Friday 13 April 2018

Apresiasi Karya Sastra Terhadap Puisi "Epilog" Karya Nur Wiji Astuti



Apresiasi Karya Sastra dalam Puisi ‘Epilog’
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Apresiasi Karya Sastra
Dosen Pengampu Imam Baihaqi, S.Pd., M.A.
                                                                   

oleh:
1.      Siti Sulistyarini              (1610301046)
2.      Istiqomah                      (1610301054)
3.      Nuraini Lailis Saadah    (1610301064)
4.      Dwi Astuti Asih            (1610301071)
Kelas 3B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini maupun makalah pada edisi berikutnya.

                                                                                      
Magelang, 17 Oktober 2017


                                                                                              Penyusun











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan..................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 2
2.1 Sastra dan Apresiasi Karya Sastra......................................................................................... 2
2.2 Apresiasi Puisi Epilog ............................................................................................................ 3
BAB III PENUTUP................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................... 13
3.2 Saran..................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 14














BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Menurut KBBI, apresiasi adalah kesadaran terhadap nilai seni dan budaya, atau penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu. memberikan penilaian terhadap karya sastra. Apresiasi sastra merupakan upaya memahami sebuah karya sastra yang kita baca, baik fiksi maupun puisi – mengerti maknanya – baik yang intensional maupun yang aktual – dengan mengerti seluk-beluk strukturnya. (Sayuti, 2002:3).
Kegiatan apresiasi karya sastra sangat penting dilakukan dalam dunia pendidikan, khususnya pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang kosakata dalam bahasa Indonesia dan menghidupkan suatu karya sastra. Selain itu juga untuk mengembangkan sikap kritis dan memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan bagi mahasiswa maupun masyarakat luas.
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang mengandung karya estetis yang bermakna, mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang panca indra dalam susunan yang berirama dan mengandung pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Puisi “Epilog” karya Wahyu Wiji Astuti merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menarik untuk diapresiasi. Namun, pada kenyataannya masyarakat banyak yang tidak mampu memahami isi dari puisi tersebut. Melalui makalah ini, diharapkan pembaca mampu memahami isi puisi “Epilog” tersebut dengan cara menginterpretasi, menganalisis dan mengevaluasinya.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa yang dimaksud sastra dan apresiasi karya sastra?
1.2.2        Bagaimana cara mengapresiasi puisi “Epilog” karya Wahyu Wiji Astuti?

1.3  Tujuan
 Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang bagaimana mengapresiasi sebuah karya sastra dengan baik, khususnya pada puisi “Epilog” dengan cara menginterpretasi, menganalisis dan mengevaluasinya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sastra dan Apresiasi Karya Sasra
Sastra merupakan sebuah karya yang indah baik berupa tulisan maupun lisan.  Menurut Luxemburg dkk, sastra merupakan teks yang mengandung unsur fisionalitas, diolah secara istimewa, dapat dibaca menurut tahap arti yang berbeda-beda, dan termasuk teks-teks yang tidak melulu disusun untuk tujuan komunikatif. Sastra juga diartikan sebagai segala sesuatu yang tertulis, dibatasi pada maha karya (great books), dan termasuk karya imajinatif. (Renne Wellek dan Austin Warren).
Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaanpikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. (Effendi, 1971, Via Sayuti, 2000:3). Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau menikmati karya sastra yang diwujudkan melalui kegiatan membaca, memahami,menikmati, dan mengevaluasi teks sastra, baik yang berupa prosa, puisi, atau drama.
Kegiatan yang harus dilakukan untuk memahami karya sastra yang paling dasar adalah melewati tiga hal sebagai berikut. (Simatupang, 1980; Pradopo, 1982, Via Sayuti 2000:5)
·         Interpretasi (Penafsiran)
Yaitu upaya untuk memahami karya sastra dengan memberikan tafsiran berdasarkan sifat-sifat karya sastra itu sendiri.
·         Analisis (Penguraian)
Yaitu penguraian terhadap karya sastra atas bagian-bagian atau norma-normanya. Dengan kata lain, melakukan analisis terhadap unsur-unsur pembangun karya sastra.
·         Evaluasi (Penilaian)
Yaitu Usaha untuk menentukan kadar keberhasilan atau keindahan suartu karya sastra. Dengan adanya penilaian dimungkinkan untuk membuat penilaian karya sastra yang baik dan yang jelek, yang berhasil dan yang gagal, yang bermutu tinggi sedang dan rendah.

2.2 Apresiasi Puisi Epilog  
Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani ”Poeima” atau ”Poesis” yang berarti pembuatan. Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut ”Poem” atau ”Poetry” yang berarti membuat atau pembuatan. Definisi puisi cukup banyak, salah satu pendapat yang cukup mudah dipahami diantaranya mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya Sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa, yakni struktur fisik dan struktur batinnya ( Waluyo.1995:28, dalam buku Drs.Supriyadi, Mpd. Pembelajaran Sastra yang apresiatif dan Integratif dari SD 2006:44 ). Jadi, puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang mengandung karya estetis yang bermakna, mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang panca indra dalam susunan yang berirama dan mengandung pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
Langkah-langkah mengapresiasi puisi “Epilog” adalah sebagai  berikut:
2.2.1        Interpretasi   
Parafrase puisi “Epilog”
Epilog
Karya: Wahyu Wiji Astuti

Memori
(kenangan)
menganakkan gemuruh di dada
(membuat sesak di dada)
Pada malam-malam yang kikuk
(pada malam yang tak biasa)
dan udara kosong yang masuk dari jendela   
(udara hampa yang masuk dari jendela)

ngilu merembes          
(membuat ngilu)
menyeret-nyeret ingatan yang aku simpan     
(mengingatkan kembali kenangan lama)
tentang malam yang kau jemput diam-diam  
(saat kau diam-diam datang menemuiku di malam itu)
lalu berakhir pada setangkai mawar               
(dan kau memberiku setangkai mawar)
di meja belajar
(di atas meja belajar)

hanya  
(hanya)
pada satu-dua tetes air mata yang jatuh
(air mata yang mulai menetes)
dan dingin yang jalari tengkuk menyusup di rongga dada    
(dan dingin yang menusuk rongga dada)
segala kata luruh        
(tak dapat berkata-kata)
menyusul sesak          
(terasa sesak)
seperti ada yang menyumpal  
(seperti ada yang menghambat)
embun-embun pada kelopak jantung 
(kabut yang menyelimuti jantung)
agar jadi gigil saja
(agar menggigil saja)

epilog sebuah kotak   
(penutup sebuah kotak)
yang kau tinggal di dalam bagasi       
(yang kau tinggal dalam bagasi)
dan kitab kecil yang kuselipkan di sakumu   
(surat harapan yang kuselipkan di sakumu)
menjadi bukti doa-doa yang dihampar
(menjadi bukti doa-doa yang selalu kupanjatkan untukmu)
sepanjang jalan                       
(sepanjang perjalanan hidupmu)
dan harapan yang tinggi
(ada harapan yang tinggi)
pada doa itu   
(pada doa-doa itu)

sudah berapa lama kita hening
(sudah lama kita tak  bertegur sapa)
mengadu pada jarak dan waktu yang berjalan lambat
(bercerita pada jarak dan waktu)
tapi pun ia tak bijak menjawab
(namun ia tak bisa menjawab dengan pasti / tak bisa memberi kepastian)
sebab itu-itu saja yang ia sampaikan  
(karena hanya jawaban itu saja yang selalu disampaikan)
meski telah berlembar-lembar tahun  
(meski telah bertahun-tahun lamanya)
kita habiskan  
(kita habiskan waktu)
untuk saling melupakan
(untuk saling melupakan)

dengan apa aku utarakan
(dengan apa ku harus mengungkapkannya)
Nyeri
(nyeri)
yang menghuni sudut-sudut paling dalam
(yang menempati sudut terdalam)
dan sunyi
(dan sunyi)
tentang takdir yang ringsek di garis tangan   
(tentang takdir yang tak sesuai harapan)
dan selalu saja kita sembunyikan
(dan selalu saja kita abaikan)
2.2.2        Analisis
Puisi terdiri dari dua unsur pembangun, yaitu:
a.       Unsur Batin
1.      Tema
Tema puisi “Epilog” ini adalah percintaan. Puisi ini menceritakan tentang rasa cinta yang harus dilupakan. Hal ini dibuktikan dalam beberapa syair seperti berikut :

tentang malam yang kau jemput diam-diam
lalu berakhir pada setangkai mawar
di meja belajar

meski telah berlembar-lembar tahun kita habiskan
untuk saling melupakan
2.      Rasa atau Feeling
Perasaan penyair yang tampak dalam puisi “Epilog” adalah perasaan orang yang sedih dan merana karena cinta yang berakhir pilu. Kepiluan tersebut tampak pada syair berikut :

meski telah berlembar-lembar tahun kita habiskan
untuk saling melupakan

tentang takdir yang ringsek di garis tangan
dan selalu saja kita sembunyikan

3.      Nada dan Suasana
Suasana yang tergambar dalam puisi karya Wahyu Wiji Astuti adalah suasana sedih. Hal ini terlihat dari beberapa yang digunakan dalam puisi “epilog” diantaranya: luruh , sesak , hening , menyumpal , nyeri , sunyi , ringsek , ngilu.

4.      Amanat
Adapun amanat puisi “Epilog” adalah sebagai berikut:
Sebagai seorang manusia kita harus belajar ikhlas dan sabar dalam menerima takdir Tuhan walaupun itu pahit. Apalagi soal percintaan, apabila cinta tidak dapat bersatu seharusnya harus ikhlas karena cinta tidak harus memiliki.

b.      Unsur Fisik

1.      Typografi (perwajahan puisi)
Typografi puisi ini adalah typografi puisi konvensional, artinya tidak menyimpang dari typografi puisi pada umumnya. Baris-baris dimulai dari tepi. Puisi tersebut terdiri atas 6 bait.
2.      Diksi
Diksi yang digunakan penyair adalah kata-kata yang bernada muram (mengambarkan kesedihan karena teringat masa lalu). Diksi tentang kemuraman itu seperti: air matasesakngilu, nyeri, dan ringsek yang hampir semuanya dipantulkan kepada perasaan sedih yang dirasakan. Karena bernada muram, maka keterangan kalimat ditempatkan hampir di setiap baris sebagai penggambaran makna puisi. Sebagai bukti:
Menganakkan gemuruh di dada.............………………………(keterangan keadaan)
Pada malam-malam yang kikuk……………………………….…(keterangan waktu)
dan udara kosong yang masuk dari jendela ……………………..(keterangan suasana)
ngilu merembes…………………………….............................… (keterangan keadaan)
lalu berakhir pada setangkai mawar……………………………..(keterangan waktu)
di meja belajar……………………………...................................(keterangan tempat)
Penggunaan perumpamaan yang dilakukan penyair juga menimbulkan daya sugesti seperti gemuruhmerembesjalari, menyusup dan hening juga menimbulkan daya sugesti. Diksi-diksi tersebut pun juga menggambarkan keadaan sedih yang dialami oleh penyair. Penggunaan kata-kata bermakna konotatif seperti udara kosong dan kitab kecil menambah nilai estetika pada puisi tersebut.
3.      Majas / Gaya Bahasa
-       Majas Personifikasi
menganakkan gemuruh di dada
Pada malam-malam yang kikuk
menyeret-nyeret ingatan yang aku simpan
tentang malam yang kau jemput diam-diam
menyusul sesak
mengadu pada jarak dan waktu yang berjalan lambat
tapi pun ia tak bijak menjawab
nyeri yang menghuni sudut-sudut paling dalam dan sunyi
dan dingin yang jalari tengkuk menyusup di rongga dada
-       Majas Hiperbola
ngilu merembes
segala kata luruh
meski telah berlembar-lembar tahun
tentang takdir yang ringsek di garis tangan      
-       Majas Simile
menyusul sesak seperti ada yang menyumpal
4.      Citraan
-       Penglihatan
Pada malam-malam yang kikuk
tentang malam yang kau jemput diam-diam
lalu berakhir pada setangkai mawar
di meja belajar
pada satu-dua tetes air mata yang jatuh
yang kau tinggal dalam bagasi
dan kitab kecil yang kuselipkan di sakumu
menjadi bukti-bukti yang dihampar sepanjang jalan
-       Perasa
menganakkan gemuruh di dada
ngilu merembes
menyeret-nyeret ingatan yang aku simpan
menyusup di rongga dada
menyusul sesak
seperti ada yang menyumpal
agar jadi gigil saja
nyeri         
sunyi
-       Pendengaran
Tapi pun ia tak bijak menjawab      
Sebab itu-itu saja yang ia sampaikan
-       Pengecap
Mengadu pada jarak dan waktu
-       Gerak
Yang berjalan lambat
-       Peraba
dan udara kosong yang masuk dari jendela            
dan dingin yang jalari tengkuk menyusup di rongga dada
5.         Sarana Retorika
a.       Pleonasme
-     Menyeret-nyeret ingatan yang aku simpan à pada kalimat tersebut ada keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan karena sudah jelas bahwa ingatan merupakan sesuatu yang pasti disimpan dalam otak manusia.
-     Pada satu dua tetes air mata yang jatuh à pada kalimat tersebut ada keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan karena sudah jelas bahwa tetes air mata memiliki arti air mata yang menetes, menetes sendiri pasti memiliki arti jatuh.

b.      Enumerasi
Pada malam-malam yang kikuk
dan udara kosong yang masuk dari jendela
ngilu merembes
menyeret-nyeret ingatan yang aku simpan
tentang malam yang kau jemput diam-diam
lalu berakhir pada setangkai mawar
di meja belajar
Pada bait puisi di atas menunjukkan gambaran suatu situasi di mana penggambaran keadaan tersebut dijelaskan secara berurutan sehingga memperjelas pembaca atas situasi yang digambarkan oleh sang penyair.
6.      Bunyi (rima atau persajakan)
-       Asonansi, yaitu persamaan bunyi vocal. Hal itu ditandai dengan kalimat:
tentang malam yang kau jemput diam-diam
-       Rima putus, yaitu persamaan bunyi kata atau suku kata yang terputus. Hal itu ditandai dengan kalimat:
sebab itu-itu saja yang ia sampaikan        
meski telah berlembar-lembar tahun         
kita habiskan         
untuk saling melupakan    
dengan apa aku utarakan

2.2.3        Evaluasi
Puisi “Epilog” termasuk sebuah karya sastra yang berhasil karena sampai saat ini masih dikaji dan pesan yang terkandung di dalamnya dapat tersampaikan kepada pembaca.






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sastra merupakan sebuah karya yang indah baik berupa tulisan maupun lisan. Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau menikmati karya sastra yang diwujudkan melalui kegiatan membaca, memahami,menikmati, dan mengevaluasi teks sastra, baik yang berupa prosa, puisi, atau drama.
Kegiatan yang harus dilakukan untuk memahami karya sastra yang paling dasar adalah melewati tiga hal yaitu interpretasi (penafsiran), analisis (penguraian), dan evaluasi (penilaian) (Simatupang, 1980; Pradopo, 1982, Via Sayuti 2000:5).
Puisi “Epilog” karya Wahyu Wiji Astuti  merupakan salah satu karya sastra yang menarik untuk diapresiasi. Puisi tersebut setelah diapresiasi dengan menggunakan tiga langkah yaitu menginterpretasi, menganalisis, dan mengevaluasi memiliki kesimpulan bahswa puisi ini berhasil karena sampai saat ini masih dikaji dan pesan yang terkandung di dalamnya dapat tersampaikan kepada pembaca.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca sering melakukan kegiatan aresiasi terhadap suatu karya sastra. Hal ini dikarenakan selain untuk meningkatkan minat membaca juga agar pembaca mampu mengekspresikan bakatnya.








Daftar Pustaka

Sugihastuti. 2011. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Waluyo, Herman J. 2003.  Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Syibran Malasyi. 2016. Makalah Apresiasi Puisi.
(Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017).
Habib Ashshiddiqiy. 2015. Macam-macam Rima dalam Puisi.

No comments:

Post a Comment