanya Lisa. Oh iya, Lis, ini kekasihku Raka, dan itu Alyn
   adiknya.”
Raka                : (Diam dan menatap lekat gadis bernama Lisa)
Alysa               : “Lisa. Senang bertemu denganmu. Jaga selalu sahabatku ini ya, jangan
sekalipun sakiti Veronica.” (Tangannya terulur ke arah Raka, suaranya
sedikit bergetar namun ia mencoba untuk tetap tersenyum)
Raka                :”Ra… Raka.” (Menerima uluran tangan Alysa)
Alysa               :”Hai, Alyn. Senang bisa bertemu denganmu.” (Alysa mengulurkan tangannya
   ke Alyn)
Alyn                :”Alyn.”

Alysa merasa tiba-tiba semuanya gelap. Dia tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya pada dirinya sendiri. Ketika ia sadar, dirinya kini sedang berada di sofa yang berada tak jauh dari ranjang Veronica bersama Raka dan Alyn yang menatapnya dengan tatapan khawatir.
Veronica          :”Apa Lisa baik-baik saja, Ra?”
Savira              :”Dia pasti baik-baik saja. Mungkin Lisa kepikiran dengan kakeknya.”
Alysa               :”Aku baik-baik saja. Savira benar, aku kepikiran kakekku, sekarang aku harus
   kembali ke Jakarta.” (Mencoba bangkit dari tempatnya)
Raka                :”Biar aku yang akan mengantarkanmu pulang.”
Veronica          :”Iya, Sayang. Tolong antarkan Lisa pulang.”
Alysa               :”Aku bisa pulang sendiri. Kamu di sini saja, jaga Veronica untukku.” (Mulai
   melangkah)
Raka                :”Tapi…”
Alyn                :”Biar aku yang mengantarkan Alysa, Kak. Aku juga sekalian ingin bertemu
  papa dan mama di Jakarta.” (Bangkit dari duduknya dan mengejar Alysa)

Alysa dan Alyn pergi dari ruangan itu dengan langkah gontai. Raka dan Veronica mengamati punggung keduanya hingga menghilang di balik pintu. Sedangkan Savira yang sudah mengetahui sesuatu menangis dalam diam. Dia memilih untuk duduk di dekat jendela.

Bagian 5
Alysa masih terdiam sejak satu jam yang lalu. Bu Dias dan Pak Agus dibuat bingung olehnya. Bahkan Alyn yang biasanya banyak bicra kini ikut membisu.
Alysa               :”Om, Tante…” (Mendongakkan wajahnya)
Bu Dias           :”Kenapa, Sayang?”
Alysa               :”Aku ingin membatalkan pertunanganku dengan Kak Raka.”
Pak Agus         :”Tapi tinggal dua hari lagi, Alysa.”
Alysa               :”Maaf, Om, tapi aku tidak bisa bertunangan dengan Kak Raka. Aku juga
   mohon sama Om dan Tante supaya mengizinkan Kak Raka bertunangan
   dengan sahabatku saja, Veronica.”
Bu Dias           :”Kamu…”
Alyn                :”Alysa sudah tahu semuanya, Ma. Aku dan Kak Raka tidak tahu kalau
   ternyata selama ini Lisa sahabat kebanggaan Veronica yang selalu
   diceritakan itu adalah Alysa.”
Alysa               :”Aku mohon, penuhi permintaanku satu ini. Veronica lebih membutuhkan
                           Kak Raka. Dia butuh penyemangat untuk menghadapi penyakitnya. Aku
   mohon, Tante, biarkan Veronica bahagia di sisa hidupnya ini.”
Pak Agus         :”Tapi, Alys…”
Alysa               :”Alysa mohon,Om.”
Alyn                :”Lalu bagaimana denganmu?”
Dokter Rio      :”Bolehkah aku menjaganya?” (Datang dari arah kamar rawat kakek lalu
                           berdiri di samping Alysa)
Pak Agus         :”Dokter Rio”
Dokter Rio      :”Mungkin ini mengejutkan kalian, tapi saya telah berjanji untuk terus
               menjaga Alysa dan memastikan bahwa setelah ini Alysa akan bahagia”
Suasana mendadak hening kembali setelah mendengar ungkapan dokter Rio. Namun hal itu tidak berlangsung lama.
Alyn                :”Maaf sebelumnya, tapi bukankah Dokter…”
Dokter Rio      :”Saya tahu. Namun kakek tadi bilang….”
Alysa               :”Kakek sudah sadar?” (Bergegas ke kamar rawat kakek tanpa menunggu
   kelanjutan kalimat dari dokter Rio)
Pak Agus, Bu Dias, dan Alyn segera menyusul kepergian Alysa. Dokter Rio masih berdiri di tempatnya dengan senyuman penuh arti.
Alysa               :”Kakek…” (Berhambur memeluk sang kakek)
Kakek              :” Jangan menagis lagi, setelah ini semua akan baik-baik saja.”
Alysa               :”Kakek jahat. Kenapa tidur terlalu lama hingga membuatku sangat takut.”
Kakek              :”Agus, Dias terimakasih telah menjaga Alysaku ini.” (Mengabaikan
    pernyataan Alysa dan menatap sahabat anaknya dengan tatapan penuh
    terimakasih)
Pak Agus         :”Alysa sudah kami anggap seperti anak sendiri, Yah.”
Bu Dias           :”Iya, Ayah. Justru kami ingin meminta maaf karena tidak bisa memenuhi
   amanah mendiang orang tua Alysa untuk menjodohkan putrinya dengan
   putra kami.”
Kakek              : “Kalian tidak perlu meminta maaf. Alysa akan tetap bertunangan dengan
    Raka.”
Alysa               : “Tapi, Kek. Kak Raka akan bertunangan dengan Veronica sahabatku.”
Kakek              :” Tidak, Alysa. Sebelum aku koma, Dokter Rio telah aku perintahkan untuk
     menjagamu dan mengawasi apapun yang Kamu lakukan, Sayang. Bahkan
     dia tahu masalah cinta segitiga antara Kau, Raka dan Veronica.”
Alysa               :”Alysa sangat menyayangi Veronica, Kek. Biarkan dia bahagia bersama Kak
   Raka.”
Kakek              :”Dokter Rio bahkan lebih menyayangi Veronica melebihi dia menyayangi
   dirinya sendiri, Alys. Bahkan selama lima tahun ini dia terus mencari cinta
   pertamanya itu yang ternyata telah pindah ke Bandung. Kemarin saat
   mengikutimu dia menemukan kembali permatanya yang hilang.”
Alyn                :”Tapi tadi Dokter Rio berjanji akan menjaga dan membahagiakan Alysa.
    Bagaimana mungkin dia  mau kembali bersama Veronica lagi?”
Pintu ruangan itu terbuka, membuat semua orang yang berada di ruangan itu menoleh ke arah suara. Dokter Rio datang dengan mendorong sebuah kursi roda yang diduduki seorang gadis yang sangat dikenali Alysa. Di belakangnya ada Savira dan Raka.
Dokter Rio      :”Aku tentu saja mau kembali dengan Veronica lagi.”
Kakek              :”Terimakasih, Dokter.”
Dokter Rio      :”Tidak, Kek, justru saya yang berterimakasih karena berkat kakek saya
   bertemu dengan Veronica lagi.”
Kakek              :”Hm… Raka, kemarilah.”
Raka                : (Mendekat ke arah kakek)
Kakek              : “Maukah Kamu menjaga Alysaku ini?”
Raka                :” Tentu saja, Kek. Sekarang pertanyaannya apakah Alysa mau dijaga
                            olehku?”
Kakek              :”Bagaimana, Sayang?”
Alysa               :” Atas restu Kakek, Alysa mau.”
Semua             :”Alhamdulillah…”
Kebahagiaan memenuhi ruangan itu. Kisah cinta Alysa dan Raka tidak kandas di tengah jalan. Rencana pertunangan mereka juga tidak jadi dibatalkan. Namun yang paling mengesankan adalah pada akhirnya mereka yang berada di ruangan tersebut mendapatkan kebahagiaannya tanpa harus ada yang terluka lagi.

TAMAT


















No comments:

Post a Comment