Apresiasi Karya Sastra dalam Puisi ‘Epilog’
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Apresiasi
Karya Sastra
Dosen Pengampu Imam Baihaqi, S.Pd., M.A.
oleh:
1. Siti
Sulistyarini (1610301046)
2. Istiqomah (1610301054)
3. Nuraini
Lailis Saadah (1610301064)
4. Dwi
Astuti Asih (1610301071)
Kelas
3B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TIDAR
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini maupun makalah pada edisi berikutnya.
Magelang, 17 Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................................
i
DAFTAR
ISI...............................................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN..........................................................................................................
1
1.1
Latar Belakang.......................................................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................................................... 1
1.3
Tujuan..................................................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................................................ 2
2.1
Sastra dan Apresiasi Karya Sastra.........................................................................................
2
2.2
Apresiasi Puisi Epilog ............................................................................................................ 3
BAB
III PENUTUP................................................................................................................... 13
3.1
Kesimpulan........................................................................................................................... 13
3.2
Saran..................................................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................ 14
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut
KBBI, apresiasi adalah kesadaran terhadap nilai seni dan budaya, atau penilaian
(penghargaan) terhadap sesuatu. memberikan penilaian terhadap karya sastra.
Apresiasi sastra merupakan upaya memahami sebuah karya sastra yang kita baca,
baik fiksi maupun puisi – mengerti maknanya – baik yang intensional maupun yang
aktual – dengan mengerti seluk-beluk strukturnya. (Sayuti, 2002:3).
Kegiatan
apresiasi karya sastra sangat penting dilakukan dalam dunia pendidikan,
khususnya pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini bertujuan
untuk menambah pengetahuan tentang kosakata dalam bahasa Indonesia dan
menghidupkan suatu karya sastra. Selain itu juga untuk mengembangkan sikap
kritis dan memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan bagi mahasiswa maupun
masyarakat luas.
Puisi
merupakan salah satu jenis karya sastra yang mengandung karya estetis yang
bermakna, mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang
panca indra dalam susunan yang berirama dan mengandung pesan yang ingin
disampaikan penyair kepada pembaca. Puisi “Epilog” karya Wahyu Wiji Astuti
merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menarik untuk diapresiasi. Namun,
pada kenyataannya masyarakat banyak yang tidak mampu memahami isi dari puisi
tersebut. Melalui makalah ini, diharapkan pembaca mampu memahami isi puisi
“Epilog” tersebut dengan cara menginterpretasi, menganalisis dan
mengevaluasinya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud sastra dan apresiasi
karya sastra?
1.2.2
Bagaimana cara mengapresiasi puisi
“Epilog” karya Wahyu Wiji Astuti?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan
informasi kepada pembaca tentang bagaimana mengapresiasi sebuah karya sastra
dengan baik, khususnya pada puisi “Epilog” dengan cara menginterpretasi,
menganalisis dan mengevaluasinya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Sastra dan Apresiasi Karya Sasra
Sastra
merupakan sebuah karya yang indah baik berupa tulisan maupun lisan. Menurut Luxemburg dkk, sastra merupakan teks
yang mengandung unsur fisionalitas, diolah secara istimewa, dapat dibaca
menurut tahap arti yang berbeda-beda, dan termasuk teks-teks yang tidak melulu
disusun untuk tujuan komunikatif. Sastra juga diartikan sebagai segala sesuatu
yang tertulis, dibatasi pada maha karya (great books), dan termasuk karya
imajinatif. (Renne Wellek dan Austin Warren).
Apresiasi
sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga
tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaanpikiran kritis, dan kepekaan perasaan
yang baik terhadap karya sastra. (Effendi, 1971, Via Sayuti, 2000:3). Apresiasi
sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau menikmati karya sastra yang
diwujudkan melalui kegiatan membaca, memahami,menikmati, dan mengevaluasi teks
sastra, baik yang berupa prosa, puisi, atau drama.
Kegiatan
yang harus dilakukan untuk memahami karya sastra yang paling dasar adalah
melewati tiga hal sebagai berikut. (Simatupang, 1980; Pradopo, 1982, Via Sayuti
2000:5)
·
Interpretasi (Penafsiran)
Yaitu upaya untuk
memahami karya sastra dengan memberikan tafsiran berdasarkan sifat-sifat karya
sastra itu sendiri.
·
Analisis (Penguraian)
Yaitu penguraian terhadap
karya sastra atas bagian-bagian atau norma-normanya. Dengan kata lain,
melakukan analisis terhadap unsur-unsur pembangun karya sastra.
·
Evaluasi (Penilaian)
Yaitu Usaha untuk
menentukan kadar keberhasilan atau keindahan suartu karya sastra. Dengan adanya
penilaian dimungkinkan untuk membuat penilaian karya sastra yang baik dan yang
jelek, yang berhasil dan yang gagal, yang bermutu tinggi sedang dan rendah.
2.2 Apresiasi Puisi Epilog
Secara
etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani ”Poeima” atau ”Poesis” yang berarti
pembuatan. Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut ”Poem” atau ”Poetry” yang berarti
membuat atau pembuatan. Definisi puisi cukup banyak, salah satu pendapat yang
cukup mudah dipahami diantaranya mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya
Sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa, yakni struktur fisik
dan struktur batinnya ( Waluyo.1995:28, dalam buku Drs.Supriyadi, Mpd.
Pembelajaran Sastra yang apresiatif dan Integratif dari SD 2006:44 ). Jadi,
puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang mengandung karya estetis
yang bermakna, mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan,
merangsang panca indra dalam susunan yang berirama dan mengandung pesan yang
ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
Langkah-langkah
mengapresiasi puisi “Epilog” adalah sebagai
berikut:
2.2.1
Interpretasi
Parafrase puisi “Epilog”
Epilog
Karya:
Wahyu Wiji Astuti
Memori
(kenangan)
menganakkan gemuruh di
dada
(membuat sesak di dada)
Pada malam-malam yang
kikuk
(pada malam yang tak biasa)
dan
udara kosong yang masuk dari jendela
(udara hampa yang masuk dari
jendela)
ngilu merembes
(membuat ngilu)
menyeret-nyeret ingatan
yang aku simpan
(mengingatkan kembali kenangan lama)
tentang
malam yang kau jemput diam-diam
(saat kau diam-diam datang
menemuiku di malam itu)
lalu berakhir pada
setangkai mawar
(dan kau memberiku setangkai mawar)
di meja belajar
(di atas meja belajar)
hanya
(hanya)
pada satu-dua tetes air
mata yang jatuh
(air mata yang mulai menetes)
dan dingin yang jalari
tengkuk menyusup di rongga dada
(dan dingin yang menusuk rongga dada)
segala kata luruh
(tak dapat berkata-kata)
menyusul sesak
(terasa sesak)
seperti ada yang menyumpal
(seperti ada yang menghambat)
embun-embun pada kelopak
jantung
(kabut yang menyelimuti jantung)
agar jadi gigil saja
(agar menggigil saja)
epilog sebuah kotak
(penutup sebuah kotak)
yang kau tinggal di dalam
bagasi
(yang kau tinggal dalam bagasi)
dan kitab kecil yang
kuselipkan di sakumu
(surat harapan yang kuselipkan di sakumu)
menjadi
bukti doa-doa yang dihampar
(menjadi bukti doa-doa yang
selalu kupanjatkan untukmu)
sepanjang jalan
(sepanjang perjalanan hidupmu)
dan harapan yang tinggi
(ada harapan yang tinggi)
pada doa itu
(pada doa-doa itu)
sudah berapa lama kita
hening
(sudah lama kita tak bertegur
sapa)
mengadu pada jarak dan
waktu yang berjalan lambat
(bercerita pada jarak dan waktu)
tapi pun ia tak bijak menjawab
(namun ia tak bisa menjawab dengan pasti / tak bisa memberi kepastian)
sebab itu-itu saja yang ia
sampaikan
(karena hanya jawaban itu saja yang selalu disampaikan)
meski telah
berlembar-lembar tahun
(meski telah bertahun-tahun lamanya)
kita habiskan
(kita habiskan waktu)
untuk saling melupakan
(untuk saling melupakan)
dengan apa aku utarakan
(dengan apa ku harus mengungkapkannya)
Nyeri
(nyeri)
yang menghuni sudut-sudut
paling dalam
(yang menempati sudut terdalam)
dan sunyi
(dan sunyi)
tentang takdir yang
ringsek di garis tangan
(tentang takdir yang tak sesuai harapan)
dan selalu saja kita
sembunyikan
(dan selalu saja kita abaikan)
2.2.2
Analisis
Puisi
terdiri dari dua unsur pembangun, yaitu:
a. Unsur
Batin
1. Tema
Tema puisi “Epilog” ini
adalah percintaan. Puisi ini menceritakan tentang rasa cinta yang harus
dilupakan. Hal ini dibuktikan dalam beberapa syair seperti berikut :
tentang
malam yang kau jemput diam-diam
lalu berakhir pada
setangkai mawar
di meja belajar
meski
telah berlembar-lembar tahun kita habiskan
untuk
saling melupakan
2. Rasa
atau Feeling
Perasaan penyair yang
tampak dalam puisi “Epilog” adalah perasaan orang yang sedih dan merana karena
cinta yang berakhir pilu. Kepiluan tersebut tampak pada syair berikut :
meski
telah berlembar-lembar tahun kita habiskan
untuk
saling melupakan
tentang
takdir yang ringsek di garis tangan
dan
selalu saja kita sembunyikan
3. Nada
dan Suasana
Suasana yang tergambar
dalam puisi karya Wahyu Wiji Astuti adalah suasana sedih. Hal ini terlihat dari
beberapa yang digunakan dalam puisi “epilog” diantaranya: luruh , sesak , hening , menyumpal , nyeri , sunyi , ringsek , ngilu.
4. Amanat
Adapun amanat puisi “Epilog”
adalah sebagai berikut:
Sebagai seorang manusia kita harus belajar
ikhlas dan sabar dalam menerima takdir Tuhan walaupun itu pahit. Apalagi soal
percintaan, apabila cinta tidak dapat bersatu seharusnya harus ikhlas karena
cinta tidak harus memiliki.
b. Unsur
Fisik
1. Typografi
(perwajahan puisi)
Typografi puisi ini adalah typografi puisi
konvensional, artinya tidak menyimpang dari typografi puisi pada umumnya.
Baris-baris dimulai dari tepi. Puisi tersebut terdiri atas 6 bait.
2. Diksi
Diksi yang digunakan penyair adalah kata-kata yang
bernada muram (mengambarkan kesedihan karena teringat masa lalu). Diksi tentang
kemuraman itu seperti: air mata, sesak, ngilu, nyeri, dan ringsek yang
hampir semuanya dipantulkan kepada perasaan sedih yang dirasakan. Karena
bernada muram, maka keterangan kalimat ditempatkan hampir di setiap baris
sebagai penggambaran makna puisi. Sebagai bukti:
Menganakkan gemuruh di dada.............………………………(keterangan
keadaan)
Pada malam-malam yang kikuk……………………………….…(keterangan
waktu)
dan udara kosong yang masuk dari jendela ……………………..(keterangan suasana)
ngilu merembes…………………………….............................…
(keterangan keadaan)
lalu berakhir pada setangkai
mawar……………………………..(keterangan
waktu)
di meja belajar……………………………...................................(keterangan
tempat)
Penggunaan
perumpamaan yang dilakukan penyair juga menimbulkan daya sugesti seperti gemuruh, merembes,
jalari, menyusup dan hening
juga menimbulkan daya sugesti. Diksi-diksi tersebut pun juga menggambarkan
keadaan sedih yang dialami oleh penyair. Penggunaan kata-kata bermakna
konotatif seperti udara kosong dan kitab kecil menambah nilai estetika pada
puisi tersebut.
3. Majas / Gaya Bahasa
-
Majas Personifikasi
menganakkan gemuruh di dada
Pada malam-malam yang kikuk
menyeret-nyeret ingatan yang aku simpan
tentang malam yang kau jemput
diam-diam
menyusul sesak
mengadu pada jarak dan waktu yang berjalan lambat
tapi pun ia tak bijak menjawab
nyeri yang menghuni
sudut-sudut paling dalam dan sunyi
dan dingin yang jalari tengkuk menyusup
di rongga dada
-
Majas Hiperbola
ngilu merembes
segala kata luruh
meski telah berlembar-lembar tahun
tentang
takdir yang ringsek di garis tangan
-
Majas Simile
menyusul sesak seperti ada
yang menyumpal
4. Citraan
- Penglihatan
Pada malam-malam yang kikuk
tentang malam yang kau jemput
diam-diam
lalu berakhir pada setangkai
mawar
di meja belajar
pada satu-dua tetes air mata
yang jatuh
yang
kau tinggal dalam bagasi
dan
kitab kecil yang kuselipkan di sakumu
menjadi
bukti-bukti yang dihampar sepanjang jalan
- Perasa
menganakkan gemuruh di dada
ngilu merembes
menyeret-nyeret ingatan yang
aku simpan
menyusup
di rongga dada
menyusul
sesak
seperti
ada yang menyumpal
agar
jadi gigil saja
nyeri
sunyi
- Pendengaran
Tapi pun ia
tak bijak menjawab
Sebab itu-itu
saja yang ia sampaikan
- Pengecap
Mengadu pada
jarak dan waktu
- Gerak
Yang berjalan
lambat
- Peraba
dan udara
kosong yang masuk dari jendela
dan dingin yang jalari tengkuk
menyusup di rongga dada
5.
Sarana Retorika
a.
Pleonasme
- Menyeret-nyeret
ingatan yang aku simpan à pada kalimat tersebut ada keterangan yang
sebenarnya tidak diperlukan karena sudah jelas bahwa ingatan merupakan sesuatu
yang pasti disimpan dalam otak manusia.
- Pada
satu dua tetes air mata yang jatuh à pada kalimat
tersebut ada keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan karena sudah jelas
bahwa tetes air mata memiliki arti air mata yang menetes, menetes sendiri pasti
memiliki arti jatuh.
b. Enumerasi
Pada malam-malam yang kikuk
dan
udara kosong yang masuk dari jendela
ngilu
merembes
menyeret-nyeret
ingatan yang aku simpan
tentang
malam yang kau jemput diam-diam
lalu
berakhir pada setangkai mawar
di
meja belajar
Pada bait puisi di
atas menunjukkan gambaran suatu situasi di mana penggambaran keadaan tersebut
dijelaskan secara berurutan sehingga memperjelas pembaca atas situasi yang
digambarkan oleh sang penyair.
6. Bunyi (rima atau persajakan)
-
Asonansi,
yaitu persamaan bunyi vocal. Hal itu ditandai dengan kalimat:
tentang malam
yang kau jemput diam-diam
-
Rima
putus, yaitu persamaan bunyi kata atau suku kata yang terputus. Hal itu
ditandai dengan kalimat:
sebab itu-itu saja yang ia sampaikan
meski telah berlembar-lembar
tahun
kita habiskan
untuk saling melupakan
dengan apa aku utarakan
2.2.3
Evaluasi
Puisi
“Epilog” termasuk sebuah karya sastra yang berhasil karena sampai saat ini
masih dikaji dan pesan yang terkandung di dalamnya dapat tersampaikan kepada
pembaca.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sastra
merupakan sebuah karya yang indah baik berupa tulisan maupun lisan. Apresiasi
sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau menikmati karya sastra yang
diwujudkan melalui kegiatan membaca, memahami,menikmati, dan mengevaluasi teks
sastra, baik yang berupa prosa, puisi, atau drama.
Kegiatan
yang harus dilakukan untuk memahami karya sastra yang paling dasar adalah
melewati tiga hal yaitu interpretasi (penafsiran), analisis (penguraian), dan
evaluasi (penilaian) (Simatupang, 1980; Pradopo, 1982, Via Sayuti 2000:5).
Puisi “Epilog” karya Wahyu Wiji Astuti merupakan
salah satu karya sastra yang menarik untuk diapresiasi. Puisi tersebut setelah diapresiasi dengan menggunakan
tiga langkah yaitu menginterpretasi, menganalisis, dan mengevaluasi memiliki
kesimpulan bahswa puisi ini berhasil karena sampai saat ini masih dikaji dan pesan
yang terkandung di dalamnya dapat tersampaikan kepada pembaca.
3.2 Saran
Diharapkan
pembaca sering melakukan kegiatan aresiasi terhadap suatu karya sastra. Hal ini
dikarenakan selain untuk meningkatkan minat membaca juga agar pembaca mampu
mengekspresikan bakatnya.
Daftar
Pustaka
Sugihastuti. 2011. Teori dan Apresiasi Sastra.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Waluyo, Herman J.
2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Syibran Malasyi. 2016. Makalah Apresiasi Puisi.
(Diakses pada tanggal 17
Oktober 2017).
Habib Ashshiddiqiy. 2015.
Macam-macam Rima dalam Puisi.
<http://habibashshiddiqiy.blogspot.co.id/2015/02/macam-macam-rima-dalam-puisi.html>.
(Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017).
No comments:
Post a Comment